Iha, Saparua Timur, Maluku Tengah: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Pengembalian manual |
|||
Baris 25:
== Hubungan sosial ==
=== Hubungan dengan negeri-negeri tetangga ===
Sebelum pecah konflik sektarian yang melanda Maluku pada 1999, secara umum hubungan sosial antara penduduk Iha dengan negeri-negeri tetangga terbilang cukup baik. Iha adalah salah satu dari tiga negeri mayoritas Muslim di [[Pulau Saparua]], bersama [[Kulur, Saparua, Maluku Tengah|Kulur]] dan [[Sirisori Islam, Saparua Timur, Maluku Tengah|Sirisori Islam]]. Khususnya di wilayah [[Hatawano]], terdapat 5 negeri dan satu kampung, kecuali Iha, semuanya beragama Kristen Protestan. Menurut beberapa tuturan, Masjid Nurul Insan merupakan buah tangan dan bantuan yang diberikan oleh Ihamahu, yang pembangunannya juga dibantu oleh warga [[Nolloth, Saparua Timur, Maluku Tengah|Nolloth]] serta [[Itawaka, Saparua Timur, Maluku Tengah|Itawaka]]. Masyarakat Iha juga terlibat dalam pembangunan gereja di negeri-negeri tetangga, seperti pembangunan [[Gereja Protestan Maluku|GPM]] Maranatha di Itawaka tahun 1970an.
Pada 1999 Negeri Iha yang penduduknya paling sedikit ini menghadapi gempuran dari pihak Kristen di berbagai arah. Kekuatan yang tidak seimbang memaksa penduduk Iha untuk mengungsi dengan cara berenang ke laut hingga mencapai kapal milik TNI yang berlabuh beberapa puluh meter lepas pantai Iha. Kapal ini nantinya membawa pengungsi Iha ke beberapa lokasi pengungsian, utamanya ke Lohy di [[Sepa, Amahai, Maluku Tengah|Sepa]] dan Lengkong di [[Liang, Salahutu, Maluku Tengah|Liang]]. Sampai saat ini, Raja Iha serta seluruh perangkat pemerintahan negeri masih menjalankan administrasi dari pengungsian mereka di Lohy. Masyarakat Iha yang berdiam di Lohy dikenal sebagai Ihalohy, sementara yang berdiam di Lengkong dikenal sebagai Iha Liang. Kelompok pertama beserta Raja Iha terbilang enggan untuk segera kembali ke bekas reruntuhan negeri mereka. Ada pun kelompok kedua, mereka termasuk lebih proaktif terhadap wacana pemulangan masyarakat Iha ke kampung halamannya.
Baris 31:
Para penyerang yang menggempur Iha diketahui beberapa di antaranya merupakan warga [[Ihamahu, Saparua Timur, Maluku Tengah|Ihamahu]] dan Itawaka, yang secara adat memiliki hubungan ''gandong'' dengan warga Iha. Fakta ini sangat mengejutkan karena rupanya sistem sosial yang ada tidak mampu membendung solidaritas agama dalam konflik bernuansa SARA tersebut. Bagi sebagian pihak, kejatuhan Iha dipandang sebagai pembalasan atas kejatuhan beberapa kampung Kristen, baik di Saparua maupun di luar Saparua. Intensitas penyerangan terhadap Iha ditingkatkan pasca kejatuhan dan dibakar habisnya Negeri [[Kariu, Pulau Haruku, Maluku Tengah|Kariu]] di Pulau Haruku, [[Waai, Salahutu, Maluku Tengah|Waai]] di Pulau Ambon, dan [[Sirisori Amalatu, Saparua Timur, Maluku Tengah|Sirisori Amalatu]] di Pulau Saparua.
Proses pemulangan masyarakat Iha dari pengungsian saat ini belum terjadi dikarenakan adanya konflik internal di kalangan mereka. Walaupun demikian, pihak yang ingin pulang telah membangun gapura selamat datang di Iha serta sebuah rumah singgah. Masyarakat Ihalohy yang belum mau pulang sepenuhnya, tiap tahun selalu menziarahi reruntuhan negeri mereka dan membersihkan kuburan. Masyarakat Kecamatan Saparua Timur, khususnya negeri-negeri di Hatawano yang bertetangga dan pernah berkonflik langsung dengan Iha secara umum menerima dan menghendaki pemulangan masyarakat Iha. Selain sebagai negeri tertua, tanpa Iha disebutkan bahwa Saparua Timur belum lengkap dan terus akan menunggu Iha kembali.
=== ''Gandong'' ===
|