Teuku Ben Mahmud: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Al Asyi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Al Asyi (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 82:
Pada Juni 1908, Belanda berhasil menyandera beberapa anggota keluarga dan pasukan Teuku Ben termasuk istri Teuku Ben, Teuku Banta Sulaiman, Teuku Sabi beserta 100 orang pengikutnya. Atas bujukan [[W.B.J.A. Scheepens|Kapitein W.B.J.A. Scheepens]] dan [[Kapten|Kapitein]] H. Colijn, Teuku Ben Mahmud dan 160 orang pasukannya pada Juli 1908 akhirnya terpaksa turun gunung dengan membawa 17 pucuk senjata dan menghentikan gerilyanya dengan syarat Belanda harus melepaskan sandera dan mengembalikan pejuang Aceh yang mereka buang ke luar Aceh.
 
Meskipun telah turun gunung, Teuku Ben Mahmud tetap diawasi oleh Belanda. Secara diam-diam Teuku Ben masih terus menyemangati pejuang Aceh bahkan sempat memerintahkan untuk membunuh seorang mata-mata Belanda. Karena dianggap masih memiliki pengaruh terhadap perlawanan melawan Belanda, Teuku Ben Mahmud dan beberapa keluarganya akhirnya dibuang ke [[Kota Ambon|AmbonHalmahera]], [[Maluku]] menggunakan kapal Van Doorn antara tahun 1911-1914. Tidak diketahui secara pasti kondisi Teuku Ben Mahmud dalam pengasingannya di Maluku.
 
Meskipun perjuangan Teuku Ben Mahmud terhenti setelah ia dibuang ke Maluku. Namun semangat perjuangannya tetap diteruskan oleh Teuku Karim bin Teuku Ben Mahmud dan pasukan nya yang lain. Bahkan disinyalir [[peristiwa 11 September 1926]] atau penyerangan tangsi Belanda di Blangpidie oleh pasukan [[Teungku Peukan]] juga dilatarbelakangi atau dipengaruhi oleh semangat perjuangan Teuku Ben Mahmud.