Wangsa Goparana: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Dilakukan penambahan atas data dan informasi yang melengkapi profil dari tokoh, dengan dilengkapi sumber rujukan yang akurat dan terpercaya. Dilakukan perbaikan pada tata bahasa agar lebih sesuai dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik.
k memperbaiki kerapihan paragraf
Baris 5:
Sunan Wanaperih memerintah di Walangsuji kemudian digantikan oleh puteranya, Apun Surawijaya, yang memindahkan pusat pemerintahan kembali ke Talaga. Putera Apun Surawijaya bernama Pangeran Ciburuy atau disebut juga Sunan Ciburuy atau dikenal juga dengan sebutan Pangeran Surawijaya yang menikah dengan putri Cirebon bernama Ratu Raja Kertadiningrat yang merupakan saudari dari Panembahan Sultan Sepuh III Cirebon. Pangeran Surawijaya dianungrahi 6 orang anak yaitu: Dipati Suwarga, Mangunjaya, Jaya Wirya, Dipati Kusumayuda, Mangun Nagara, dan Ratu Tilarnagara. Ratu Tilarnagara menikah dengan Bupati Panjalu ([[Kerajaan Panjalu Ciamis]]) yang bernama Pangeran Arya Sacanata yang masih keturunan Prabu Haur Kuning. Pengganti Pangeran Surawijaya ialah Dipati Suwarga yang menikah dengan Putri Nunuk dan berputera 2 orang, yaitu: Pangeran Dipati Wiranata dan Pangeran Secadilaga atau Pangeran Raji. Pangeran Surawijaya wafat dan digantikan oleh Pangeran Dipati Wiranata dan setelah itu diteruskan oleh puteranya Pangeran Secanata. Pada masa pemerintahan Pangeran Secanata pengaruh kekuatan V.O.C. sudah sangat terasa hingga pada tahun-tahun berikutnya pemerintahan di Talaga diharuskan pindah oleh [[VOC|V.O.C.]] ke Majalengka, hal ini menyebabkan penolakan dari rakyat Talaga yang kemudian melakukan perlawanan. Peninggalan masa tersebut berupa senjata dan pusaka masih terdapat di Museum Talaga hingga saat ini.
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Pasanggrahan Segalaherang TMnr 60016167.jpg|jmpl|Sagalaherang di tahun 1920]]
 
 
Tidak meneruskan jejak ayahnya sebagai raja di Talaga Manggung, Dalem Wangsa Goparana memilih pindah ke [[Sagalaherang, Subang|Sagalaherang]] Subang untuk menyebarkan agama Islam, kelak keturunannya ada yang menjadi bupati seperti [[Wira Tanu I|Jayasasana]] (Raden Wira Tanu I) yang mendiami wilayah Cikundul atau [[Cikalongkulon, Cianjur|Cikalongkulon]] dan merupakan Bupati sekaligus perintis pemukiman wilayah Cianjur.