Lombok Karangasem: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Cahyalo-lok (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan spam Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 86:
[[Berkas:Kaart Lombok Expeditie van 1894 met Ampenan Mataram en Tjakra Negara.jpg|thumb|Peta denah kuno [[Cakranegara]], Cakranegara dibangun dengan tatakota yang rapi, sesuai dari keinginan penguasa Bali sebagai pusat koloni dan pemerintahan atas pulau Lombok.]]
== Pemberontakan Sasak ==
{{Utama|Intervensi Belanda di Lombok dan Karangasem}}
[[Berkas:Onderhandelaars Lombok 1894.jpg|jmpl|250px|Para pemimpin yang terlibat perang di Lombok tahun 1894: Anak Agung Ketut Karangasem, Mayor Jenderal P.P.H. van Ham (perwakilan),<ref name="Keurs"/> Mayor Jenderal J.A. Vetter (komandan),<ref name="Keurs"/> Residen M.C. Dannenbargh, dan Gusti Jelantik.]]
Pada tahun 1891 terjadilah pemberontakan dari masyarakat muslim Sasak di [[Lombok Timur]] terhadap penguasa Bali-Mataram, yaitu Anak Agung Gde Ngurah Karangasem.<ref name="Ooi"/><ref name="Keurs"/> Pemberontakan ini, yang merupakan kelanjutan dari pemberontakan sebelumnya pada tahun 1855 dan 1871, yang sebelumnya berhasil ditumpas oleh penguasa Bali-Mataram. Hal itu terjadi karena penguasa Bali-Mataram tersebut meminta masyarakat Sasak mengumpulkan ribuan orang untuk membantunya menyerang [[Kerajaan Klungkung]] di [[Bali]], dalam upayanya untuk menjadi penguasa tertinggi di Bali.<ref name="Reader"/>
Pada tanggal 25 Agustus 1891, putra penguasa Bali-Mataram yaitu Anak Agung Ketut Karangasem dikirim beserta 8.000 orang tentara untuk menumpas pemberontakan di [[Praya, Lombok Tengah|Praya]], yang termasuk wilayah [[Kerajaan Selaparang]].<ref name="Keurs"/> Pada tanggal 8 September, pasukan kedua di bawah putra lainnya Anak Agung Made Karangasem yang berkekuatan 3.000 orang dikirimkan sebagai pasukan tambahan.<ref name="Keurs"/> Karena tentara kerajaan tampak dalam kesulitan untuk mengatasi keadaan, diminta lagi bantuan penguasa bawahan Karangasem, yaitu Anak Agung Gde Jelantik, untuk mengirimkan 1.200 orang pasukan elit untuk menuntaskan pemberontakan.<ref name="Keurs"/> Perang berkecamuk berkepanjangan sejak 1891 hingga 1894, dan tentara Bali-Mataram yang lebih canggih persenjatannya dilengkapi dengan dua kapal perang modern, ''Sri Mataram'' dan ''Sri Cakra'', berhasil menduduki banyak desa yang memberontak dan mengelilingi kubu perlawanan Sasak yang terakhir.<ref name="Keurs"/>
Pada tanggal 20 Februari 1894, yang secara resmi Sasak mengirimkan utusan untuk meminta intervensi dan dukungan Belanda.<ref name="Keurs"/> Belanda, yang melihat peristiwa ini sebagai kesempatan untuk memperluas kendali mereka di Hindia Timur, memilih untuk memihak Sasak yang telah meminta perlindungan kepada mereka. Belanda segera saja mulai mengganggu impor senjata dan perlengkapan penguasa Bali-Mataram, yang selama ini mereka datangkan dari [[Singapura]].<ref name="Ooi"/><ref name="Keurs"/>
|