Suku Aceh: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membatalkan 1 suntingan oleh TIDUR SIANG (bicara) ke revisi terakhir oleh 36.68.53.91(Tw)
Tag: Pembatalan
menambahkan pranala
Baris 16:
'''Etnis Aceh''' ({{lang-ace|اورڠ اچيه|ureuëng Acèh}}) merupakan suatu [[kelompok etnis]] yang berasal dari ujung utara pulau [[Sumatra]], khususnya di wilayah [[Provinsi Aceh]], [[Indonesia]]. Mereka terikat dalam [[budaya Aceh|kebudayaan]], [[bahasa Aceh|bahasa]], dan [[sejarah Aceh|latar belakang sejarah]] yang sama. Etnis Aceh memiliki beberapa eksonim yang bervariasi, diantaranya yaitu ''Lam Muri'', ''Lambri'', ''Achin'', ''Asji'', ''A-tse'' dan ''Atse''.<ref name="Ensiklopedi Suku Bangsa">{{Cite book|title=Ensiklopedi Suku Bangsa di Indonesia|last=Hidayah|first=Zulyani|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|year=2015|isbn=978-979-461-929-2|location=Jakarta|pages=3}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://joshuaproject.net/people_groups/10138/ID|title=Abui, Barue in Indonesia|last=Project|first=Joshua|access-date=2016-11-19}}</ref>
 
Pada masa modern, etnis Aceh terkenal sebagai para [[pedagang]] yang ulung dan juga mayoritas etnis Aceh kini merupakan pemeluk agama [[Islam di Indonesia|Islam]].{{sfn|Minahan|2012|pp=}} Secara tradisional, etnis Aceh hidup secara matrilokal dan komunal, mereka tinggal di [[permukiman]] yang disebut ''[[gampong]]''. Masa keemasan peradaban etnis Aceh berpuncak pada masa sekitar abad ke-16 hingga abad ke-17, seiring dengan masa kejayaan [[Kesultanan Aceh Darussalam]].{{sfn|Minahan|2012|pp=}}
 
== Asal keturunan ==
Baris 25:
[[Berkas:Codice Casanatense Acehnese.jpg|300px|jmpl|kiri|Sebuah ilustrasi dari Portugis yang terdapat dalam buku [[w:en:Códice Casanatense|Códice Casanatense]] tahun 1540 yang menggambarkan orang Aceh. Inskripsi yang tertulis: "Orang-orang yang mendiami pulau Sumatra yang dikenal sebagai Orang Aceh, mereka adalah orang-orang kafir, sangat gemar perang yang bertempur dengan sumpit beracun; dari pulau Sumatra ini dikenal hasil [[cendana]], [[kemenyan]], dan banyak [[emas]] dan [[perak]], sungguh pulau ini sangatlah kaya."]]
 
Selanjutnya terjadi perpindahan suku-suku asli [[Suku Mante|Mantir]]{{sfn|Ion|Errington|1993|pp=61}} dan Lhan ([[Melayu Proto|proto Melayu]]), serta suku-suku [[Kerajaan Champa|Champa]], Melayu, dan [[Orang Minangkabau|Minang]] ([[Melayu Deutero|deutro Melayu]]) yang datang belakangan turut membentuk penduduk pribumi Aceh. Bangsa asing, terutama bangsa India selatan, serta sebagian kecil bangsa Arab, Persia, Turki, dan Portugis juga adalah komponen pembentuk suku Aceh. Posisi strategis Aceh di bagian utara [[pulau Sumatra]], selama beribu tahun telah menjadi tempat persinggahan dan percampuran berbagai suku bangsa, yaitu dalam jalur perdagangan laut dari [[Timur Tengah]] hingga ke [[Cina]].
 
=== Asal Muasal Suku Di Aceh ===
[[Legenda]] rakyat Aceh menyebutkan bahwa penduduk Aceh pertama berasal dari [[suku Mante]] & Suku Lhan, Suku Mante merupakan etnis lokal yang merupakan bagian dari [[Suku Alas]] & [[Suku Karo]], sedangkan suku Lhan diduga masih berkerabat dengan [[Semang|suku Semang]] yang bermigrasi dari [[Semenanjung Malaya]] atau Hindia Belakang ([[Champa]], [[Burma]]).{{sfn|Alamsyah|2008|pp=201}} Suku Mante pada mulanya mendiami wilayah [[Aceh Besar]] dan kemudian menyebar ke tempat-tempat lainnya. Ada pula dugaan secara [[etnologi]] tentang hubungan suku Mante dengan bangsa [[Funisia]] di [[Babilonia]] atau [[Dravida]] di lembah sungai [[Indus]] dan [[Sungai Gangga|Gangga]], namun hal tersebut belum dapat ditetapkan oleh para ahli kepastiannya.<ref>M. Zainuddin. 1961. Tarich Atjeh dan Nusantara. Medan. Pustaka Iskandar Muda</ref>
 
Ketika [[Kerajaan Sriwijaya]] memasuki masa kemundurannya, diperkirakan sekelompok [[suku Melayu]] mulai berpindah ke tanah Aceh.<ref>{{Citation | title=Sejarah peradaban Aceh: suatu analisis interaksionis, integrasi, dan konflik |first=Abdul Rani |last=Usman | title=Sejarah peradaban Aceh: suatu analisis interaksionis, integrasi, dan konflik |url=http://books.google.co.id/books?id=szBwAAAAMAAJ&q=tamiang+sriwijaya&dq=tamiang+sriwijaya&hl=en&sa=X&ei=F4ScU6f7CdS58gXK9YGgAQ&ved=0CFoQ6AEwCQ |publisher=Yayasan Obor Indonesia |year= 2003 |isbn=9789794614280 }}, hlm. 40.</ref> Di lembah [[sungai Tamiang]] yang subur mereka kemudian menetap, dan selanjutnya dikenal dengan sebutan [[suku Tamiang]].<ref>{{Citation| first=Ismail |last=Suny | year=1980 | title=Bunga rampai tentang Aceh |url=http://books.google.co.id/books?ei=F4ScU6f7CdS58gXK9YGgAQ&id=XsoLAAAAIAAJ&dq=tamiang+sriwijaya&focus=searchwithinvolume&q=Melayu | publisher=Bhratara Karya Aksara }}, hlm. 146.</ref> Setelah mereka ditaklukkan oleh [[Samudera Pasai|Kerajaan Samudera Pasai]] (1330), mulailah integrasi mereka ke dalam masyarakat Aceh, walau secara adat dan [[Bahasa Tamiang|dialek]] tetap terdapat kedekatan dengan budaya Melayu.
 
[[Suku Minang]] yang bermigrasi ke Aceh banyak yang menetap di sekitar [[Meulaboh]] dan lembah ''[[Krueng Seunagan]]''.{{sfn|Kuhnt-Saptodewo|Grabowsky|Grossheim|1997|pp = 183}} Umumnya daerah subur ini mereka kelola sebagai persawahan basah dan kebun lada, serta sebagian lagi juga berdagang.{{sfn|Kuhnt-Saptodewo|Grabowsky|Grossheim|1997|pp = 183}} Penduduk campuran Aceh-Minang ini banyak pula terdapat di wilayah bagian selatan, yaitu di daerah sekitar [[Susoh, Aceh Barat Daya|Susoh]], [[Tapaktuan]], dan [[Labuhan Haji]]. Mereka banyak yang sehari-harinya berbicara baik dalam bahasa Aceh maupun [[bahasa Aneuk Jamee]], yaitu dialek khusus mereka sendiri.
[[Berkas:Flag of the Aceh Sultanate.png|alt=|jmpl|252x252px|Bendera [[Kesultanan Aceh]]]]
Akibat politik ekspansi dan hubungan diplomatik [[Kesultanan Aceh Darussalam]] ke wilayah sekitarnya, maka suku Aceh juga bercampur dengan suku-suku [[Gayo]], [[Nias]], dan [[Kluet]]. Pengikat kesatuan budaya suku Aceh yang berasal dari berbagai keturunan itu terutama ialah dalam [[bahasa Aceh]], agama [[Islam]], dan [[Budaya Aceh|adat-istiadat khas]] setempat, sebagaimana yang dirumuskan oleh [[Sultan Iskandar Muda]] dalam undang-undang ''Adat Makuta Alam''.<ref>{{Cite web|url=https://www.romadecade.org/suku-aceh/|title=Suku Aceh|date=2019-04-16|website=RomaDecade|language=id-ID|access-date=2019-11-23|archive-date=2019-01-26|archive-url=https://web.archive.org/web/20190126013755/http://romadecade.org/suku-aceh/|dead-url=yes}}</ref>