Biospeleologi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Memperbaiki ejaan |
memperbaiki ejaan |
||
Baris 9:
== Biospeleologi di Indonesia ==
Di [[Indonesia]], biospeleologi belum begitu berkembang karena belum banyak lembaga penelitian maupun universitas yang tertarik untuk menekuni kehidupan biota di dalam gua. Namun, sejarah perkembangan biospeleologi dapat ditelusuri dari beberapa literatur. Awal perkembangan biospeleologi dimulai ketika pendudukan zaman Belanda atau bisa disebut periode Belanda (1900—1940). Kemudian periode berikutnya bisa disebut Periode Kemerdekaan (1941—1980) di mana pada periode ini tidak banyak penelitian maupun temuan dari dalam gua.
Periode perkembangan biospeleologi meningkat dengan tajam ketika era 80-an atau bisa disebut dengan Periode Terkini (1981—sekarang) dengan masuknya peneliti luar negeri. Pada saat itu, para penelusur gua dari Prancis yang dimotori APS banyak mengeksplorasi gua-gua di Sulawesi khususnya [[Kawasan Karst Maros-Pangkep|Karst Maros]]. Salah satu anggota tim yang terlibat adalah seorang biolog yang tidak bisa dilepaskan dari sejarah biospeleologi Indonesia yaitu Dr. Louis Deharveng dan kolega yang selalu mendampinginya yaitu Dr. Anne Bedos. Kedua orang ini banyak menemukan jenis organisme baru dari gua-gua di Indonesia dan banyak jenis organisme yang namanya didedikasikan untuk mereka.
Baris 21 ⟶ 19:
Berdasarkan tingkat adaptasinya biota gua dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yaitu:
* '''Trogloxene/stygoxene''' adalah kelompok biota ([[terestrial]] dan akuatik) yang menggunakan gua sebagai tempat tinggal sementara dan hidupnya masih tergantung dengan lingkungan luar gua.
* '''Troglophile/stygophile''' adalah kelompok biota (terestrial/akuatik) yang seluruh daur hidupnya dihabiskan di dalam gua namun jenis yang sama masih ditemukan di luar gua. Contoh: Amblypygi jenis ''Stygophrynus dammermani'' Roewer dari beberapa gua di Jawa Barat.
* '''Troglobite/stygobite''' adalah kelompok biota (terestrial/akuatik) yang seluruh daur hidupnya berlangsung di dalam gua dan jenis-jenis yang sama sudah tidak ditemukan lagi di luar gua. Kelompok ini telah mengalami proses adaptasi dan evolusi yang cukup panjang untuk dapat hidup dan sangat bergantung dengan lingkungan gua. Contoh: udang gua akuatik Cibinong (''Stenasellus javanicus''), kepiting gua Gunung Sewu (''Karstarma jacobsoni''), isopoda gua Gunung Sewu (''Tenebrioscia antenuata'' Schultz (Gua Bribin) dan ''Javanoscia elongata'' Schultz (Gua Semuluh) dan banyak jenis lain dari Maros seperti Kumbang gua,'' Eustra saripaensis'' Deuve.
|