Tan Malaka: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Keluarga dan masa kecil: Pranala Kweekschool dan SMAN 2 Bukittinggi
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 58:
[[File:Tan Malaka, date unknown.png|thumb|170px|Potret Tan Malaka, {{circa|1920-an}}]]
 
Setelah lulus, ia meninggalkan Belanda dan kembali ke desanya. Ia menerima tawaran pekerjaan dari Dr. C. W. Janssen untuk mengajar anak-anak [[kuli]] perkebunan tembakau, di Sanembah, [[Tanjung Morawa, Deli Serdang|Tanjung Morawa]], [[Kabupaten Deli Serdang|Deli]], Sumatera Timur.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 58}}{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}} Dia pergi ke sana pada bulan Desember 1919, tetapi mulai mengajar hanya pada bulan Januari 1920.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}}{{sfn|Poeze|2008| p = xvi}} Dia menghasilkan propaganda subversif untuk kuli, yang dikenal sebagai ''Deli Spoor'',{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}} dan mulai belajar tentang kemerosotan [[Pribumi-Nusantara|masyarakat adat]] yang telah terjadi.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Selain mengajar, ia menjalin kontak dengan ISDV, dan menulis beberapa karya untuk pers.{{sfn|Jarvis|1987| p = 41}} Sebagai seorang jurnalis, ia menulis tentang perbedaan mencolok dalam kekayaan antara kapitalis dan pekerja, dalam salah satu karyanya yang paling awal, "Tanah Orang Miskin"; yang disertakan dalam ''[[Het Vrije Woord (surat kabar Hindia Belanda)|Het Vrije Woord]]'' edisi Maret 1920.{{sfn|Jarvis|1987| pp = 41–42}} Tan Malaka juga menulis tentang penderitaan para kuli di ''Sumatera Post''.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 184}}
 
Tan Malaka pergi ke [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) ketika guru lamanya, G. H. Horensma, menawarinya pekerjaan sebagai guru; Namun, Tan Malaka menolak tawaran itu. Karena dia ingin mendirikan sekolahnya sendiri; di mana guru lamanya menerima alasannya dan mendukungnya.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}} Pada tahun [[Pemilihan umum Volksraad Hindia Belanda 1921|1921]], Tan Malaka terpilih menjadi anggota [[Volksraad]] sebagai anggota kelompok sayap kiri,{{sfn|Jarvis|1987| p = 42}} tetapi mengundurkan diri pada tanggal 23 Februari 1921.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Ia kemudian meninggalkan Batavia dan tiba di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]] pada awal Maret 1921, dan tinggal sebagai rumah Sutopo, seorang mantan pemimpin dari [[Budi Utomo]]. Di sana, ia menulis proposal untuk sekolah tata bahasa.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}} Di Yogyakarta, ia mengikuti Muktamar ke-5 organisasi [[Sarekat Islam]] dan bertemu dengan sejumlah tokoh Islam terkemuka, termasuk [[Oemar Said Tjokroaminoto|H.O.S. Tjokroaminoto]], [[Agus Salim]], Darsono, dan [[Semaun]].{{sfn|Syaifudin|2012| p = 59}} Kongres tersebut membahas topik keanggotaan ganda Sarekat Islam dan Partai Komunis (PKI). Agus Salim dan tokoh lainnya, [[Abdoel Moeis|Abdul Muis]], melarang, sedangkan Semaun dan Darsono sama-sama anggota PKI.{{sfn|Syaifudin|2012| p = 186}}