Soedjono AJ: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
PeragaSetia (bicara | kontrib)
PeragaSetia (bicara | kontrib)
Melengkapi riwayat karir
Baris 43:
 
== Wali Kota Yogyakarta ==
Soedjono diangkat menjadi [[Daftar Wali Kota Yogyakarta|Wali Kota Yogyakarta]] pada bulan Januari 1966, menggantikan [[Soedarisman Poerwokoesoemo]]. Selain menjadi wali kota, dia juga merangkap sebagai ketua Fraksi [[Partai Golongan Karya|Golongan Karya]] di [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta|DPRD Daerah Istimewa YogyakartaDIY]] setidaknya per bulan Oktober 1966.<ref>{{Cite journal|last=Janti|first=Nur|date=2017|title=Eksistensi Perempuan di DPRD DIY 1956-1982|url=https://journal.student.uny.ac.id/index.php/ilmu-sejarah/article/view/9314|journal=Mozaik|volume=2|issue=4|pages=512-533}}</ref> SelamaSalah menjabatsatu langkah pertama yang dilakukannya sebagai wali kota, Soedjonoadalah suksesmemperingatkan membuatpengurus Kota[[Kelenteng YogyakartaFuk menjadiLing lebihMiau]] ramaiuntuk danmemperbaiki mengadakankondisi berbagaikelenteng perkembanganyang terpuruk, sepertisebab pelebarankelenteng jalan,akan pembangunandiambilalih jalanoleh baru,pemerintah dandaerah perbaikanjika prasaranadibiarkan airtidak danterurus. Peristiwa tersebut mengilhami pembentukan sebuah yayasan untuk listrikmengelolanya.<ref>{{sfnCite journal|Pusatlast=Tempo|date=1977|title=Seksi DataBuddhis dan AnalisaKlenteng Gondomanan|url=https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&id=2tATAQAAMAAJ&dq=%22soedjono+ay%22&focus=searchwithinvolume&q=%22klenteng%22|journal=Tempo|2019volume=6|ppages=3711}}</ref>
 
Selama menjabat sebagai wali kota, Soedjono sukses membuat Kota Yogyakarta menjadi lebih ramai dan mengadakan berbagai perkembangan, seperti pelebaran jalan, pembangunan jalan baru, dan perbaikan prasarana air dan listrik.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2019|p=37}} Dia juga berjasa memulai pembangunan gedung balai kota baru di kawasan Timoho, [[Umbulharjo, Yogyakarta|Umbulharjo]], untuk menggantikan balai kota lama yang bertempat di Ndalem Poenakawan atau Ndalem Ngabean. Pembangunan gedung baru dimulai pada tahun 1972.<ref>{{Cite web|date=6 Juni 2024|title=Napak Tilas Balai Kota Mengenang Peran Besar dalam Pembangunan|url=https://warta.jogjakota.go.id/detail/index/33848|website=Portal Berita Pemerintah Kota Yogyakarta|access-date=23 Juni 2024}}</ref>
 
Walau demikian, dirinya tidak lepas dari kontroversi. Salah satu kebijakannya yang kontroversial ialah pemugaran [[Jalan Malioboro]] yang dimulai pada tahun 1973. Rencana pemugaran tersebut melibatkan arsitek dari Fakultas Teknik [[Universitas Gadjah Mada|UGM]] dan beberapa instansi lain seperti [[Badan Perencanaan Pembangunan Daerah|Bappeda]] (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) DIY. Rencana pemugaran tersebut meliputi berbagai hal, seperti penataan ulang ruas jalan sehingga memberi ruang lebih bagi pedagang kaki lima, pembuatan jalur pemisah yang ditanami [[Arecaceae|pohon palm]], dan pembangunan air mancur pada ujung selatan jalan.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2020|p=20}}{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2020|p=30}}
Baris 50 ⟶ 52:
 
Kontroversi lainnya berkaitan dengan perannya sebagai pemrakarsa penyelenggaraan Loda (Lotto Daerah), semacam [[lotre]] yang berstatus legal, di [[Kota Yogyakarta]]. Loda kemudian dinyatakan terlarang sejak tanggal 5 Januari 1972 akibat banyaknya tindak kriminal yang terjadi karena hasilnya. Pelarangan tersebut diinstruksikan oleh Wakil Gubernur DIY saat itu, [[Paku Alam VIII]]. Soedjono tunduk, tetapi mengusulkan kontrol yang ketat terhadap pelaksanaan Loda "seperti di [[Monako]]". Akibatnya, dia mendapat kritik dari [[Pelajar Islam Indonesia|Pelajar Islam indonesia]] (PII). Delegasi PII mengirimkannya sejumlah "hadiah", seperti sebuah kaca mata plastik, sebuah obat telinga, sebuah obat sakit kepala, dan sebotol jamu kuat.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2019|p=30-31}} Pada masa jabatannya pula, anggota-anggota [[Buppenda]] (Badan Usaha Pembiayaan Pembangunan Daerah) Kota Yogyakarta diduga melakukan korupsi uang hasil lotre dalam skala besar.{{sfn|Pusat Data dan Analisa Tempo|2019|p=38-39}}
 
Soedjono juga terlibat konflik dengan pihak kraton karena telah menjual tanah-tanah sultan kepada warga kota secara sepihak, khususnya di kawasan sekitar [[Benteng Baluwerti|benteng keraton]] atau yang biasa disebut "tanah jagang". Hal ini ditentang keras oleh pihak kraton, sehingga mereka mengirimkan sepucuk surat protes kepadanya. Soedjono kemudian mengundang Pengageng Wahono Sarto Kroto [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat]] untuk mendiskusikan masalah ini, tetapi undangan tersebut ditolak mentah-mentah.<ref>{{Cite journal|last=Warta Kampung|title=Melihat Kraton (Njêron Béténg) Dari Pinggiran|url=https://sanggaragam.org/wp-content/uploads/2021/05/WK-Edisi-No.-5-Mei-Juni-2001_compressed.pdf|journal=Warta Kampung|issue=5|pages=3-11}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Ekspres|date=1970|title=Pangeran Jang Keheranan|url=https://books.google.co.id/books?newbks=1&newbks_redir=0&id=AHoaAQAAMAAJ&dq=%22Soedjono+AJ%22+tanah&focus=searchwithinvolume&q=%22Soedjono+AJ%22|journal=Ekspres|volume=1|issue=26-50|pages=15}}</ref> Dia digantikan oleh [[H. Ahmad]] sebagai wali kota pada bulan November 1975.
 
== Pasca wali kota ==
Setelah berhenti menjabat sebagai wali kota, Soedjono kembali bertugas di [[Kalimantan Timur]] dan menjabat sebagai Kepala Direktorat Sosial Politik (Kadit Sospol) Tingkat I Kalimantan Timur. Dia juga ditunjuk sebagai sekretaris Panitia Pelaksanaan Pemilihan Umum (Pemilu) Tingkat I Kaltim untuk mempersiapkan [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1982|pemilihan umum tahun 1982]].{{sfn|Lembaga Pemilihan Umum|1983|p=731}}
 
== Akhir kehidupan ==
Soedjono meninggal dunia pada tanggal 31 Oktober 1994 di usia 66 tahun, kemungkinan besar di [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Yogyakarta]]. Ia dimakamkan di Taman Pejuang 45 di Desa [[Balecatur, Gamping, Sleman|Balecatur]], [[Gamping, Sleman|Kapanewon Gamping]], [[Kabupaten Sleman|Kabupaten Sleman.]] Dia meninggalkan seorang istri yang bernama Soemiyati yang juga dimakamkan di sana dan beberapa orang anak, salah satunya adalah sang sulung yang bernama Setia Budi.<ref>{{Cite news|last=Rahayu|first=Permata S|date=25 Februari 2020|title=Tak Hanya di Samarinda, Kapten Soedjono AJ Juga Wali Kota ke 3 Yogyakarta|url=https://korankaltim.com/berita-terkini/read/28923/tak-hanya-di-samarinda-kapten-soedjono-aj-juga-wali-kota-ke-3-yogyakarta?amp=1|work=Koran Kaltim|access-date=22 Juni 2024}}</ref>
 
== Referensi ==
Baris 58 ⟶ 65:
 
== Daftar Pustaka==
*{{Cite book|last=Lembaga Pemilihan Umum|date=1983|url=https://books.google.co.id/books?id=ROI_Ucnij3MC&pg=PA731&dq=%22soedjono+ay%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwjJmbfyrfCGAxUe1jgGHbQ-DQEQ6AF6BAgEEAI#v=onepage&q=%22soedjono%20ay%22&f=false|title= Buku Lampiran II Pemilihan Umum 1982: Yang Berhubungan Dengan Organisasi Badan Penyelenggara/Pelaksana Pemilihan Umum Tahun 1982|location=Jakarta|publisher=Lembaga Pemilihan Umum|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Magenda|first=Burhan Djabier|date=2010|url=https://books.google.co.id/books?id=f9T74ges6DIC&printsec=frontcover&source=gbs_ge_summary_r&cad=0#v=onepage&q=%22Pranoto%22&f=false|title=East Kalimantan: The Decline of a Commercial Aristocracy|location=Singapura|publisher=Equinox Publishing|isbn=978-602-8397-21-6|ref=harv|url-status=live}}
*{{Cite book|last=Pusat Data dan Analisa Tempo|date=2019|url=https://books.google.co.id/books?id=Ka7ZDwAAQBAJ&pg=PA33&dq=%22soedjono+aj%22&hl=en&newbks=1&newbks_redir=0&sa=X&ved=2ahUKEwix9fbFuu-GAxUp4jgGHRcKC5gQ6AF6BAgNEAI#v=onepage&q=%22soedjono%20aj%22&f=false|title=Sejarah Perkembangan Kota Yogyakarta Era 1970-1980|location=Jakarta|publisher=Tempo Publishing|ref=harv|url-status=live}}