Kujang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Gombang (bicara | kontrib)
k Tidak ada referensi
Cleaner (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 1:
{{rapikan}}
{{disambig info}}
{{wikify}}
{{referensi}}
{{disambig info}}
'''Kujang''' adalah sebuah [[senjata]] unik dari daerah [[Jawa Barat]]. Kujang mulai dibuat sekitar [[abad ke-8]] atau [[abad ke-9|ke-9]], terbuat dari [[besi]], [[baja]] dan bahan pamor, panjangnya sekitar 20 sampai 25 [[cm]] dan beratnya sekitar 300 [[gram]].[[Berkas:Kujang.jpg|thumb|225px|right|Kujang, senjata khas Sunda]]
[[Berkas:Kujangmonument.jpg|thumb|225px|right|Replika kujang pada monumen kota [[Bogor]]]]
 
Kujang merupakan perkakas yang merefleksikan ketajaman dan daya kritis dalam kehidupan juga melambangkan kekuatan dan keberanian untuk melindungi [[hak]] dan kebenaran. Menjadi ciri khas, baik sebagai senjata, alat pertanian, perlambang, hiasan, ataupun cindera mata.
 
Pada zaman dulu perkakas ini hanya digunakan oleh kelompok tertentu yaitu para [[raja]], prabu anom, golongan pangiwa, panengen, golongan agamawan, para putri serta golongan kaum wanita tertentu, dan para ''kokolot''.
 
==Deskripsi==
 
Dalam Wacana dan Khasanah Kebudayaan [[Nusantara]], Kujang diakui sebagai senjata tradisional masyarakat Masyarakat [[Jawa Barat]] ([[Sunda]]) dan Kujang dikenal sebagai senjata yang memiliki nilai sakral serta mempunyai kekuatan magis. Beberapa peneliti menyatakan bahwa istilah Kujang berasal dari kata ''Kudihyang'' dengan akar kata '''Kudi''' dan '''Hyang'''. Kujang (juga) berasal dari kata Ujang, yang berarti manusia atau manusa. Manusia yang sakti sebagaimana [[Prabu Siliwangi]]. Manusia yang sempurna dihadapan [[Allah]] dan mempunyai derajat Ma'rifat yang tinggi. Pantas ageman (agama) gaman Kujang menjadi ''icon'' Prabu Siliwangi. Sebagai [[Raja]] yang tidak terkalahkan.
 
Kudi diambil dari bahasa Sunda Kuno yang artinya senjata yang mempunyai kekuatan gaib sakti, sebagai jimat, sebagai penolak bala, misalnya untuk menghalau musuh atau menghindari bahaya/penyakit. Senjata ini juga disimpan sebagai pusaka, yang digunakan untuk melindungi rumah dari bahaya dengan meletakkannya di dalam sebuah peti atau tempat tertentu di dalam rumah atau dengan meletakkannya di atas tempat tidur (Hazeu, 1904 : 405-406)
Baris 24:
Dengan perkembangan kemajuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomi masyarakat Sunda, Kujang pun mengalami perkembangan dan pergeseran bentuk, fungsi dan makna. Dari sebuah peralatan pertanian, kujang berkembang menjadi sebuah benda yang memiliki karakter tersendiri dan cenderung menjadi senjata yang bernilai simbolik dan sakral. Wujud baru kujang tersebut seperti yang kita kenal saat ini diperkirakan lahir antara abad 9 sampai abad 12.
 
==Bagian-bagian Kujang==
 
Karakteristik sebuah kujang memiliki sisi tajaman dan nama bagian, antara lain : papatuk/congo (ujung kujang yang menyerupai panah), eluk/silih (lekukan pada bagian punggung), tadah (lengkungan menonjol pada bagian perut) dan mata (lubang kecil yang ditutupi logam emas dan perak). Selain bentuk karakteristik bahan kujang sangat unik cenderung tipis, bahannya bersifat kering, berpori dan banyak mengandung unsur logam alam.
Baris 30:
Dalam Pantun Bogor sebagaimana dituturkan oleh Anis Djatisunda (996-2000), kujang memiliki beragam fungsi dan bentuk. Berdasarkan fungsi, kujang terbagi empat antara lain : Kujang Pusaka (lambang keagungan dan pelindungan keselamatan), Kujang Pakarang (untuk berperang), Kujang Pangarak (sebagai alat upacara) dan Kujang Pamangkas (sebagai alat berladang). Sedangkan berdasarkan bentuk bilah ada yang disebut Kujang Jago (menyerupai bentuk ayam jantan), Kujang Ciung (menyerupai burung ciung), Kujang Kuntul (menyerupai burung kuntul/bango), Kujang Badak (menyerupai badak), Kujang Naga (menyerupai binatang mitologi naga) dan Kujang Bangkong (menyerupai katak). Disamping itu terdapat pula tipologi bilah kujang berbentuk wayang kulit dengan tokoh wanita sebagai simbol kesuburan.
 
==Mitologi==
Nambihan Saur Sepuh...
Menurut orang tua ada yang memberikan falsafah yang sangat luhur terhadap Kujang sebagai;
 
Menurut orang tua ada yang memberikan falsafah yang sangat luhur terhadap Kujang sebagai; "{{quote|'''Ku-Jang-ji rek neruskeun padamelan sepuh karuhun urang"'''}} Janji untuk meneruskan perjuangan sepuh karuhun urang/ nenek moyang yaitu menegakan cara-ciri manusa dan cara ciri bangsa. Apa itu?
====Cara-ciri Manusia ada 5:====
#Welas Asih (Cinta Kasih),
#Tatakrama (Etika Berprilaku),
#Undak Usuk (Etika Berbahasa),
#Budi Daya Budi Basa,
#Wiwaha Yuda Na Raga ("Ngaji Badan".
====Cara-ciri Bangsa ada 5: ====
#Rupa,
#Basa, Adat, Aksara, Kebudayaan
#Adat,
 
#Aksara,
Sebetulnya masih banyak falsafah yang tersirat dari Kujang yang bukan sekedar senjata untuk menaklukan musuh pada saat perang ataupun hanya sekedar digunakan sebagai alat bantu lainnya.
#Kebudayaan
 
Sebetulnya masih banyak falsafah yang tersirat dari Kujang yang bukan sekedar senjata untuk menaklukan musuh pada saat [[perang]] ataupun hanya sekedar digunakan sebagai alat bantu lainnya.
{{indo-stub}}
 
[[Kategori:Senjata tajam]]