Bahasa Arab Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Elijah Mahoebessy (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Elijah Mahoebessy (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 40:
Terungkap bahwa penggunaan bahasa Arab cukup banyak dipengaruhi oleh [[sintaksis]] dalam [[bahasa Indonesia]], khususnya pada kalangan santri di pesantren. Frasa seperti ''lâ mâdza-mâdza'' لا ماذا ماذا (tidak apa-apa) atau ''maujûd-maujûd faqath'' موجود موجود فقط (ada-ada saja) merupakan beberapa contoh kesalahan pengucapan sintaksis bahasa Arab di pesantren. Sebenarnya jika dilihat kata demi kata dalam bahasa Indonesia, contoh ini tidaklah salah, namun jika digabungkan menjadi kurang tepat dan tidak bisa dipahami, bahkan tidak dapat ditemukan dalam ragam bahasa Arab lainnya, karena ungkapan tersebut tidak ada dalam bahasa mereka. Ungkapan yang benar dalam [[Bahasa Arab Baku Modern|bahasa Arab standar]] untuk ungkapan 'tidak apa-apa' adalah ''lâ ba’sa'' لا بأس atau bisa juga ''laisa musykilah'' ليس مشكلة. Sedangkan ungkapan 'ada-ada saja' pada dasarnya menunjukkan tanggapan terhadap sesuatu yang dianggap lelucon atau sesuatu yang tidak lazim, kemudian bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Arab standar menjadi ''laqad mazahta'' لقد مزحت (bercanda saja kamu) atau bisa juga menjadi ''hâdzaâ sya’un jadîd'' هذا شيء جديد (ini sesuatu yang baru).<ref name="umy">{{cite journal|url=https://mahadali.umy.ac.id/pengaruh-bahasa-arab-dan-penggunaanya-di-indonesia/|title=Pengaruh Bahasa Arab dan Penggunaanya di Indonesia|publisher=[[Universitas Muhammadiyah Yogyakarta]]|language=id|access-date=10 Juli 2024|date=|location=[[Kabupaten Bantul|Bantul]], Indonesia|journal=Ma'had Ali bin Abi Thalib|first=M.|last=Iqbal}}</ref>
 
Ketidaktepatan penggunaan ungkapan seperti ini pada variasi bahasa Arab ini tentu saja karena dipengaruhi oleh bahasa Indonesia, atau lebih tepatnya dipengaruhi oleh [[Bahasa gaul Indonesia|bahasa Indonesia yang digunakan sehari-hari]]. Penyebab lainnya bisa jadi adalah kurangnya pemahaman mereka tentang aturan-aturan dalam bahasa Arab dan pengetahuan tentangnya, atau bisa juga karena ungkapan seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah dalam membentuk kalimat bahasa Arab di kalangan santri.<ref name="umy"/>
 
==Lihat juga==