Kekristenan di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
memperbaiki menjadi "Wilayah dan suku", kekristenan di Indonesia menurut tabel juga mencakup sebagian dari suku terbesar seperti Jawa dan Tionghoa
Kekerasan dan diskriminasi: tidak perlu narasi seperti ini, terkesan memecah belah, demokrasi bukan sekedar kekuasaan mayoritas, hapus karena tidak disertai referensi maupun sumber
Baris 80:
Pada awal Ramadhan Agustus 2011, sekelompok umat Islam menyerang dan membakar tiga gereja di Kuantan, Senggingi, dan Riau. Polisi, yang tidak memberikan alasan apa pun atas pembakaran tersebut, mengatakan bahwa pembakaran itu dilakukan demi menjaga kedamaian Ramadhan bagi umat Islam.
 
Non-Muslim mengalami diskriminasi yang berkelanjutan, termasuk hambatan untuk masuk universitas dan pekerjaan pegawai negeri. Sebuah survei yang dilakukan pada tahun 2002 di Jakarta mencatat bahwa 80% responden menginginkan agama selain Islam dilarang, 73% menginginkan non-Muslim dikeluarkan dari pengajaran di sekolah negeri, dan 42% tidak ingin gereja dibangun di daerah mereka. Kekhawatiran khusus bagi organisasi keagamaan non-Muslim, keputusanKeputusan bersama menteri tahun 2006 tentang rumah ibadah (ditandatangani oleh Departemen Agama dan Departemen Dalam Negeri) mengharuskan sebuah kelompok agama untuk mendapatkan persetujuan dari setidaknya 60 rumah tangga di sekitar sebelum membangun sebuah rumah ibadah. Keputusan ini telah sering digunakan untuk mencegah pembangunan tempat ibadah non-Muslim dan telah dikutip oleh organisasi Muslim radikal untuk berbagai serangan terhadap non-Muslim.
 
Pada 9 Mei 2017, Gubernur Jakarta [[Basuki Tjahaja Purnama]] yang beragama Kristen divonis dua tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Jakarta Utara setelah dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana penodaan agama.