Gereja Protestan dan Islam: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 75:
Hubungan unik antara Protestan dan Islam ini terutama terjadi pada abad ke-16 dan ke-17. Kemampuan negara-negara Protestan untuk mengabaikan larangan Kepausan, dan dengan demikian membangun hubungan komersial dan jenis-jenis hubungan lain yang lebih bebas dengan [[Negara Islam|negara-negara Muslim]] dan pagan, mungkin bisa menjelaskan keberhasilan mereka dalam mengembangkan pengaruh dan pasar di wilayah yang sebelumnya ditemukan oleh [[Spanyol]] dan [[Portugal]].{{Sfn|Goody|2004|p=49}} Namun secara progresif, Protestantisme mampu mengkonsolidasikan dirinya dan menjadi kurang bergantung pada bantuan eksternal. Pada saat yang sama, kekuatan Kesultanan Utsmaniyah melemah sejak puncak kejayaannya pada abad ke-16, sehingga upaya aliansi dan konsiliasi menjadi kurang relevan. Namun, pada tahun 1796, Perjanjian [[Tripoli]] (antara [[Amerika Serikat]] dan Subyek Tripoli dari Barbary) menyatakan "bahwa tidak ada dalih yang timbul dari pendapat agama yang akan mengganggu keharmonisan yang ada antara kedua negara."
Pada akhirnya, hubungan antara Protestan dan Islam seringkali cenderung berkonflik. Budak Protestan diakuisisi oleh bajak laut Barbary dalam penggerebekan budak di kapal dan penggerebekan di kota-kota pesisir dari Irlandia hingga Belanda dan barat daya Inggris, hingga ke utara hingga Islandia. Pada beberapa kesempatan, pemukiman seperti Baltimore di Irlandia ditinggalkan setelah penggerebekan, dan baru dimukimkan kembali beberapa tahun kemudian. Antara tahun 1609 dan 1616, Inggris sendiri kehilangan 466 kapal dagang karena bajak laut Barbary.<ref>Rees Davies, [https://www.bbc.co.uk/history/british/empire_seapower/white_slaves_01.shtml "British Slaves on the Barbary Coast"], [[BBC]], 1 July 2003</ref> Dalam konteks Amerika Serikat, para misionaris Protestan tampaknya aktif dalam menggambarkan Islam dalam sudut pandang yang tidak menguntungkan, menggambarkannya sebagai "lambang kegelapan anti-Kristen dan tirani politik", dengan cara yang membantu membangun oposisi. identitas nasional Amerika sebagai "modern, demokratis dan Kristen".<ref>{{cite book|author-link1=Elizabeth Shakman Hurd| last=Hurd | first=Elizabeth Shakman | title=The Politics of Secularism in International Relations | date=10 January 2009 | publisher=Princeton University Press | isbn=978-1-4008-2801-2 | page=59}}</ref>
== Referensi ==
|