A.P.T. Pranoto: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
PeragaSetia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 38:
== Karir politik ==
=== Menaiki tangga birokrasi ===
Berkat simpatinya terhadap kemerdekaan Indonesia, Pranoto dapat menaiki tangga birokrasi dengan mudah. Dia diangkat sebagai Bupati yang diperbantukan kepada Gubernur [[Kalimantan (provinsi)|Kalimantan]] pada tanggal 26 Agustus 1952.<ref name=":1" /><ref name=":0" /> Dia kemudian bergabung dan menjadi pengurus Partai PIR ([[Partai Persatuan Indonesia Raya|Persatuan Indonesia Raya]]) di Kalimantan Timur, memberi dukungan terhadap [[Adji Raden Djokoprawiro|Aji Raden Djokoprawiro]] yang saat itu menjadi anggota [[Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia|DPR]] mewakili partai tersebut dan juga sesama bangsawan Kutai. Saat terjadi perpecahan di tubuh PIR, Pranoto bergabung dengan fraksi [[Hazairin]].{{sfn|Magenda|2010|p=74}}
[[Berkas:IndonesiaBorneoProvince.png|jmpl|Peta [[Kalimantan (provinsi)|Provinsi Kalimantan]] sebelum dimekarkan menjadi tiga provinsi pada tahun 1957.]]
 
Melalui bantuan dari [[Adji Raden Djokoprawiro|Djokoprawiro]] dan [[Hazairin]] dan kedudukannya sebagai pejabat senior dalam jajaran pamong praja, dia ditunjuk menjadi Residen Kalimantan Timur pada tahun 1954 oleh [[Daftar Gubernur Kalimantan|Gubernur Kalimantan]], [[R.T.A. Milono]], yang juga seorang anggota PIR.<ref name=":4">{{Cite news|last=Soelaiman|first=A.|date=1954-09-10|title=Heboh Sekitar Pengangkatan Residen Kalimantan Timur Adji Pangeran Temenggung Pranoto|url=https://gpa.eastview.com/crl/sean/?a=d&d=inra19540910-01.1.3&srpos=1&e=------195-en-25-inra-1--img-txIN-%22Kaltim%22---------|work=Indonesia Raya|access-date=30 Maret 2024}}</ref>{{sfn|Magenda|2010|p=72,74}} Pengangkatan tersebut ditentang oleh banyak pihak. Semua partai politik kecuali PIR menolak pengangkatan tersebut. A. Soelaiman, seorang pimpinan [[Partai Nasional Indonesia|PNI]] di Samarinda, menganggap Pranoto tidak cakap dalam mengurus wilayah [[Kabupaten Kutai|Kutai]] dan meragukan kapasitasnya sebagai residen. Sikap Pranoto yang dipandang pro-swapraja dan menganaktirikan [[Kabupaten Bulungan|Bulungan]] dan [[Kabupaten Berau|Berau]] juga menjadi faktor lain ketidakpopulerannya.<ref name=":4" /> Meski demikian, karirnya tidak surut. Dia kemudian ditunjuk sebagai pelaksana tugas (Plt) [[Gubernur Kalimantan Timur]] yang pertama pada tanggal 9 Januari 1957 dan baru secara resmi dilantik menjadi gubernur pada tahun 1959.<ref name=":1" />{{sfn|Magenda|2010|p=149}}
 
=== Karir sebagai Gubernur ===
Akibat afiliasinya terhadap kelompok pro-swapraja, Pranoto sudah ditentang sejak awal masa jabatannya. Menjelang kedatangannya dari [[Kota Banjarmasin|Banjarmasin]] ke [[Kota Balikpapan|Balikpapan]] pada tanggal 18 Januari 1957, tersebar desas-desus bahwa Pranoto akan diculik oleh sekelompok orang. Sekalipun tidak terjadi, selama perjalanan dari Balikpapan ke [[Kota Samarinda|Samarinda]], rombongan Pranoto mendapat beberapa sambutan yang tidak ramah, seperti sebuah poster yang bertuliskan "kami tidak setuju dengan gubernur eks-[[Pemerintahan Sipil Hindia Belanda|NICA]]".<ref>{{Cite news|date=1957-01-23|title=Plan voor ontvoering van gouverneur?|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22A.P.T.+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&identifier=ddd:010861564:mpeg21:a0079&resultsidentifier=ddd:010861564:mpeg21:a0079&rowid=3|work=Java Bode|access-date=22 Februari 2024}}</ref>
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Gezicht over de Baai van Balikpapan met olietanks en steigers van de Bataafsche Petroleum Maatschappij (BPM) TMnr 60051464.jpg|jmpl|Kilang minyak BPM di Balikpapan. 1950-an.]]
 
Selain itu, Pranoto juga harus menghadapi isu penyelundupan [[kopra]]. Menurut laporan dari pemerintah daerah, selama bulan Juni hingga Juli 1958, kurang lebih 10.000 ton kopra diselundupkan dari Kalimantan Timur ke [[Tawau]]. Perdagangan gelap ini memerlukan setidaknya 500 kapal untuk menjalankan operasinya dan membuat pemerintah pusat mengalami kerugian sebesar Rp 4 juta. Pranoto, yang sejak lama menentang perdagangan ini, berupaya untuk menindak tegas dengan meminta bantuan tambahan [[kapal patroli]] dari pemerintah pusat.<ref name=":2">{{Cite news|date=1957-10-03|title=Tarakan wordt vrijhaven: Poolse en Amerikaanse hulp voor provincie Oost-Borneo|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22A.P.T.+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&page=1&identifier=ddd:010475883:mpeg21:a0017&resultsidentifier=ddd:010475883:mpeg21:a0017&rowid=7|work=Het Nieuwsblad voor Sumatra|access-date=22 Februari 2024}}</ref><ref>{{Cite journal|date=16 Agustus 1958|title=Koprasmokkel|url=https://www.delpher.nl/nl/tijdschriften/view?identifier=MMKITLV3:002502007:00025&query=%22A.P.T.+Pranoto%22&coll=dts&sortfield=date&rowid=1|journal=ANP Indonesische Documentatie Dienst|volume=13|issue=33|pages=548}}</ref> Pranoto juga dihadapkan dengan kasus korupsi oleh [[Bataafsche Petroleum Maatschappij]] (BPM) yang menyebabkan kerugian besar bagi negara, di mana dia berjanji akan melakukan penyelidikan.<ref>{{Cite news|date=1957-10-14|title=Oliekwestie van B.P.M.|url=https://www.delpher.nl/nl/kranten/view?query=%22A.P.T.+Pranoto%22&coll=ddd&sortfield=date&page=1&identifier=ddd:010864443:mpeg21:a0087&resultsidentifier=ddd:010864443:mpeg21:a0087&rowid=8|work=Java Bode|access-date=22 Februari 2024}}</ref>
 
Baris 55:
 
== Pemenjaraan dan kematian ==
[[Berkas:Soehario Padmodiwirio (Hario Kecik) 1964.jpg|jmpl|Brigjen [[Soehario Padmodiwirio]], Pangdam IX/Mulawarman yang menentang Pranoto.]]
Selain golongan pejuang, Pranoto juga tidak disukai oleh pihak militer, terutama [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Pangdam IX/Mulawarman]], Brigjen [[Soehario Padmodiwirio]] yang antifeodal dan dekat dengan golongan kiri. Jenderal [[Abdul Haris Nasution]] juga memandang negatif Pranoto, menganggapnya "menyeleweng" sejak dia hendak mengangkat Pangdam sebelumnya, Kolonel [[Hartojo]], menjadi seorang pangeran. Izin yang diberikan oleh Pranoto kepada [[Daftar Bupati Bulungan|Bupati Bulungan]] saat itu, [[Andi Tjatjo]], untuk bebas bepergian ke [[Tawau]] juga menambah rasa curiga Soehario padanya.{{sfn|Kecik|2009|p=178}} Soehario juga menganggap Pranoto bertanggung jawab atas nasib malang para transmigran dari Jawa Tengah di [[Petung, Penajam, Penajam Paser Utara|Petung]], yang alih-alih mengerjakan lahan pertanian, terpaksa mengerjakan proyek pemasangan pipa minyak [[Bataafsche Petroleum Maatschappij|BPM]] dari [[Tanjung, Tabalong|Tanjung]] ke [[Kota Balikpapan|Balikpapan]] dan diterlantarkan begitu saja sehingga sebagian besar terpaksa mengemis di Balikpapan.{{sfn|Kecik|2009|p=188-189}}
 
Atas tuntutan [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Kalimantan Timur|DPRD Kalimantan Timur]], pada tahun 1961, Pranoto ditahan oleh pihak kepolisian atas tuduhan tindak korupsi penggelapan uang negara sebesar Rp 13 juta. Kasusnya ditangani oleh [[Kejaksaan Agung Republik Indonesia|Kejaksaan Agung]] dan Pranoto menjalani persidangan di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]].{{sfn|Kecik|2009|p=177}} Untuk menggantikan Pranoto, Soehario mengusulkan [[Abdoel Moeis Hassan]], salah seorang calon yang diusung PNI, kepada Menteri Dalam Negeri (Mendagri) [[Ipik Gandamana]].{{sfn|Kecik|2009|p=181}} Dia kemudian ditahan di markas [[Komando Daerah Militer VI/Mulawarman|Kodam Mulawarman]] di Balikpapan, sebelum dipindahkan ke RTM (Rumah Tahanan Militer) di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Pranoto akhirnya meninggal pada tanggal 19 Juni 1976 sebagai tahanan akibat kondisi penjara yang buruk.{{sfn|Magenda|2010|p=93-94}} Adapun sumber lain menyebutkan bahwa Pranoto meninggal di kediaman anaknya di Samarinda.<ref name=":0" />