Carlo Ancelotti: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan perlu dirapikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 66:
Di musim keduanya 2014-2015 menangani Real Madrid Ancelotti sukses mempersembahkan gelar Piala Super UEFA dan Piala Dunia Antarklub serta mengantar klub meraih kemenangan beruntun 22 kali sampai akhir Desember 2014. Pada tahun 2015 performa Real Madrid menurun akibat cedera dan itu mempengaruhi masa depan Ancelotti di klub. Pada akhir musim Real Madrid memutuskan untuk memberhentikan Ancelotti karena tidak bisa mempersembahkan gelar apapun dan menurun kondisi kesehatan dia. Ia menjadi manajer Bayern Munich pada tahun 2016, di mana ia memenangkan gelar Bundesliga di musim pertamanya, dan setelah bertugas di Napoli dan Everton antara tahun 2018 dan 2021, ia kembali ke Real Madrid pada musim panas 2021, di mana ia kemudian menjadi juara gelar ganda La Liga dan Liga Champions.
== Karier kepelatihan ==
=== '''Reggiana''' ===
Ancelotti melakukan studi kepelatihannya di Coverciano, di mana ia menulis artikel penelitian berjudul "Il Futuro del Calcio: Più Dinamicità"(Bahasa Inggris: "Masa Depan Sepak Bola: Lebih Banyak Dinamisme"). Setelah menjabat sebagai asisten manajer dengan tim nasional Italia di bawah mantan pelatih Milan Arrigo Sacchi antara tahun 1992 dan 1995, dan mencapai final Piala Dunia 1994, Ancelotti memulai karir manajerialnya dengan tim Serie B Reggiana pada tahun 1995, di mana ia segera membantu tim dalam mencapai promosi ke Serie A, ia pergi setelah musim Serie B 1995–96, selesai dengan rekor 17 kemenangan, 14 seri, dan 10 kekalahan dalam satu-satunya musim bersama klub.
=== '''Parma''' ===
Ancelotti bergabung dengan Parma pada musim berikutnya,sebuah tim yang baru-baru ini menikmati beberapa tahun kesuksesan domestik dan Eropa di bawah manajer sebelumnya Nevio Scala, dan yang berisi beberapa pemain muda yang menjanjikan, termasuk bintang masa depan Italia Gianluigi Buffon dan Fabio Cannavaro. Ancelotti melakukan debutnya di Coppa Italia dengan kekalahan 3-1 dari Pescara. Ancelotti membuat beberapa perubahan di klub, menerapkan formasi 4–4-2 yang terinspirasi Sacchi, dan awalnya menempatkan penyerang kreatif Gianfranco Zola keluar dari posisinya di sayap kiri untuk mengakomodasi Hristo Stoichkov di lini depan, meskipun kedua pemain kemudian akhirnya dijual oleh klub setelah kekurangan waktu bermain karena kesulitan tampil di sistem ini. Dengan kemitraan penyerang baru Enrico Chiesa dan Hernán Crespo, Parma finis kedua di Serie A selama musim 1996-97 di bawah Ancelotti, yang menjamin mereka mendapat tempat di Liga Champions UEFA edisi berikutnya. Musim berikutnya, klub telah setuju untuk mengontrak penyerang kreatif Italia lainnya, Roberto Baggio, tetapi Ancelotti menghalangi transfer karena dia sekali lagi tidak merasa bahwa pemain seperti Baggio akan cocok dengan rencana taktisnya. Ancelotti kemudian menyatakan bahwa dia menyesali keputusan ini, menyatakan bahwa pada saat itu dia percaya bahwa 4–4–2 adalah formasi ideal untuk sukses, dan bahwa playmaker ofensif tidak kompatibel dengan sistem ini. Setelah menderita eliminasi putaran pertama di Liga Champions 1997-98, dan penampilan semi-final di Coppa Italia, Ancelotti hanya mampu membimbing Parma untuk menyelesaikan tempat keenam di Serie A selama musim 1997-98 , dan diberhentikan pada akhir musim, meskipun tim tersebut lolos ke Piala UEFA musim depan.
=== '''Juventus''' ===
Pada Februari 1999, Ancelotti ditunjuk sebagai manajer Juventus, di mana ia menggantikan dan mendahului Marcello Lippi, yang kembali ke klub ketika Ancelotti pergi.[1][2] Dengan Juventus, Ancelotti menjadi kurang ketat dengan formasi tim, meninggalkan favoritnya 4-4-2 untuk mengakomodasi playmaker Prancis bintang Zinedine Zidane dalam peran bebas pilihannya di belakang penyerang di tim mulai line-up. Musim penuh pertamanya di Juventus mulai menjanjikan, karena ia segera memenangkan Piala Intertoto dengan klub dengan mengalahkan Rennes 4-2 secara agregat, [4] meskipun Juventus mengalami eliminasi babak 16 besar di Piala UEFA, dan kehilangan gelar liga untuk Lazio dengan satu poin pada hari pertandingan terakhir musim ini; ini setelah menyerah memimpin lima poin dengan tiga pertandingan tersisa, yang mendapat kritik keras dari para penggemar dan dewan direksi.[5][6] Musim berikutnya, Ancelotti pergi tanpa piala, menyelesaikan runner-up di Serie A lagi, ke Roma, dan dia dipecat oleh Juventus. Pengusiran Ancelotti diumumkan oleh Juventus di babak pertama dalam pertandingan liga terakhir musim ini di kandang melawan Atalanta, pada 17 Juni 2001, meskipun mereka masih memiliki peluang untuk memenangkan gelar; Juventus memenangkan pertandingan 2-1, meskipun hasilnya tidak cukup untuk mencegah mereka finis di belakang Roma di liga.[6][8] Ancelotti menyelesaikan masa jabatannya dengan Juventus dengan rekor 63 kemenangan, 33 seri dan 18 kekalahan.[9]
=== '''AC Milan''' ===
Ancelotti ditunjuk sebagai manajer Milan pada 5 November 2001, setelah Fatih Terim dipecat karena hasil yang buruk.[1][2][3][4] Dia mewarisi tim lain yang belum pernah meraih trofi di Milan, karena Rossoneri telah gagal di dalam negeri dan di Eropa sejak kemenangan Scudetto terakhir mereka pada tahun 1999. Pada musim 2001–02, Ancelotti memimpin Milan untuk lolos ke Liga Champions sekali lagi, saat tim berhasil finis keempat di Serie A,[5] dan juga mencapai semi-final Piala UEFA, finis terbaik mereka dalam kompetisi, kalah dari Borussia Dortmund,[6][7] dan juga mengalami semifinal eliminasi di Coppa Italia ke Juventus.
Musim berikutnya, Ancelotti – yang dikritik keras oleh pemilik klub Silvio Berlusconi karena taktiknya yang dianggap defensif – mampu menerapkan permainan kreatif di Milan sambil membuat beberapa perubahan dalam skuat tim. Dia membuat Dida – masih difitnah karena kesalahannya di Liga Champions 2000–01 melawan Leeds United – penjaga gawang barunya yang baru hampir sebulan memasuki musim, sambil mengubah gelandang serang pemula Andrea Pirlo menjadi gelandang bertahan, memainkannya di belakang nomor 10 (baik Rui Costa atau Rivaldo) di depan lini belakang tim sebagai playmaker dalam formasi 4–3–1–2 atau 4–1–2–1–2.[8][9][10][11 ] Pada saat yang sama, Filippo Inzaghi dan Andriy Shevchenko terbukti menjadi striker yang dominan dan dinamis, yang produktif di depan gawang.[12]
Milan memenangkan final Liga Champions 2003,[13] mengalahkan Juventus 3-2 melalui adu penalti di Old Trafford,[14] dan juga memenangkan Final Coppa Italia 2003 atas Roma.[1] Musim berikutnya, dengan tambahan gelandang serang Brasil Kaká, dan lini belakang empat pemain Ancelotti yang tangguh dari Cafu, Costacurta, Alessandro Nesta dan Maldini, Milan membawa pulang Piala Super UEFA pada tahun 2003 atas Porto,[15] diikuti oleh Scudetto pada tahun 2004 dengan rekor Italia 82 poin dari 34 pertandingan,[16] sementara Shevchenko menyelesaikan musim sebagai pencetak gol terbanyak liga.[1][17][18] Rossoneri, bagaimanapun, menderita kekalahan adu penalti dari Juventus di Supercoppa Italiana 2003,[19] dan Boca Juniors di Piala Interkontinental 2003.[20] Mereka juga tersingkir oleh Deportivo de La Coruña di Liga Champions UEFA 2003–04.[21]
Di bawah pemerintahan Ancelotti, Milan juga memenangkan Supercoppa Italiana 2004,[22] dan juga runner-up Serie A berturut-turut dari Juventus pada 2004–05[23] dan 2005–06[24] (keduanya Scudetti kemudian dihapuskan). dari buku rekor Juventus karena keterlibatan klub dalam skandal Calciopoli). Selama musim 2004–05, Ancelotti juga memimpin Milan ke final Liga Champions 2005, di mana mereka kalah dari Liverpool 2-3 melalui adu penalti setelah bermain imbang 3-3 di waktu normal.[1][2] Di Coppa Italia, tim tidak mampu melewati perempat final.[3] Musim berikutnya, Milan sekali lagi menghadapi kekecewaan saat mereka kalah dari Barcelona di semi-final Liga Champions,[4] dan hanya mencapai perempatfinal Coppa Italia.[5] Ancelotti bersama AC Milan pada tahun 2007, setelah kepergian striker Andriy Shevchenko pada awal musim 2006–07, Ancelotti dipaksa untuk mendesain ulang susunan pemain Milan sekali lagi, merancang sistem 4–3–2–1 yang kemudian dikenal sebagai "Pohon Natal" miliknya. pembentukan. Line-up Milan menggunakan Inzaghi sebagai striker tunggal, didukung oleh gelandang serang Clarence Seedorf dan Kaká, di depan lini tengah tiga pemain yang menampilkan Andrea Pirlo sebagai playmaker kreatif, didukung oleh gelandang bertahan pekerja keras Gennaro Gattuso dan Massimo Ambrosini. [6] Milan menerima pengurangan delapan poin selama musim 2006-07 Serie A untuk peran mereka dalam skandal Calciopoli, [7] yang hampir menempatkan tim keluar dari perburuan gelar, dan malah membuat Ancelotti fokus memenangkan Liga Champions. 8] Pada tanggal 23 Mei 2007, Milan membalas kekalahan mereka dari Liverpool dua tahun sebelumnya dengan kemenangan 2-1 di Stadion Olimpiade di Athena pada final Liga Champions 2007, [9] yang mengarah ke trofi Liga Champions kedua Ancelotti sebagai pelatih Milan dan gelar keempatnya secara keseluruhan, setelah juga memenangkannya dua kali sebagai pemain Milan pada tahun 1989 dan 1990.[1] Selama musim 2006-07, Milan juga finis keempat di Serie A,[10] dan kalah dari juara akhirnya Roma di semi-final Coppa Italia.[11] Musim berikutnya, Ancelotti juga memenangkan Piala Super UEFA 2007,[12] serta Piala Dunia Antarklub FIFA pertama di tahun 2007, menjadi manajer pertama yang melakukannya dengan tim Eropa.[13] Setelah menyelesaikan liga di tempat kelima, [14] Milan melewatkan kualifikasi Liga Champions, [15] dan juga menderita eliminasi babak 16 besar di Liga Champions [16] dan Coppa Italia (masing-masing ke Arsenal dan Catania). [17]
Di musim terakhir Ancelotti di klub, Milan berhasil finis ketiga di Serie A di belakang Juventus dan rival sekota Inter, menyegel tempat di Liga Champions musim berikutnya,[18] sementara mereka tersingkir di babak 32 besar Piala UEFA,[16] dan babak 16 besar Coppa Italia.[19] Setelah sebelumnya menyangkal rumor bahwa ia akan meninggalkan klub, pada 31 Mei 2009 Ancelotti mengumumkan pengunduran dirinya dari Milan – kurang dari satu jam setelah kemenangan 2-0 mereka atas Fiorentina di pertandingan terakhir musim ini.[1][18] Secara total, Ancelotti memimpin Milan untuk 423 pertandingan; hanya Nereo Rocco yang bertanggung jawab atas klub untuk lebih banyak pertandingan.[13]
=== '''Chelsea''' ===
Ancelotti meneruskan kiprah kepelatihannya di [[Inggris]], dengan menjadi manajer [[Chelsea F.C.|Chelsea]]. Dia ditunjuk pada 1 Juni 2009 dan tugas resminya akan dimulai pada 1 Juli 2009.<ref>{{cite web |title= Ancelotti is New Chelsea Manager |url=http://www.chelseafc.com/page/LatestNews/0,,10268~1678053,00.html |publisher=Chelsea FC |work=chelseafc.com |date= 1 June 2009}}</ref> Dia menjadi manajer [[Italia]] ketiga di klub London Barat itu setelah [[Gianluca Vialli]] dan [[Claudio Ranieri]], serta manajer keenam era [[Roman Abramovich]] setelah Ranieri, [[Jose Mourinho]], [[Avram Grant]], [[Luiz Felipe Scolari]], dan [[Guus Hiddink]].
Ancelotti memenangkan [[Liga Primer Inggris]] di musim pertamanya seusai ''The Blues'' menang telak 8-0 atas Wigan di laga pamungkas. Dia termasuk pelatih Italia pertama dan pelatih yang sukses juara di musim pertama setelah [[Jose Mourinho]].<ref>{{cite web |title=Carlo Ancelotti: I hope to do the same as Mourinho |url= http://www.1000goals.com/carlo-ancelotti-i-hope-to-do-the-same-as-mourinho |publisher=1000Goals.com |date=10 May 2010}}</ref> Selain memenangkan gelar juara liga, Ancelotti membawa Chelsea memenangkan [[Piala FA]] setelah menang tipis 1-0 atas Portsmouth di partai final, pada 15 Mei 2010.
Ancelotti dipecat kurang dari dua jam setelah kekalahan tandang 0–1 dari Everton di Goodison Park, pada 22 Mei 2011.<ref name="BBC13494528">{{Cite news|url = http://news.bbc.co.uk/sport1/hi/football/13494528.stm|title = Carlo Ancelotti is sacked as Chelsea manager|publisher = BBC Sport|date = 22 May 2011|accessdate = 22 May 2011 }}</ref><ref>{{citeweb|url=http://soccernet.espn.go.com/report?id=292959&cc=5739|title=Beckford sinks Chelsea|date=22 May 2011|work=ESPN Soccernet|accessdate=24 May 2011|archive-date=2011-05-25|archive-url=https://web.archive.org/web/20110525071259/http://soccernet.espn.go.com/report?id=292959&cc=5739|dead-url=yes}}</ref>
=== Paris Saint-Germain ===
Ancelotti secara resmi ditunjuk sebagai manajer [[Paris Saint-Germain]] menggantikan Antoine Kombouaré, pada 30 Desember 2011.<ref>{{fr}} {{cite web |url=http://www.psg.fr/fr/Article/003001/Article/56396/Carlo-Ancelotti-au-PSG |title=Carlo Ancelotti au PSG |date=30 December 2011 |publisher=Paris Saint-Germain |work=psg.fr |access-date=2011-12-30 |archive-date=2012-01-08 |archive-url=https://web.archive.org/web/20120108020103/http://www.psg.fr/fr/Article/003001/Article/56396/Carlo-Ancelotti-au-PSG |dead-url=yes }}</ref> Selama ia menukangi Paris Saint-Germain, ia meraih tropi [[Ligue 1|Ligue-1]] musim 2012-13
=== '''<big>Real Madrid</big>''' ===
Pada 25 Juni 2013, Carlo Ancelotti ditunjuk sebagai pelatih Real Madrid menggantikan [[José Mourinho|Jose Mourinho]].<ref>{{Cite news|url=http://www.abc.net.au/news/2013-06-26/real-madrid-appoint-ancelotti-as-new-coach/4780594|title=Carlo Ancelotti appointed Real Madrid coach|date=2013-06-26|newspaper=ABC News|language=en-AU|access-date=2017-09-28}}</ref> Selama karier kepelatihannya di Real Madrid, Carlo Ancelotti mampu meraih tropi Copa Del Rey dan tropi Liga Champions pada musim 2013-14. Ia akhirnya diganti oleh [[Zinédine Zidane|Zinedine Zidane]],<ref>{{Cite news|url=http://www.independent.co.uk/sport/football/european/real-madrid-appoint-zinedine-zidane-as-head-coach-after-dismissing-rafa-benitez-a6796641.html|title=Zidane given Madrid job after Benitez is dismissed|date=2016-01-04|newspaper=The Independent|language=en-GB|access-date=2017-09-28}}</ref> mantan asisten pelatihnya.
=== '''<big>Bayern Munich</big>''' ===
Pada musim 2016-17, Carlo Ancelotti menjadi pelatih Bayern Munich menggantikan [[Josep Guardiola|Pep Guardiola]]<ref>{{Cite news|url=http://www.espnfc.com/bayern-munich/story/2762251/bayern-confirm-coach-carlo-ancelotti-will-succeed-guardiola|title=Bayern Munich appoint Carlo Ancelotti as Pep Guardiola successor in 2016|newspaper=ESPNFC.com|access-date=2017-09-28}}</ref> yang hijrah ke [[Manchester City F.C.|Manchester City]].<ref>{{Cite news|url=http://www.espnfc.com/bayern-munich/story/2762251/bayern-confirm-coach-carlo-ancelotti-will-succeed-guardiola|title=Bayern Munich appoint Carlo Ancelotti as Pep Guardiola successor in 2016|newspaper=ESPNFC.com|access-date=2017-09-28}}</ref> Pada musim tersebut, ia berhasil membawa Bayern Munich menjadi juara [[Bundesliga 2016-17|Bundesliga musim 2016-17]]. Ia dipecat setelah timnya takluk atas [[Paris Saint-Germain F.C.|Paris Saint-Germain]] di fase grup [[Liga Champions UEFA 2017–18|Liga Champions 2017-18]].
== Statistik kepelatihan ==
|