Sri Koentjara: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor Tugas pengguna baru Tugas pengguna baru: referensi |
k Mengubah beberapa susunan kata dan menambah kategori artikel |
||
Baris 39:
|relatives =
}}
'''Sri Koentjara''' adalah penulis novel ''Pameleh'' ([[Balai Pustaka]], 1938). Meskipun data-data mengenai dirinya tidak ditemukan, dapat dipastikan ia seorang priyayi modern yang ditandai dengan gelar ''[[raden]]'' di depan namanya. <ref>{{Cite book|title=Ensiklopedi Sastra Jawa|url=https://archive.org/details/ensiklopedi-sastra-jawa|last=Prabowo|first=D. P|last2=Widati|first2=Sri|last3=Rahayu|first3=Prapti|publisher=Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta|year=2015|isbn=978-979-185-235-7|location=Yogyakarta|pages=[https://archive.org/details/ensiklopedi-sastra-jawa/page/494 494]-495|url-status=live}}</ref> Pada waktu itu gelar ''raden'' lazim dipakai oleh seorang [[priayi]] atau pegawai pemerintah.
== Karya ==
Novel ''Pameleh'' ditulis dengan menggunakan bahasa Jawa [[ngoko]]. Novel ini mengisahkan tentang lika-liku kehidupan seorang pemuda yang bernama Sukarmin, anak dari Surameja, karyawan pabrik gula di daerah Kasihan, [https://www.bantulkab.go.id/ Bantul]. Sukarmin memiliki semangat belajar yang tinggi dengan keinginan untuk melanjutkan sekolah yang lebih tinggi lagi. Keinginannya disetujui oleh ayahnya dan didukung oleh guru-gurunya.
Setelah lulus dari sekolah desa, Sukarmin berhasil lolos seleksi masuk sekolah Belanda di kota, sebab dia tergolong anak yang pandai. Suatu hari,
Awalnya, setiap hari Surameja pulang-pergi dari rumah ke tempat kerja barunya. Namun atas saran istrinya, Surameja menyewa sebuah rumah di dekat tempat kerjanya dan pulang seminggu sekali. Sementara istrinya dan Sukarmin tetap tinggal di Kasihan. Surameja senang dengan kemajuan belajar anaknya, dan ingin menyekolahkan lebih tinggi lagi. Harapannya Sukarmin tidak mengalami kesulitan dalam hidupnya.
Baris 50:
Selama dua tahun rutinitas Surameja berjalan baik, dia merasa senang dengan bolak-balik dari Kasihan ke Ganjuran. Surameja memenuhi kebutuhan istrinya dan sangat memperhatikan pendidikan anaknya. Selama di Ganjuran, Surameja selalu berdoa agar keluarganya dalam lindungan Tuhan. Sementara di Kasihan, istrinya memiliki kegiatan membatik.
Pada saat Sukarmin di tingkat ketiga [[Mulo|MULO]], sikap Surameja kepada istri dan anaknya berubah. Surameja jarang pulang dan tidak memberikan uang belanja dan biaya sekolah. Selama tiga bulan Surameja tidak
== Rujukan ==
Baris 61:
[[Kategori:Sastrawan]]
[[Kategori:Penulis]]
|