Albertus Christiaan Kruyt: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JSiborutorop (bicara | kontrib)
JSiborutorop (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 100:
Kruyt, yang menyadari bahwa pekabaran Injil di Poso membutuhkan sarana pendukung strategis, yaitu mendirikan [[sekolah]]. Pada tahun 1891, Kruyt mulai banyak berkunjung ke desa-desa sekitar [[Poso Pesisir, Poso|Poso Pesisir]]. Salah satu usaha yang dilakukan Kruyt adalah mendirikan sekolah di desa Panta dan Tomasa di wilayah Pebato ([[Poso Pesisir, Poso|Poso Pesisir]]) yang merupakan sekolah pertama yang didirikan oleh Kruyt pada tahun 1891, dan disusul desa lainnya di wilayah Pebato diantaranya desa [[Malitu, Poso Pesisir Selatan, Poso|Malitu]], [[Poso Pesisir Selatan, Poso|Poso Pesisir Selatan]].
 
Pada awalnya pembukaan sekolah-sekolah di wilayah Pebato menemui [[masalah|hambatan]] karena beberapa alasan, pertama, adanya [[paradigma|pandangan]] masyarakat Poso bahwa sekolah bertujuan mendidik para budak Belanda. Kedua, adanya pandangan masyarakat bahwa biaya sekolah yang [[bebas|gratis]] merupakan daya tarik, tetapi kemudian akan diminta bayaran dan apabila tidak mampu membayar maka anak akan dijadikan [[jaminan]]. Ketiga, adanya [[tekanan]] dari [[Kerajaan Tojo]] dan [[Kerajaan Sigi]], agar orang Poso tidak diizinkan untuk sekolah, karena akan menyaingi kepintaran mereka. Keempat, adanya anggapan masyarakat bahwa sekolah akan merusak [[kehidupan]] [[adat]] masyarakat posoPoso. Kelima, sekolah akan merongrong [[kehormatan|kewibawaan]] [[orang tua]], dan anak-anak tidak perlu pintar.
 
Untuk memenuhi kebutuhan tenaga guru, AC. Kruyt sejak awal mendatangkan guru dari [[Minahasa]], yaitu J. Sekeh, M. Kalengkongan, Kaligis, Kolondam, Posumah merupakan guru pertama yang datang ke Poso. Sejak tahun 1904 setiap desa di wilayah Poso mulai didirikan Sekolah Rakyat ([[Schakelschool|Volkschool]]), dan masyarakat merasakan bahwa pendidikan sangat bermanfaat sehingga mereka mendukung [[pembangunan]] [[gedung]] [[sekolah]] secara swadaya. Kebutuhan tenaga guru masih tetap didatangkan dari Minahasa, tetapi karena jumlah Volkschool terus bertambah maka untuk mengatasi kebutuhan guru tahun 1915 didirikan Vervolgschool, dan lulusan Vervolgschool diangkat menjadi guru pada Volkschool (SR).