Keuskupan Amboina: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 85:
Sebelum Belanda, melalui [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]], membawa pengaruh di Maluku pada awal tahun 1600-an, pulau-pulau yang ada di [[Kepulauan Maluku]] awalnya merupakan tanah misi [[bangsa Portugis]] dan [[Orang Spanyol|Spanyol]] yang mayoritas menganut [[Gereja Katolik Roma|Katolik]]. Maluku merupakan salah satu titik persinggahan Santo [[Fransiskus Xaverius]] sebelum melanjutkan perjalanan ke [[Jepang]]. Sesudah sempat terhenti karena larangan [[Belanda]], misi di tanah Keuskupan Amboina berlanjut lagi sejak 1890-an, dan bahkan sebuah prefektur apostolik di Maluku dapat berdiri tahun 1902. Pada dekade 1890-an hingga 1900-an, seluruh kegiatan misi awalnya dipusatkan di [[Kepulauan Kei]]. Pada tahun 1949, prefektur yang telah naik tingkat menjadi vikariat sejak saat itu berganti nama menjadi Vikariat Apostolik Amboina dan memindahkan pusat misinya di [[Kota Ambon|Ambon]].
 
== Garis waktuSejarah ==
=== Misi Katolik di Maluku ===
Peritsiwa pembaptisan beberapa penduduk asli dan seorang [[kepala desa]] oleh Baltasar Veloso, ipar dari [[Khairun Jamil dari Ternate|Sultan Hairun]], terjadi pada tahun [[1534]] di [[Mamuya, Galela, Halmahera Utara|Mamuya]], [[Galela, Halmahera Utara]].{{sfn|Heuken|2008|pp=27}} Peristiwa ini merupakan peristiwa pembaptisan pertama yang terjadi di wilayah Kevikepan Maluku Utara. Adapun peristiwa pembaptisan pertama masyarakat Maluku di wilayah Kevikepan Ambon terjadi pada tahun [[1538]] saat setidaknya 400 warga Ternate datang ke [[Hative Kecil, Sirimau, Ambon|Hative]] untuk dibaptis oleh misionaris Portugis.{{sfn|Heuken|2008|pp=36}}
 
Beberapa waktu setelah [[14 Februari]] [[1546]], Fransiskus Xaverius singgah di Hative dan membangun sebuah kapel.{{sfn|Heuken|2008|pp=36}} Datangnya Fransiskus Xaverius di tahun 1546 sempat membuat [[Khairun Jamil dari Ternate|Sultan Khairun]] terkesima dan mempertimbangkan niatnya untuk menjadi Katolik meskipun, pada akhirnya, ia mengurungkan niat tersebut karena, menurutnya, Kristen dan Islam menyembah Tuhan yang sama.{{sfn|Heuken|2008|pp=28}}
 
=== Pelarangan ===
Pergolakan politik antara Portugis dengan sejumlah Kesultanan di [[Maluku Utara]] membuat karya misi [[Yesuit]] terhambat pada tahun 1573,{{sfn|Heuken|2008|pp=29}} terutama setelah terbunuhnya Sultan Khairun pada tahun 1570.{{sfn|Heuken|2008|pp=44}} Adapun Gereja terakhir yang masih eksis pada tahun 1576 hanyalah gereja yang terletak di Kevikepan Ambon dan Kepulauan Sangihe.{{sfn|Heuken|2008|pp=30-31}} Karya Keuskupan Amboina berakhir pada tahun 1605 manakala pendudukan VOC membubarkan pendudukan Portugal di Ambon.
 
Missi dari [[Keuskupan Agung Manila]] sempat singgah di Ternate pada 1606 namun tidak berjalan dengan lancar.{{sfn|Heuken|2008|pp=30-31}} Pada tahun 1606 dan 1610, sejumlah misionaris dari Ordo [[Fransiskan]] dan [[Dominikan]] datang dan membangun Gereja di Ternate.{{sfn|Heuken|2008|pp=51}} Datangnya misionaris Fransiskan dan Dominikan menciptakan persaingan di antara misionaris Fransiskan dengan misionaris Yesuit. Sulitnya misi di Keuskupan Amboina membuat misi di [[Kabupaten Pulau Morotai|Moro]] terhenti pada tahun antara tahun 1613 atau 1614.{{sfn|Heuken|2008|pp=52}}
 
=== Kembalinya misi ===
Catatan misi pertama setelah pencabutan larangan bermisi dari pemerintah Belanda terjadi pada tahun 1888 dan 1889. Pada saat itu, [[Serikat Jesus]] membangun dua stasi di [[Langgur, Kei Kecil, Maluku Tenggara|Langgur]] dan [[Kota Tual]] sebagai titik persiapan masuknya Injil ke Tanah Papua sebelum dikunjungi oleh [[Matthias Neijens]], M.S.C, pada tahun 1904 untuk daerah [[Kabupaten Fakfak|Fakfak]] dan 1905.{{sfn|Ipenburg|2008|pp=349}}{{sfn|Steenbrink|2007|pp=236}}{{sfn|Steenbrink|2007|pp=254}} Pembaptisan pertama di Kevikepan [[Kei Kecil, Maluku Tenggara|Kei Kecil]] terjadi di Bulan Agustus 1889.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=195}} Peristiwa tersebut terjadi tak hanya karena ada persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) semata tetapi juga karena ada dorongan dari Dewan Desa tersebut. Dorongan dan persetujuan untuk melakukan pembaptisan di Gereja Katolik juga terjadi di Desa [[Faan, Kei Kecil, Maluku Tenggara|Faan]] dan Kelurahan [[:de:Duroa|Pulau]] [[Dullah Laut, Pulau Dullah Utara, Tual|Duroa]] (1890),{{sfn|Steenbrink|2007|pp=195}} Dusun Iso dan Dusun Rewav, [[Rewav, Kei Kecil Timur, Maluku Tenggara|Desa Rewav]] (1892),{{sfn|Steenbrink|2007|pp=195}} [[Kolser, Kei Kecil, Maluku Tenggara|Kolseer/Kolser]], [[Rumadian, Manyeuw, Maluku Tenggara|Rumadian]], [[Namar, Kei Kecil, Maluku Tenggara|Namar]], dan [[Ngilngof, Manyeuw, Maluku Tenggara|Ngilngof]] (1894).{{sfn|Steenbrink|2007|pp=195}}
 
Kembali aktifnya Keuskupan Amboina juga dimanfaatkan oleh R.P. Cornelis Johannes Franciscus Le Cocq d’Armandville, S.J.{{sfn|Mulyadi|2019|pp=45}}<ref>{{cite web|title=Who (Jesuits)|url=https://jesuitonlinebibliography.bc.edu/catalog?f[jesuits_facet][]=Le%20Cocq%20d%27Armandville,%20Cornelius%20Johannes%20Franciscus,%201846%E2%80%931896|website=Perpustakaan [[:en:Boston College|Boston College]]|access-date=17 Januari 2022}}</ref> Setelah bermisi di [[Kabupaten Sikka|Sikka]], [[Keuskupan Maumere]], Le Cocq memulai misi di [[Boinfia, Teluk Waru, Seram Bagian Timur|Bomfia/Boinfia]], kaki bukit [[Kabupaten Seram Bagian Timur|Seram Timur]], pada tahun 1891.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=231}} Tahun 1893, ia melanjutkan misi ke [[Kepulauan Watubela]].{{sfn|Steenbrink|2007|pp=231}} Bersama dengan R.D. W. Hellings dan [[Bruder|Br.]] J. Zinken, S.J., ia membangun Kevikepan Seram–Buru dalam waktu singkat, khusunya di daerah Watubela dan Kepulauan Kesui/Kasui.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=233}} Pada Mei 1894, ia meninggalkan Kevikepan Seram–Buru lalu bertolak ke [[Kabupaten Fakfak|Fakfak]], [[Keuskupan Manokwari-Sorong]].{{sfn|Steenbrink|2007|pp=233}} Akhir Juli 1895, Le Cocq d'Armandville masih sempat memberi perhatian pada penduduk Kesui/Kasui dan [[Geser, Seram Timur, Seram Bagian Timur|Geser]].{{sfn|Steenbrink|2007|pp=233}}
 
=== Pembentukan keuskupan ===
Secara kelembagaan, sejarah Keuskupan Amboina bermula pada pendirian [[Prefektur Apostolik]] Nugini/''Nouva Guinea Olandese'' pada [[22 Desember]] [[1902]]. Prefektur Apostolik ini merupakan wilayah yang terpisah dari [[Vikariat Apostolik]] Batavia. Misi Jesuit dihentikan pada tahun 1905 dan pimpinan Yesuit di [[Hindia Belanda]] menyerahkan karya kerasulan kepada [[Misionaris Hati Kudus]].{{sfn|Steenbrink|2013|pp=113}} Pada 14 Agustus 1905,<ref name="felicia">{{cite magazine|last1=Wuarmanuk|first1=Yusti H.|last2=Hangu|first2=Felicia P.|title=115 Tahun Misi di Keuskupan Agung Merauke: Permulaan Gereja Misi-baptisan Pertama 1905 (Bag. 2)|url=https://www.hidupkatolik.com/2020/08/14/48200/115-tahun-misi-di-kame-permulaan-gereja-misi-1905-bag-2.php|magazine=[[Majalah Hidup]]|date=14 Agustus 2020|access-date=26 Januari 2022}}</ref> datanglah relijius dari [[Papua Nugini]] yang ditunjuk untuk menjadi imam di Kepulauan Kei/Kai,{{sfn|Böhm|2021|pp=18}} yakni R.P. Philipus Braun, M.S.C.,<ref name="felicia" /> dan Br. Adrian<ref name="felicia" /> Dionysius{{sfn|Steenbrink|2007|pp=237}} van Roesel, M.S.C.<ref name="felicia" />{{sfn|Böhm|2021|pp=19}}<ref>Steenbrink menyebut [[bruder]] ini sebagai Dionysius van Roesel. Majalah Hidup menyebut bruder ini sebagai Adrian van Roesel. [[Misionaris Hati Kudus|M.S.C.]] menyebut bruder ini sebagai Adrian Dionysius van Roesel</ref> Tahun 1910, sebelum ditunjuk menjadi uskup, [[Henri Nollen]] ditugaskan sebagai superior kongregasi Misionaris Hati Kudus setelah sempat bekerja di [[Keuskupan Agung Merauke]] sejak 1905.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=237}} Neijens mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Uskup Amboina setelah kalah gugatan dari seorang ekonom di Pengadilan Negeri Ambon tahun 1907 dan setelah adanya perselisihan antara Misionaris Hati Kudus wilayah Maluku dan Papua dengan Misionaris Hati Kudus Provinsi Belanda.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=240-41}}
 
Pengembangan Keuskupan Amboina berdampak pada Keuskupan lain. Pada November 1921, Keuskupan Amboina mengirim dua guru agama dari Kei/Kai, yakni Kassimirus Maturbongs untuk [[Merauke]] dan Adrianus Dumatubun untuk [[Okaba, Merauke|Okaba]]. Pada tahun 1923, Imam Johannes van der Kooij berkarya di Dekenat Wendu, Keuskupan Agung Merauke, setelah sempat bertugas di Kei/Kai sejak 1915.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=246}} Status Prefektur Apostolik Nugini Belanda, kemudian, berubah menjadi Vikariat Apostolik ''Nouva Guinea Olandese''/Nugini Belanda pada [[29 Agustus]] [[1920]].
 
Beberapa tahun sebelum [[Arnoldus Johannes Hubertus Aerts]] dibunuh, yakni pada tahun 1940; sejumlah Kevikepan di Keuskupan Amboina terus berkembang. (1) Kevikepan Kei Kecil terbagi atas empat stasi yang tiap-tiap stasinya memiliki wisma pastoral sebagai berikut:{{sfn|Steenbrink|2007|pp=197}}
# Langgur
# Tual
# Faan, dan
# [[Rumaat, Kei Kecil Timur, Maluku Tenggara|Rumaat]];
(2) Kevikepan Kei Besar terbagi atas empat stasi, lengkap dengan wisma pastoral, sebagai berikut:{{sfn|Steenbrink|2007|pp=197}}
# [[Waur, Kei Besar, Maluku Tenggara|Waur]]
# [[Uwat, Kei Besar Utara Barat, Maluku Tenggara|Uwat]]
# [[Hollat, Kei Besar Utara Timur, Maluku Tenggara|Hollat]], [[Kei Besar Utara Timur, Maluku Tenggara|Kei Besar Timur Laut]] dan
# [[Elat, Kei Besar, Maluku Tenggara|Elat/Ellat]]
(3) Kevikepan Maluku Tenggara Barat terbagi atas lima stasi dengan wisma pastoral sebagai berikut:{{sfn|Steenbrink|2007|pp=197}}
# [[Saumlaki, Tanimbar Selatan, Kepulauan Tanimbar|Saumlaki]]
# [[Olilit Raya, Tanimbar Selatan, Kepulauan Tanimbar|Olilit]]
# Desa Amtufu, [[Wertamrian, Maluku Tenggara Barat|Wertamrian]]
# Desa Alussi, [[Kormomolin, Kepulauan Tanimbar|Kormomolin]] dan
# [[Pulau Larat|Larat]].
Namanya berubah menjadi Vikariat Apostolik Amboina pada 12 Mei 1949. Adapun wilayah Vikariat Apostolik Amboina pada 24 Juni 1950 dipecah sebagai persiapan pembangunan [[Keuskupan Agung Merauke]]. Ketika hierarki Gereja Katolik di [[Indonesia]] didirikan [[Paus Yohanes XXIII]] dengan konstitusi apostolik ''Quod Christus'' pada 3 Januari 1961, statusnya meningkat lagi menjadi keuskupan.
 
=== Garis waktu ===
* Didirikan oleh Portugis pada tahun 1534 sebagai Keuskupan Amboina.
* Karya misi Keuskupan Ambonia sempat terhenti dan dibantu oleh [[Keuskupan Agung Manila|Keuskupan Manila]] pada tahun 1610.
Baris 127 ⟶ 167:
;Administrator Apostolik Keuskupan Amboina
* Petrus Canisius Mandagi, M.S.C. (11 November 2020 s.d. 8 Desember 2021, jabatan selesai)
 
== Sejarah ==
 
=== Misi Katolik di Maluku ===
Peritsiwa pembaptisan beberapa penduduk asli dan seorang [[kepala desa]] oleh Baltasar Veloso, ipar dari [[Khairun Jamil dari Ternate|Sultan Hairun]], terjadi pada tahun [[1534]] di [[Mamuya, Galela, Halmahera Utara|Mamuya]], [[Galela, Halmahera Utara]].{{sfn|Heuken|2008|pp=27}} Peristiwa ini merupakan peristiwa pembaptisan pertama yang terjadi di wilayah Kevikepan Maluku Utara. Adapun peristiwa pembaptisan pertama masyarakat Maluku di wilayah Kevikepan Ambon terjadi pada tahun [[1538]] saat setidaknya 400 warga Ternate datang ke [[Hative Kecil, Sirimau, Ambon|Hative]] untuk dibaptis oleh misionaris Portugis.{{sfn|Heuken|2008|pp=36}}
 
Beberapa waktu setelah [[14 Februari]] [[1546]], Fransiskus Xaverius singgah di Hative dan membangun sebuah kapel.{{sfn|Heuken|2008|pp=36}} Datangnya Fransiskus Xaverius di tahun 1546 sempat membuat [[Khairun Jamil dari Ternate|Sultan Khairun]] terkesima dan mempertimbangkan niatnya untuk menjadi Katolik meskipun, pada akhirnya, ia mengurungkan niat tersebut karena, menurutnya, Kristen dan Islam menyembah Tuhan yang sama.{{sfn|Heuken|2008|pp=28}}
 
=== Pelarangan ===
Pergolakan politik antara Portugis dengan sejumlah Kesultanan di [[Maluku Utara]] membuat karya misi [[Yesuit]] terhambat pada tahun 1573,{{sfn|Heuken|2008|pp=29}} terutama setelah terbunuhnya Sultan Khairun pada tahun 1570.{{sfn|Heuken|2008|pp=44}} Adapun Gereja terakhir yang masih eksis pada tahun 1576 hanyalah gereja yang terletak di Kevikepan Ambon dan Kepulauan Sangihe.{{sfn|Heuken|2008|pp=30-31}} Karya Keuskupan Amboina berakhir pada tahun 1605 manakala pendudukan VOC membubarkan pendudukan Portugal di Ambon.
 
Missi dari [[Keuskupan Agung Manila]] sempat singgah di Ternate pada 1606 namun tidak berjalan dengan lancar.{{sfn|Heuken|2008|pp=30-31}} Pada tahun 1606 dan 1610, sejumlah misionaris dari Ordo [[Fransiskan]] dan [[Dominikan]] datang dan membangun Gereja di Ternate.{{sfn|Heuken|2008|pp=51}} Datangnya misionaris Fransiskan dan Dominikan menciptakan persaingan di antara misionaris Fransiskan dengan misionaris Yesuit. Sulitnya misi di Keuskupan Amboina membuat misi di [[Kabupaten Pulau Morotai|Moro]] terhenti pada tahun antara tahun 1613 atau 1614.{{sfn|Heuken|2008|pp=52}}
 
=== Kembalinya misi ===
Catatan misi pertama setelah pencabutan larangan bermisi dari pemerintah Belanda terjadi pada tahun 1888 dan 1889. Pada saat itu, [[Serikat Jesus]] membangun dua stasi di [[Langgur, Kei Kecil, Maluku Tenggara|Langgur]] dan [[Kota Tual]] sebagai titik persiapan masuknya Injil ke Tanah Papua sebelum dikunjungi oleh [[Matthias Neijens]], M.S.C, pada tahun 1904 untuk daerah [[Kabupaten Fakfak|Fakfak]] dan 1905.{{sfn|Ipenburg|2008|pp=349}}{{sfn|Steenbrink|2007|pp=236}}{{sfn|Steenbrink|2007|pp=254}} Pembaptisan pertama di Kevikepan [[Kei Kecil, Maluku Tenggara|Kei Kecil]] terjadi di Bulan Agustus 1889.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=195}} Peristiwa tersebut terjadi tak hanya karena ada persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) semata tetapi juga karena ada dorongan dari Dewan Desa tersebut. Dorongan dan persetujuan untuk melakukan pembaptisan di Gereja Katolik juga terjadi di Desa [[Faan, Kei Kecil, Maluku Tenggara|Faan]] dan Kelurahan [[:de:Duroa|Pulau]] [[Dullah Laut, Pulau Dullah Utara, Tual|Duroa]] (1890),{{sfn|Steenbrink|2007|pp=195}} Dusun Iso dan Dusun Rewav, [[Rewav, Kei Kecil Timur, Maluku Tenggara|Desa Rewav]] (1892),{{sfn|Steenbrink|2007|pp=195}} [[Kolser, Kei Kecil, Maluku Tenggara|Kolseer/Kolser]], [[Rumadian, Manyeuw, Maluku Tenggara|Rumadian]], [[Namar, Kei Kecil, Maluku Tenggara|Namar]], dan [[Ngilngof, Manyeuw, Maluku Tenggara|Ngilngof]] (1894).{{sfn|Steenbrink|2007|pp=195}}
 
Kembali aktifnya Keuskupan Amboina juga dimanfaatkan oleh R.P. Cornelis Johannes Franciscus Le Cocq d’Armandville, S.J.{{sfn|Mulyadi|2019|pp=45}}<ref>{{cite web|title=Who (Jesuits)|url=https://jesuitonlinebibliography.bc.edu/catalog?f[jesuits_facet][]=Le%20Cocq%20d%27Armandville,%20Cornelius%20Johannes%20Franciscus,%201846%E2%80%931896|website=Perpustakaan [[:en:Boston College|Boston College]]|access-date=17 Januari 2022}}</ref> Setelah bermisi di [[Kabupaten Sikka|Sikka]], [[Keuskupan Maumere]], Le Cocq memulai misi di [[Boinfia, Teluk Waru, Seram Bagian Timur|Bomfia/Boinfia]], kaki bukit [[Kabupaten Seram Bagian Timur|Seram Timur]], pada tahun 1891.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=231}} Tahun 1893, ia melanjutkan misi ke [[Kepulauan Watubela]].{{sfn|Steenbrink|2007|pp=231}} Bersama dengan R.D. W. Hellings dan [[Bruder|Br.]] J. Zinken, S.J., ia membangun Kevikepan Seram–Buru dalam waktu singkat, khusunya di daerah Watubela dan Kepulauan Kesui/Kasui.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=233}} Pada Mei 1894, ia meninggalkan Kevikepan Seram–Buru lalu bertolak ke [[Kabupaten Fakfak|Fakfak]], [[Keuskupan Manokwari-Sorong]].{{sfn|Steenbrink|2007|pp=233}} Akhir Juli 1895, Le Cocq d'Armandville masih sempat memberi perhatian pada penduduk Kesui/Kasui dan [[Geser, Seram Timur, Seram Bagian Timur|Geser]].{{sfn|Steenbrink|2007|pp=233}}
 
=== Pembentukan keuskupan ===
Secara kelembagaan, sejarah Keuskupan Amboina bermula pada pendirian [[Prefektur Apostolik]] Nugini/''Nouva Guinea Olandese'' pada [[22 Desember]] [[1902]]. Prefektur Apostolik ini merupakan wilayah yang terpisah dari [[Vikariat Apostolik]] Batavia. Misi Jesuit dihentikan pada tahun 1905 dan pimpinan Yesuit di [[Hindia Belanda]] menyerahkan karya kerasulan kepada [[Misionaris Hati Kudus]].{{sfn|Steenbrink|2013|pp=113}} Pada 14 Agustus 1905,<ref name="felicia">{{cite magazine|last1=Wuarmanuk|first1=Yusti H.|last2=Hangu|first2=Felicia P.|title=115 Tahun Misi di Keuskupan Agung Merauke: Permulaan Gereja Misi-baptisan Pertama 1905 (Bag. 2)|url=https://www.hidupkatolik.com/2020/08/14/48200/115-tahun-misi-di-kame-permulaan-gereja-misi-1905-bag-2.php|magazine=[[Majalah Hidup]]|date=14 Agustus 2020|access-date=26 Januari 2022}}</ref> datanglah relijius dari [[Papua Nugini]] yang ditunjuk untuk menjadi imam di Kepulauan Kei/Kai,{{sfn|Böhm|2021|pp=18}} yakni R.P. Philipus Braun, M.S.C.,<ref name="felicia" /> dan Br. Adrian<ref name="felicia" /> Dionysius{{sfn|Steenbrink|2007|pp=237}} van Roesel, M.S.C.<ref name="felicia" />{{sfn|Böhm|2021|pp=19}}<ref>Steenbrink menyebut [[bruder]] ini sebagai Dionysius van Roesel. Majalah Hidup menyebut bruder ini sebagai Adrian van Roesel. [[Misionaris Hati Kudus|M.S.C.]] menyebut bruder ini sebagai Adrian Dionysius van Roesel</ref> Tahun 1910, sebelum ditunjuk menjadi uskup, [[Henri Nollen]] ditugaskan sebagai superior kongregasi Misionaris Hati Kudus setelah sempat bekerja di [[Keuskupan Agung Merauke]] sejak 1905.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=237}} Neijens mengundurkan diri dari jabatannya sebagai Uskup Amboina setelah kalah gugatan dari seorang ekonom di Pengadilan Negeri Ambon tahun 1907 dan setelah adanya perselisihan antara Misionaris Hati Kudus wilayah Maluku dan Papua dengan Misionaris Hati Kudus Provinsi Belanda.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=240-41}}
 
Pengembangan Keuskupan Amboina berdampak pada Keuskupan lain. Pada November 1921, Keuskupan Amboina mengirim dua guru agama dari Kei/Kai, yakni Kassimirus Maturbongs untuk [[Merauke]] dan Adrianus Dumatubun untuk [[Okaba, Merauke|Okaba]]. Pada tahun 1923, Imam Johannes van der Kooij berkarya di Dekenat Wendu, Keuskupan Agung Merauke, setelah sempat bertugas di Kei/Kai sejak 1915.{{sfn|Steenbrink|2007|pp=246}} Status Prefektur Apostolik Nugini Belanda, kemudian, berubah menjadi Vikariat Apostolik ''Nouva Guinea Olandese''/Nugini Belanda pada [[29 Agustus]] [[1920]].
 
Beberapa tahun sebelum [[Arnoldus Johannes Hubertus Aerts]] dibunuh, yakni pada tahun 1940; sejumlah Kevikepan di Keuskupan Amboina terus berkembang. (1) Kevikepan Kei Kecil terbagi atas empat stasi yang tiap-tiap stasinya memiliki wisma pastoral sebagai berikut:{{sfn|Steenbrink|2007|pp=197}}
# Langgur
# Tual
# Faan, dan
# [[Rumaat, Kei Kecil Timur, Maluku Tenggara|Rumaat]];
(2) Kevikepan Kei Besar terbagi atas empat stasi, lengkap dengan wisma pastoral, sebagai berikut:{{sfn|Steenbrink|2007|pp=197}}
# [[Waur, Kei Besar, Maluku Tenggara|Waur]]
# [[Uwat, Kei Besar Utara Barat, Maluku Tenggara|Uwat]]
# [[Hollat, Kei Besar Utara Timur, Maluku Tenggara|Hollat]], [[Kei Besar Utara Timur, Maluku Tenggara|Kei Besar Timur Laut]] dan
# [[Elat, Kei Besar, Maluku Tenggara|Elat/Ellat]]
(3) Kevikepan Maluku Tenggara Barat terbagi atas lima stasi dengan wisma pastoral sebagai berikut:{{sfn|Steenbrink|2007|pp=197}}
# [[Saumlaki, Tanimbar Selatan, Kepulauan Tanimbar|Saumlaki]]
# [[Olilit Raya, Tanimbar Selatan, Kepulauan Tanimbar|Olilit]]
# Desa Amtufu, [[Wertamrian, Maluku Tenggara Barat|Wertamrian]]
# Desa Alussi, [[Kormomolin, Kepulauan Tanimbar|Kormomolin]] dan
# [[Pulau Larat|Larat]].
Namanya berubah menjadi Vikariat Apostolik Amboina pada 12 Mei 1949. Adapun wilayah Vikariat Apostolik Amboina pada 24 Juni 1950 dipecah sebagai persiapan pembangunan [[Keuskupan Agung Merauke]]. Ketika hierarki Gereja Katolik di [[Indonesia]] didirikan [[Paus Yohanes XXIII]] dengan konstitusi apostolik ''Quod Christus'' pada 3 Januari 1961, statusnya meningkat lagi menjadi keuskupan.
 
== Paroki ==