=== Kategorisasi ===
Banyak cendekiawan menggambarkanmemaparkan Shinto sebagai [[agama]].{{sfnm|1a1=Picken|1y=1994|1p=xvii|2a1=Nelson|2y=1996|2p=26}} Namun, beberapasejumlah praktisi lebih suka melihatmemandang Shinto sebagai "jalan",{{sfnm|1a1=Picken|1y=1994|1p=xxiv|2a1=Cali|2a2=Dougill|2y=2013|2p=13}} sehingga mencirikannya lebihcenderung sebagai adat atau [[tradisi]] daripada agama,.{{sfn|Breen|2010|p=69}} sebagianHal tersebut juga dilakukan oleh para praktisi sebagai kepura-puraancara untuk mencoba menghindari [[pemisahanPemisahan agama dan negara|pemisahan modern negara dan agama]] dariserta Jepang modern danuntuk memulihkan hubungan historis Shinto dengan negara Jepang.{{sfn|Picken|1994|pp=xxiv–xxv}} Terlebih lagi, agama sebagai sebuah konsep muncul di Eropaberagama dan banyakkategori konotasi bahwa istilah tersebutagama dalam [[dunia Barat|budaya Barat]] "tidak langsungberlaku diterapkanmutlak" pada Shinto.{{sfn|Picken|1994|p=xix}} TidakBerbeda sepertidengan agama-agama yang dikenal di negara-negara Barat, seperti [[Kristen]] dan [[Islam]], Shinto tidak memiliki utusantokoh tunggal,perintis{{sfnm|1a1=Offner|1y=1979|1p=191|2a1=Littleton|2y=2002|2p=6|3a1=Picken|3y=2011|3p=1|4a1=Cali|4a2=Dougill|4y=2013|4p=13}} maupun kitab suci tunggal.{{sfn|Offner|1979|p=191}} Agama-agama Barat cenderung menekankan eksklusivitas, tetapi dipraktik Jepang,lebih dapatdari diterima untuk mempraktikkansatu tradisi agama yang berbeda secara bersamaan. dapat dilakukan oleh seorang praktisi di Jepang,{{sfn|Picken|1994|p=xxx}} Oleh karena itu, agama didalam budaya Jepang dianggapbersifat sangat [[Pluralisme agama|pluralistik]].{{sfn|Picken|2011|p=48}} Shinto sering disebut bersama [[Buddhisme]] sebagai salah satu dari dua agama utama Jepang,.{{sfn|Cali|Dougill|2013|p=7}} dan keduanyaKeduanya sering kali berbeda dalam fokus, denganmisalnya Buddhisme menekankan gagasan melampaui kosmos, yang dianggap penuh dengan penderitaan, sementarasedangkan Shinto berfokus pada beradaptasiadaptasi dengan persyaratankebutuhan pragmatis dari kehidupan.{{sfnm|1a1=Nelson|1y=1996|1p=30|2a1=Littleton|2y=2002|2p=10}} Shinto mengintegrasikan unsur-unsur dari tradisi agama yang diimpor ke Jepang dari daratan Asia, seperti Buddhisme, [[Konfusianisme]], [[Taoisme]], dan praktik [[ramalan nasib Tiongkok|ramalan Tiongkok]].{{sfnm|1a1=Kitagawa|1y=1987|1p=139|2a1=Cali|2a2=Dougill|2y=2013|2p=13}} Ajaran tersebut memiliki banyak kesamaan dengan [[agama Asia Timur]] lainnya, khususnya melaluidalam kepercayaannyakepercayaan padaterhadap banyak dewa.{{sfn|Inoue|2003|p=7}}
{{Quote box
}}
Para sarjanacendekiawan agamakeagamaan memiliki pendapat yang berbeda dalam mengklasifikasikan Shinto. Inoue menganggapnya sebagai bagian dari "keluarga agama Asia Timur".{{sfn|Inoue|2003|p=10}} Filsuf [[Stuart DB Picken]] menyarankanberpendapat agarbahwa Shinto digolongkan sebagai [[agama dunia]],{{sfn|Picken|1994|p=xxv}} sedangkan sejarawan [[H. Byron Earhart]] menyebutnya sebagai "agama besarasli/pribumi".{{sfn|Earhart|2004|p=31}} Pada awal abad ke-21, para praktisi secara umum menyebut Shinto sebagai [[agama alam]].{{sfn|Rots|2015|p=210}} Shinto juga sering dideskripsikan sebagai [[Kepercayaan asli|agama asli]],{{sfnm|1a1=Kuroda|1y=1981|1p=1|2a1=Nelson|2y=1996|2p=7|3a1=Rots|3y=2015|3p=211}} meskipun hal itu menimbulkan perdebatan mengenai berbagai definisi yang berbeda mengenai "asli" dalam konteks bahasa Jepang.{{sfn|Nelson|1996|p=7}} Gagasan Shinto sebagai "agama asli" Jepang berasal dari pertumbuhan nasionalisme modern pada [[zaman Edo]] hingga zaman Meiji;,{{sfn|Kuroda|1981|p=19}} pandangan ini mempromosikan gagasan bahwa Shinto berasal dari prasejarahmasa praaksara dan mewakili sesuatu sepertisuatu "kehendak yang mendasari budaya Jepang".{{sfn|Kuroda|1981|pp=1–2}} Teolog Shinto terkemuka Sokyo Ono, misalnya, mengatakan bahwa penyembahan ''{{lang|ja-Latn|kami}}'' merupakan "sebuah ekspresi" dari "keyakinan rasialbangsa asli Jepang yang muncul pada hari-hari mistik dari zaman kuno terpencilyang telah lampau" dan bahwa hal tersebut "seasli orang-orang yang membawa keberadaan bangsa Jepang".{{sfn|Kitagawa|1987|p=xviii}} Banyak ahli menganggap klasifikasi ini tidak akurat. Earhart mencatat bahwa Shinto, karena menyerap banyak pengaruh Tiongkok dan Buddhis, sehingga "terlalu rumit untukjika ditandaimau secara sederhana"dianggap sebagai "'agama asli' saja".{{sfn|Earhart|2004|p=31}}
Shinto dalam prakteknya memiliki variasi lokal yang substansial;{{sfn|Offner|1979|p=215}} antropolog John K. Nelson mencatat itu "bukan entitas monolitik terpadu yang memiliki satu pusat dan sistem tersendiri".{{sfn|Nelson|1996|p=7}} [[Sekte dan sekolah Shinto|Berbagai jenis Shinto]] telah diidentifikasi. "Shinto kuil" mengacu pada praktik yang berpusat di sekitar kuil,{{sfnm|1a1=Offner|1y=1979|1p=192|2a1=Nelson|2y=1996|2p=7}} dan "Shinto domestik" dipraktekkan dengan cara penghormatan ''{{lang|ja-Latn|kami}}'' di rumah.{{sfn|Offner|1979|p=192}} Beberapa cendekiawan menggunakan istilah "Shinto rakyat" untuk menandai praktik Shinto lokal,{{sfn|Cali|Dougill|2013|p=14}} atau praktik di luar lingkungan yang dilembagakan.{{sfn|Nelson|1996|p=7}} Dalam berbagai periode di masa lalu, ada juga "[[Shinto negara]]", yang merupakan kepercayaan dan praktik Shinto terkait dengan negara Jepang.{{sfnm|1a1=Offner|1y=1979|1p=192|2a1=Nelson|2y=1996|2p=7}} Dalam merepresentasikan "istilah lakuran" untuk banyak tradisi yang bervariasi di seluruh Jepang, istilah "Shinto" mirip dengan istilah "[[Hinduisme]]", yang digunakan untuk menggambarkan beragam tradisi di seluruh Asia Selatan.{{sfn|Bocking|1997|p=viii}}
|