Hallatu: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Halalatu (bicara | kontrib)
Penambahan pranala
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Halalatu (bicara | kontrib)
k Perbaikan kesalahan ketik
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 10:
Penamaan Wae Sune Marakuti tempat dimana kelompok Inama Haulaleipesia berdiam berasal dari gelar leluhur yakni "Puti" (''penyebutan lain : Putio, Putine, Putile'') yang mana kata Mara berarti gelar dan Kuti berasal dari bahasa Wemale Kutile yang artinya putih.<ref>{{Cite journal|last=Grzimek|first=Benno R. O.|date=1991|title=Social change on Seram: A study of ideologies of development in eastern Indonesia.|url=http://etheses.lse.ac.uk/1161/|language=en|publisher=London School of Economics and Political Science}}</ref> Kata sune berarti tempat istirahat sementara berupa rumah kecil yang dibuat didekat sungai.
 
Seiring tahun berganti, terjadilah peperangan dengan kelompok Patarima. Yang mana penguasa Patarima yakni Marihuni sejak keluar dari Nunusaku membawa lambang Patasiwa yakni "Manumake". Pada akhirnya Marihuni dikalahkan dan lambang Patasiwa Manumake dipikul oleh seorang Upu dengan julukan "Puti". Kisah ini dilantunkan dalam kapata : "''Lei manu o, hatu lei manu o! Patasiwa kuru, hatu lei manu o! Ria molo nusa ria molo. Siwa sipameri toi yama rima o! Siwa reu o, yana siwa reu o, yana siwa reu, saka manu make''".<ref name=":3">{{Cite journal|last=Tichelman|first=G. L.|date=1932-01-01|title=EENIGE KAPATA'S VAN AMAHEI (ZUID-CERAM)|url=https://brill.com/view/journals/bki/89/1/article-p35_2.xml|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia|language=en|volume=89|issue=1|pages=35–39|doi=10.1163/22134379-90001428|issn=0006-2294}}</ref>
 
Sejak itu orang-orang mulai turun ke arah timur dan selatan Pulau Seram. Kelompok Inama Haulaleipesia yang merupakan Patasiwa Putih turun ke arah Wae Tone dan lanjut ke arah Wae Tana. Kisah ini dilantunkan dalam kapata : ''"Kamu kamu lumute kuru lena-lena, lena tone tana waile pele pele o"''.<ref name=":0" />
Baris 27:
Mata Rumah Hallatu sebagai Mata Rumah Asli Amahai Lounusa Ma'atita berada pada Soa atau Usu Lesi. Dengan simbolnya 5 Daun Keladi dan juga perahu yang dalam bahasa Amahai disebut ''Haka''.
 
Warna Soa Lesi mulanya bewarna hijau, yang mengacu pada pemahaman akan hutan. Namun akhirnya kembali kepada makna sesungguhnya akan kata ''Lesi'', maka warna kuning menjadi ciri khas. Warna kuning bermakna ''Lesi'', yang dalam [[Bahasa Amahai|bahasa Amahai (Kouro)]] berarti kemenangan, kelimpahan. Hal ini didasari ketika jaman dulu setelah menang dalam peperangan, maka mereka akan menabur bunga cempaka kuning. Peristiwa ini dilantunkan dalam kapata : ''one mana one, yeti sampaka'lo.''<ref name=":3" />
 
Selain itu pemaknaan warna kuning didasari oleh posisi Soa / Usu Lesi pada Baileo (Utaro) berada di sebelah timur dekat dengan batu pamale. Posisi timur menandakan matahari terbit, sinar cahayanya menjadi pemaknaan akan warna kuning.<ref name=":3">{{Cite journal|last=Tichelman|first=G. L.|date=1932-01-01|title=EENIGE KAPATA'S VAN AMAHEI (ZUID-CERAM)|url=https://brill.com/view/journals/bki/89/1/article-p35_2.xml|journal=Bijdragen tot de taal-, land- en volkenkunde / Journal of the Humanities and Social Sciences of Southeast Asia|language=en|volume=89|issue=1|pages=35–39|doi=10.1163/22134379-90001428|issn=0006-2294}}</ref>
 
[[Berkas:Lambang_Soa_Lesi_-_Hallatu.jpg|jmpl|ka|al=Soa Lesi|5 daun keladi sebagai lambang Soa / Usu Lesi]]