Asemdoyong, Taman, Pemalang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Anakgaulz (bicara | kontrib)
k nambah sedikit, yakni "sebuah" doang
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Tugas pengguna baru Newcomer task: copyedit
Wira Wangsa sesepuh desa Kabunan, sesepuh Asemdoyong mbah Wira Merta Ada juga Wira Tikta dan Wira Tambih.
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 20:
Cerita yang berkembang di masyarakat sekitar yakni Desa Asemdoyong dinamai oleh Ki Gede Pondoh, ia menemukan pohon asem di tepi sungai Jurumangu yang hampir roboh (doyong). Tempat ini semula digunakan sebagai tempat bermain Ki Gede Pondoh bersama saudaranya yang bernama Ki Gede Klinthing untuk dipanjati pohon asemnya. Pohon tersebut berdiri doyong ke arah barat dan menghadap ke wilayah Sido Ayu yang sekarang bernama Candi Sedayu. Akhirnya Ki Gede Pondoh menamakan Desa ini dengan nama Asemdoyong<ref name=":0" />
 
Desa Asemdoyong memiliki beberapa bukti sejarah telah adanya peradaban di masa silam. Makam kuno tokoh penyebar agama [[Islam]] yaitu makam Mbah Jiwo Agung dan Mbah Syeik Kyai Haji Abu Bakar di temukan di Asemdoyong.<ref name=":0" /> Semasa dipimpin oleh lurah Wiro WongsoMerta, kayu pohon-pohon asem di Asemdoyong dijadikan bahan utama pembuatan bedug dengan diameter 120&nbsp;cm dan panjang 130&nbsp;cm yang sekarang berada di masjid utama Desa Asemdoyong yakni masjid Baitussalam.<ref name=":0" /> Baritan adalah tradisi yang dimiliki masyarakat Asemdoyong, yakni prosesi larung sesaji ke pantai utara Jawa yang sudah dilakukan secara turun temurun setiap tanggal 1 Suro.<ref>{{Cite news|last=Abdullah|first=Eva|date=31 Agustus 2019|title=Baritan, Prosesi Larung Sesaji Laut di Asemdoyong Tiap 1 Suro|url=https://www.wartadesa.net/baritan-prosesi-larung-sesaji-laut-asemdoyong-tiap-satu-suro/|work=Wartadesa|access-date=18 Januari 2024}}</ref>
 
== Geografi ==