Jipang, Cepu, Blora: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah referensi penting
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Menambah referensi penting
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 27:
 
== Sejarah Desa ==
Jauh sebelum dikenal sebagai nama sebuah desa, Tlatah Jipang merupakan peradaban Bengawan yang punya peran penting di tiap era Kemaharajaan. Mulai dari [[Medang|Kerajaan Medang Kuno,]] [[Kerajaan Kahuripan|Medang Kahuripan]], [[Kerajaan Singasari|Singhasari]], hingga [[Majapahit|Kerajaan Majapahit]], kawasan Jipang selalu menjadi vasal istimewa.
Desa ini pernah menjadi Pusat Pemerintahan [[Kotaraja]] dari [[Kerajaan Jipang]] pada pertengahan abad 15 sebagai bagian dari Kerajaan Majapahit lalu menjadi [[Kerajaan vazal]](bawahan) dari [[Kerajaan Demak]], lebih di kenal dengan sebutan [[Kadipaten Jipang]]. Kadipaten [[Jipang (Cemilan)|Jipang]] adalah Kadipaten Agung dengan hak otonom penuh yaitu hak untuk mengurus Pemerintahan sendiri. Salah satu Raja/ adipati yang terkenal adalah Arya Penangsang atau Arya Jipang. Desa Jipang pernah pula menjadi Ibu kota Kerajaan/ Kesultanan Demak pada masa Raja Jipang Aya Penangsang menjadi Sultan Demak ke V pada th.1547 - 1554 dimana Ibu kota Kesultanan Demak yang sebelumnya berada di [[Prawoto]] (Pati) dipindahkan ke [[Jipang]]. Sehingga pada era itu dikenal dengan sebutan [[Demak Jipang]]. Di desa ini masih terdapat peninggalan sejarah dari Kerajaan ini antara lain seperti Petilasan makam Gedong Ageng dan Santri Sembilan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Situs Cagar budaya. Daerah kekuasaan [[Jipang (Cemilan)|Jipang]] pada masa itu meliputi Bojonegoro, Pati, Lasem Rembang dan Blora, sendiri, sampai dengan pasukan utusan Jaka Tingkir (Hadiwijaya) merebut takhta Kesultanan Demak dari Arya Penangsang. Sejak itu hilanglah Kedaulatan Kesultanan Demak lalu berdiri Kerajaan Pajang. Tempat-tempat ini ramai didatangi peziarah khususnya pada hari Kamis.
 
Tlatah Jipang yang membentang dari Jipang Hulu ke Jipang Hilir, merupakan peradaban Bengawan yang menjadi titik temu antara peradaban Pesisir dan peradaban Pegunungan. Secara empiris, Jipang telah disinggung sejak abad 11 M melalui keberadaan [[Prasasti Pucangan]] (1041 M). Dan dipertegas pada abad 13 M melalui [https://budaya-indonesia.org/Prasasti-Maribong Prasasti Maribong] (1248 M).
 
Dalam Prasasti Pucangan (1041 M), [[Airlangga|Raja Airlangga]] menyebut Lwaram (Jipang) sebagai kawasan pengendali pralaya. Titik tengah antara Kerajaan Medang Kuno dan Kerajaan Sriwijaya. Kenyataan itu pula yang mungkin menjadi alasan utama Kerajaan [[Kerajaan Kahuripan#:~:text=Kerajaan Kahuripan atau dikenal dengan,yang runtuh tahun 1016 M.|Medang Kahuripan]] membangun sebuah terusan air yang kelak dikenal dengan Bengawan Sore.
 
Dalam Prasasti Maribong (1248 M), [[Wisnuwardhana|Raja Wisnuwardhana]] yang merupakan Raja [[Kerajaan Singasari|Singashari]] menulis, Para Brahmana Tlatah Jipang telah membantu leluhur Wisnuwardhana dalam menyatukan kembali Pulau Jawa yang sempat terpisah menjadi dua ([[Kerajaan Janggala|Jenggala]] dan [[Kerajaan Kadiri|Panjalu]]). Atas bantuan itu, Kemaharajaan Singashari pun bisa lahir dan berdiri.
 
Brahmana Jipang pernah membantu [[Ken Arok|Raja Ken Anggrok]] (pendiri Singashari) dalam menyatukan Pulau Jawa. Karena memiliki jasa besar bagi para pendiri [[Kerajaan Singasari|Singhasari]] itulah, Raja Wisnuwardhana, yang merupakan penerus dari Raja Ken Anggrok, menobatkan Maribong (bagian dari Jipang) sebagai tanah istimewa, perdikan Para Brahmana.
 
Pada era Kemaharajaan [[Majapahit]], Tlatah Jipang juga terbukti sebagai wilayah penting peradaban Bengawan. Terbukti secara ilmiah, menurut Prasasti Canggu (1358 M), teritorial Tlatah Jipang yang membentang dari Jipang Hulu hingga Jipang Hilir, dipenuhi [[Naditira Pradeca]] (Pelabuhan Sungai) Majapahit.
 
J. Noorduyn, dalam ''Further Topographical Notes on the Ferry Charter of 1358'' menyatakan, ada sebanyak 17 titik pelabuhan sungai Majapahit yang berada di Tlatah Jipang. Pelabuhan nomor 18 sampai nomor 34, berada di Tlatah Jipang. Titik-titik pelabuhan itu membentang di antara Jipang Hulu (Margomulyo - Menden) hingga Jipang Hilir (Baureno - Rengel).
 
Pada zaman Kemaharajaan Majapahit pula, tepatnya pada era pemerintahan Raja [[Hayam Wuruk]] dan [[Gajah Mada|Mahapatih Gajah Mada]], Tlatah Jipang punya peran sebagai vasal istimewa. Terbukti, Jipang menjadi salah satu vasal yang tidak dipimpin Bhre seperti vasal-vasal lainnya. Sebab, Tlatah Jipang merupakan tanah Brahmana. Seperti yang ditetapkan Raja Wisnuwardhana pada era sebelumnya.
 
Desa ini pernah menjadi Pusat Pemerintahan [[Kotaraja]] dari [[Kerajaan Jipang]] pada pertengahanPada abad 1516 sebagaiM, bagiankawasan dari Kerajaan Majapahit laluini menjadi [[Kerajaan vazal]] (bawahan) dari [[Kerajaan Demak]], dan lebih di kenal dengan sebutan [[Kadipaten Jipang]]. Kadipaten [[Jipang (Cemilan)|Jipang]] adalah Kadipaten Agung dengan hak otonom penuh yaitu hak untuk mengurus Pemerintahan sendiri. Salah satu Raja/ adipati yang terkenal adalah Arya Penangsang atau Arya Jipang. Desa Jipang pernah pula menjadi Ibu kota Kerajaan/ Kesultanan Demak pada masa Raja Jipang Aya Penangsang menjadi Sultan Demak ke V pada th.1547 - 1554 dimana Ibu kota Kesultanan Demak yang sebelumnya berada di [[Prawoto]] (Pati) dipindahkan ke [[Jipang]]. Sehingga pada era itu dikenal dengan sebutan [[Demak Jipang]]. Di desa ini masih terdapat peninggalan sejarah dari Kerajaan ini antara lain seperti Petilasan makam Gedong Ageng dan Santri Sembilan yang sudah ditetapkan oleh Pemerintah sebagai Situs Cagar budaya. Daerah kekuasaan [[Jipang (Cemilan)|Jipang]] pada masa itu meliputi Bojonegoro, Pati, Lasem Rembang dan Blora, sendiri, sampai dengan pasukan utusan Jaka Tingkir (Hadiwijaya) merebut takhta Kesultanan Demak dari Arya Penangsang. Sejak itu hilanglah Kedaulatan Kesultanan Demak lalu berdiri Kerajaan Pajang. Tempat-tempat ini ramai didatangi peziarah khususnya pada hari Kamis.
 
== Menyisir Jejak Arya Penangsang ==