Ace Hasan Syadzily: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Jelajahlangit (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Ocitraz (bicara | kontrib)
k Merubah untuk menjelaskan konteks sesungguhnya dari apa yang disampaikan, agar informasi ini tidak sepihak dan dapat memecah belah kerukunan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 77:
 
== Kontroversi ==
Dalam siaranpemberitaan persnyaMedia Online, Ace meminta film His Only Son dilarang tayang di bioskop-bioskop dan juga dilarang ditayangkan di platform apapun negara ini. Menurut Ace Hasan Syadzily, film itu dapat [https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/46431/t/Dinilai+Menyesatkan%2C+Ace+Minta+Penayangan+Film+%27His+Only+Son%27+Dihentikan menyesatkan orang Islam].
 
Namun dalam klarifikasi yang ia sampaikan, Ace menjelaskan lebih jauh soal konteks pernyataan sebelumnya, yaitu saat menjawab pertanyaan seorang guru dalam acara Ngobrol Pendidikan Islam (Ngopi). Dia juga menyatakan tak melarang film itu untuk ditonton oleh umat agama tertentu.
Berbeda dengan Wakil ketua Departemen Media dan Digitalisasi Program PP Pemuda Katolik, Fransiska Silolongan yang menegaskan bahwa permintaan pimpinan Komisi VIII (bidang agama) DPR agar penayangan film His Only Son dihentikan, mencerminkan sikap arogan dan tidak bijaksana. Meminta film itu dilarang, menunjukkan arogansi politisi yang merepresentasikan hasrat kelompok dominan agar diistimewakan, dan mendominasi ruang publik. Inilah [https://pemudakatolik.or.id/muncul-tuntutan-pelarangan-film-his-only-son-pemuda-katolik-itu-arogan-dan-tidak-bijaksana/ tirani mayoritanisme].
 
Berikut pernyataan Ace Hasan selengkapnya:
Dengan demiiian, Ace telah memberikan ketegasan bahwa film apapun itu walaupun dibuat berdasarkan [[Alkitab]] Kristen, film itu adalah sesat. Tidak boleh ditayangkan karena tidak mengambil referensi dari kitab suci '''[[Al-Qur'an]].''' Ace memiliki kebencian besar terhadap agama lain selain islam.
 
Terkait dengan pernyataan saya soal polemik film His Only Son, saya ingin menyampaikan beberapa hal:
 
1. Pernyataan saya harus dilihat konteks di mana statement itu disampaikan saat menjadi narasumber dalam acara NGOPI (Ngobrol Pendidikan Islam) yang dihadiri para Guru Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat, 8/9/2023. Dalam acara itu ada seorang guru agama yang bertanya kepada saya tentang adanya berbagai instrumen pendidikan, terutama teknologi informasi, termasuk melalui media film.
 
2. Seorang guru itu mencontohkan tentang film His Only Son yang dalam film tersebut secara ajaran yang berbeda ajaran agama Islam. Dia minta penjelasan kepada saya soal sikap saya terhadap peredaran film itu.
 
3. Karena saya ditanya soal sikap saya, di depan guru yang mengajarkan Pendidikan Islam, maka saya menjawab: "Beredarnya film His Only Son di Indonesia sebaiknya dihentikan atau banned. Narasi film ini penuh dengan kontroversi. Muatan film ini tidak seperti pemahaman selama ini tentang sejarah Nabi Ibrahim As yang diyakini umat Islam di Indonesia pada umumnya." Maksud saya melarang itu (banned) untuk peserta didik yang beragama Islam.
 
4. Saya melanjutkan penjelasan saya: "Jika peredaran film ini hanya ditujukan pada kalangan terbatas seperti keyakinan agama tertentu, masih kami pahami." Saya menegaskan hal tersebut dalam penjelasan saya.
 
5. "Tapi jika film ini beredar luas, maka akan menimbulkan pemahaman sejarah yang menyesatkan menurut keyakinan agama Islam di Indonesia." Kemudian saya melanjutkan: "Kita tahu, dalam ajaran Islam, bahwa Nabi Ibrahim itu memiliki dua anak, yaitu Nabi Ismail & Nabi Ishak. Soal Nabi Ismail ini yang tidak diakui dalam film ini. Padahal Nabi Ismail yang merupakan putera Nabi Ibrahim AS dari istri Siti Hajar yang diyakini memiliki keterkaitan baik dari segi geneologi maupun ajaran hingga Nabi Muhammad SAW sebagai pembawa ajaran Islam. Jika pemahaman seperti yang tergambar dalam film ini beredar luas, maka sesungguhnya sama saja dengan meniadakan keterkaitan ajaran Islam dengan sejarah Nabi Ibrahim."
 
6. Kemudian, Guru itu bertanya kembali kepada saya soal bagaimana cara mencegah supaya tidak terpengaruh anak didiknya dari ajaran yang tidak sesuai dengan akidah Islam, seperti dalam film itu?
 
7. Saya menjawab, mungkin perlu dipertimbangkan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, saya minta kepada pihak terkait, sebaiknya film ini ditarik peredarannya dari bioskop di Indonesia, termasuk juga dari berbagai media penayangan film di Indonesia. "Saya juga mendesak pihak Kominfo untuk turun mengkaji peredaran film ini," ungkap saya.
 
8. Dari penjelasan kronologi saya di atas, saya tidak melarang film itu untuk ditonton oleh agama tertentu. Kembali lagi saya ulangi pernyataan saya, jika peredaran film ini hanya ditujukan pada kalangan terbatas seperti keyakinan agama tertentu, masih kami pahami." Itulah bahasa yang saya gunakan untuk menegaskan bahwa saya tidak melarang film itu untuk ditonton. Saya tidak memiliki rekam jejak tidak menghargai perbedaan agama orang lain. Saya menjunjung tinggi toleransi. Apalagi partai saya yang saat ini saya mengabdi merupakan partai nasionalis.
 
9. Saya memiliki pengalaman yang paling berharga dalam perjalanan politik saya, yaitu pernah menjadi Sekretaris Tim Pemenangan Basuki Tjahaja Purnama, seorang Gubernur beragama Nasrani yang saya nilai memiliki kapasitas untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2016 yang lalu. Walaupun pilihan politik saya itu harus hadapi dengan berbagai kecaman dari sebagian saudara saya yang seiman, bahkan keluarga sendiri. Tapi saya tetap istiqomah bersama Pak Ahok, membelanya di saat beliau menghadapi kasus hukum hingga beliau dipenjara yang beberapa kali saya tengok, dan hingga sekarang menjadi teman yang baik.
 
10. Terus terang, saya merasa miris dengan respon dari para pihak, terutama netizen yang menyerang saya di berbagai media sosial saya, dengan bahasa-bahasa yang kasar dan tak beradab. Bukankah agama kita mengajarkan untuk bertabayun dan meminta klarifikasi terlebih dahulu? Sependek pengetahuan saya, bukankah setiap agama mengajarkan kepada kita untuk mengedepankan kasih, bukan caci maki dengan budi bahasa yang saling menghormati?
 
11. Pernyataan saya tentang film His Only Son, sekali lagi harus dilihat dalam konteks di mana saya berbicara di depan audiens Guru Agama Islam yang mengajarkan Islam yang justru saya kaitkan dengan sikap menghormati agama lain, termasuk kita memahami jika film itu ditonton oleh penganut agama yang diyakininya.
 
12. Saya tidak pernah membalas apapun cacian, hinaan dan makian yang ditujukan kepada saya di media sosial yang saya miliki.
 
13. Demikian juga saya meminta maaf bila pernyataan saya membuat salah paham sehingga ada yang tersinggung dan membuat kegaduhan serta membuat silaturahmi kebangsaan (wathoniyah) kita menjadi tercoreng. Insya Allah, saya istiqomah dan konsisten untuk menjaga kemajemukan bangsa kita.
 
== Bibliografi ==