''Urang CiptagelarGelaralam'' merupakan masyarakat adat yang sangat mengamalkan [[Sunda Wiwitan|ajaran leluhur]] dan norma adat lainnya termasuk juga etika berpakaian masyarakat. Masyarakat CiptagelarGelaralam mempunyai aturan khusus yaitu menggunakan [[totopong|ikat kepala]] bagi laki-laki dan menggunakan kain yang dililitkan ke pinggang bagi kaum perempuan. Arti dari aturan ini yaitu dalam hidup harus saling terikat dan menjaga kebersihan.<ref>{{Cite news|url=https://priangantimurnews.pikiran-rakyat.com/budaya/pr-1221676307/keunikan-tradisi-kesepuhan-ciptagelar-yang-telah-dijaga-ratusan-tahun|title=Keunikan Tradisi Kesepuhan Ciptagelar yang Telah Dijaga Ratusan Tahun|access-date=12 April 2022|language=id|work=[[Pikiran Rakyat|Pikiran-Rakyat.com]]|last=Anbiyani}}</ref>
Kemudian tata cara makan di masyarakat CiptagelarGelaralam juga masih mempertahankan [[adat|adat istiadat]] yang diwariskan oleh leluhur begitu pula dalam adab makan sehari-hari. tata cara makan yaitu [[piring]] harus diletakkan di bawah, makan tidak boleh sambil berbicara, tidak boleh ada suara ketika menyendok makanan di piring, dan perempuan tidak boleh makan dengan duduk bersilang. Perempuan yang sehari-hari menggunakan kain akan sangat tidak elok dipandang jika duduk bersilang. Selain itu perempuan juga diharapkan dapat berperilaku anggun, lemah lembut, dan sopan.
Di Kampung AdatKasepuhan CiptagelarGelaralam juga para masyarakatnya masih memanfaatkan kebudayaan lama dalam memisahkan [[gabah padi]] yakni dengan menggunakan [[lesung]] dan [[alu]]. Gabah pada padi baru akan dipisahkan pada pagi hari. Kegiatan ini dilakukan oleh perempuan dari Kasepuhan CiptagelarGelaralam. Warna beras yang ditumbuk dengan lesung dan alu berbeda dengan beras yang digiling. Beras berwarna kecoklatan karena masih terbalut dengan bekatul. Sedangkan, beras yang digiling dengan mesin akan berwarna putih. Memasak beras yang dilakukan oleh ''Urang CiptagelarGelaralam'' juga masih dengan cara tradisional. Masyarakat CiptagelarGelaralam tetap mempertahankan memasak nasi dengan cara tradisional. Keberadaan [[kompor gas]] hanya digunakan untuk memasak [[sayuran]] serta lauk pauk. Tentu saja cara tersebut mengacu pada [[kebudayaan Sunda]] setempat yang telah turun-temurun. Alat yang digunakan antara lain adalah [[tungku]] ([[bahasa Sunda|Sunda]]: ''hawu''), [[dandang]] ([[bahasa Sunda|Sunda]]: ''seeng''), [[kukusan]] ([[bahasa Sunda|Sunda]]: ''aseupan''), dan [[kayu bakar]].
Kemudian juga Listriklistrik yang digunakan oleh masyarakat CiptagelarGelaralam berasal dari masyarakat CiptagelarGelaralam sendiri. Kampung AdatKasepuhan CiptagelarGelaralam tidak teraliri listrik dari [[PLN]] tetapi dengan alat mikrohidro. Mikrohidro digerakkan menggunakan air untuk mengaliri listrik di kawasan Kasepuhan CiptagelarGelaralam.<ref>{{cite web|url=https://www.mongabay.co.id/2020/04/07/belajar-dari-kasepuhan-ciptagelar-panen-energi-dari-air-dan-matahari/|title=Belajar Dari Kasepuhan Ciptagelar, Panen Energi Dari Air Dan Matahari|website=www.mongabay.co.id|language=id|access-date=12 April 2022}}</ref>
Kemudian adaterdapat upacara ''[[Upacara Serenseren Tauntaun]]'' yang dimaksudkan untuk menghormati leluhur dan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen padi yang telah dilakukan. Berbagai pertunjukan seni budaya masyarakat yang ditampilkan dalam perayaan ini. Acara Seren''seren Tauntaun'' biasanya berlangsung selama 3 hari 2 malam.<ref>{{Cite news|url=https://travel.detik.com/cerita-perjalanan/d-5380228/8-budaya-unik-dalam-kasepuhan-ciptagelar-sukabumi|title=8 Budaya Unik dalam Kasepuhan Ciptagelar Sukabumi|work=[[Detik.com|detikcom]]|access-date=12 April 2022|language=id}}</ref>