Al-Muthi': Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan |
|||
Baris 36:
Selaku kepala para putra yang tersisa dari al-Muqtadir dan saudara dari dua khalifah sebelumnya, al-Fadl menjadi kandidat kuat untuk takhta tersebut.{{sfn|Busse|2004|p=25}} Sebagai tanggapannya, Tuzun memilih [[al-Mustakfi]] ({{reign|944|946}}), seorang putra dari Khalifah [[al-Muktafi]] ({{reign|902|908}}).{{sfn|Busse|2004|p=23}} Sumber-sumber abad pertengahan melaporkan bahwa al-Mustakfi dan al-Fadl saling membenci satu sama lain, dan bertikai pada persinggahan mereka di [[Istana Tahiriyah]] pada masa muda. Tak hanya mereka merupakan anggota garis suksesi pesaing, namun sifat mereka bertentangan secara diametrikal: walau al-Fadl, seperti ayahnya, dikenal karena kesalehannya, al-Mustakfi membeberkan wacana ketaatan lewat asosiasinya dengan militia {{transl|ar|ayyarun}}—tergambar dari golongan kelas rendah di perkotaan, mereka seringkali dijadikan pembuat ketegangan dan mendakwa asosiasi mereka dengan kelompok heterodoks dan sektarian seperti [[Sufi]]{{sfn|Tor|2014}}{{sfn|Donohue|2003|pp=340–346}}—dan keikutsertaannya dalam permainan-permainan 'vulgar'.{{sfn|Busse|2004|p=25}} Kala al-Mustakfi bertakhta, ia mengirim para agennya untuk merebut al-Muthi', namun al-Muthi' langsung dibawa ke persembunyian, dan khalifah tersebut memutuskan sendiri untuk merobohkan rumahnya.{{sfn|Bowen|1928|p=392}}{{sfn|Busse|2004|p=25}} Tindakan tersebut hanya ditujukan untuk menandai al-Fadl selaku pesaing berat; kala mendengarnya, [[wali raja (Kekhalifahan Abbasiyah)|wali raja]] veteran, [[Ali bin Isa bin al-Jarrah|Ali bin Isa]], dikatakan berujar bahwa "Saat ini, ia [al-Fadl] telah diakui menjadi pewaris takhta."{{sfn|Bowen|1928|p=392}}
===Kekhalifahan===
====Naik takhta====
[[File:Buyid amirates in the Middle East, ca. 970.svg|thumb|right|upright=1.25|Wilayah kekuasaan [[dinasti Buwaihi]], mengendalikan irak dan sebagian besar Iran, dan wilayah lain di Timur Tengah pada {{circa|970}}]]
Pada Desember 945, pasukan [[Daylamiyah]] dari penguasa [[Buwaihi]] [[Mu'izz al-Dawla]] ({{reign|945|967}}) merebut Baghdad. Mu'izz al-Dawla menjadi 'pelindung' ''de facto'' khalifah Abbasiyah, walau gelar {{transl|ar|amir al-umara}} nampaknya diserahkan pada kakaknya, [[Imad al-Dawla]], yang diangkat menjadi kepala amir Buwaihi.{{sfn|Donohue|2003|pp=13–14, 18}}{{efn|Pada kematian Imad al-Dawla pada 949, gelar {{transl|ar|amir al-umara}} diserahkan kepada saudara tengahnya, [[Rukn al-Dawla]], sementara Mu'izz al-Dawla tetap memerintah Irak dan 'melindungi' Khalifah selaku wakil saudaranya.{{sfn|Donohue|2003|p=19 (esp. note 18)}}}} Pada 29 Januari 946 (atai 9 Maret, menurut catatan lain), al-Mustakfi digulingkan,{{sfn|Zetterstéen|Bosworth|1993|p=799}}{{sfn|Özaydin|2006|p=139|ignore-err=yes}} dan pada hari yang sama, Mu'izz al-Dawla mengangkat al-Fadl pada kekhalifahan, dengan [[laqab|nama regnal]] {{transl|ar|al-Muti' li-'llah}} ({{lit.|Taat pada Allah}}).{{sfn|Bowen|1928|p=392}}{{sfn|Busse|2004|pp=27, 153}} Kemunculan ulang mendadak al-Muthi', dan kenaikan takhtanya, nampaknya menjadi kejutan dari orang-oramng sezamannya, dan berujung pada kisah bahwa ia bersekongkol dengan Buwaihi sejak masa kenaikan takhta al-Muktafi.{{sfn|Busse|2004|p=27}}
Sumber-sumber abad pertengahan membenarkan perubahan tersebut atas dasar agama. Buwahihi dan para pengikut mereka adalah simpatisan [[Syi'ah]], dan dua pembuat kronik pada masa berikutnya, [[Muhammad bin Abd al-Malik al-Hamadhani]] (w. 1127) dan [[Ibnu al-Athir]] (dw 1233), melaporkan bahwa Mu'izz al-Dawla memunculkan gagasan menggulingkan Abbasiyah dan mengangkat [[bani Ali]] pada takhta Baghdad, yang hanya dibocorkan oleh jurutulisnya, [[Abu Ja'far al-Saymari]], yang menyatakan bahwa dalam pertikaian antara dirinya dan khalifah Syi'ah, golongan prajurit Daylamiyah nampaknya berpihak dengan khalifah Syi'ah.{{sfn|Bowen|1928|p=392}}{{sfn|Donohue|2003|pp=14–15}} Ini jelas-jelas kemudian menjadi interpolasi anakronistik,{{efn|Al-Hamadhani menyebut imam [[Zaydisme|Zaydi]] [[Rassiyah]] Abu'l-Hasan Muhammad bin Yahya selaku kandidat menonjol, dan Ibnu al-Athir menganggap calon menonjolnya adalah [[khalifah Fatimiyah]] [[Isma'ili]], [[al-Mu'izz li-Din Allah]]. Keduanya tak benar, karena Abu'l-Hasan telah wafat sembilan tahun sebelumnya, dan al-Mu'izz li-Din Allah baru naik takhta pada 953.{{sfn|Donohue|2003|pp=14–15}}}} dan sejarawan John Donohue tak mengklaim motivasi keagamaan apapun dalam penggulingan al-Mustakfi. Para pembuat kronik lainnya menyebut alasan berbeda, seperti intrik khalifah dengan Gamdaniyah, atau kemunculan al-Fadl dari persembinyian dan menyatakan penguasa Buwaihi melawan sepupunya, namun alasan utamanya nampaknya adalah bahwa Mu'izz al-Dawla berhendak untuk memiliki khalifah yang berada di bawah kendali penuhnya tanpa sumber dukungan luar.{{sfn|Donohue|2003|pp=15–17}}
al-Mustakfi digulingakan dan dibutahakan, nampaknya sebagai tindakan balas dendam yang dipicu oleh al-Muthi', dan menjalani sisa masa hidupnya sebagai tahanan di istana khalifah, tempat ia wafat pada September 949.{{sfn|Busse|2004|pp=158–159}}
{{AbbasiyahFamilyTree}}
|