Jangrana II: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nusantara1945 (bicara | kontrib)
k Perbaikan Pengetikan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Adhiyan216 (bicara | kontrib)
←Mengganti halaman dengan ''''Kyai Adipati Jayengrana II''', atau disingkat '''Jangrana II''' adalah putra sulung Adipati Jangrana Anggawangsa (Jangrana I) yang memiliki nama asli Joko Tangkeban. Joko Tangkeban bersekutu dengan keturunan Untung Suropati dan melakukan perlawanan di Kota Malang. Di Malang, Joko Tangkeban menjadi Adipati bergelar Prabu Jaka. Kategori:Kasunanan Kartasura'
Tag: Penggantian VisualEditor
Baris 1:
'''Kyai Adipati Jayengrana II''', atau disingkat '''Jangrana II''', adalah bernamaputra tumenggungsulung surodironoAdipati putraJangrana dariAnggawangsa Tumenggung(Jangrana Onggowongso SurabayaI) yang masihmemiliki nama asli Joko Tangkeban. Joko Tangkeban bersekutu dengan keturunan KyaiUntung LanangSuropati dangirandan ,beliaumelakukan adalahperlawanan bupatidi legendarisKota dariMalang. [[Surabaya]]Di yangMalang, dihukumJoko matiTangkeban [[Pakubuwanamenjadi I]]Adipati bergelar tahunPrabu 1709Jaka.
 
== Asal-Usul Jangrana ==
Nama asli Jangrana adalah '''Anggawangsa''' (dibaca: Onggowongso). Ia adalah putra Ki Joko Brondong alias Lanang Dangiran. Sejak muda ia mengabdi pada [[Pangeran Pekik]] di [[Surabaya]].
 
Menurut ''[[Babad Tanah Jawi]]'', tokoh Jangrana alias Anggawangsa adalah sama dengan yang Jangrana yang dihukum mati di [[Kartasura]] tahun 1709. Sedangkan menurut ''Sedjarah Regent Soerabaja'', Jangrana alias Panembahan Panatagama yang dihukum mati adalah putra Jangrana Anggawangsa. Dengan kata lain, Anggawangsa adalah '''Jangrana I''', sedang Panatagama adalah '''Jangrana II'''.
 
== Peran Awal Jangrana ==
Pada tahun 1677 Anggawangsa dan kakaknya, Anggajaya, bergabung membantu [[Amangkurat II]] (cucu [[Pangeran Pekik]] dari pihak ibu) dalam perang melawan pemberontakan [[Trunajaya]]. Anggawangsa berhasil merebut meriam pusaka Nyai Setomi dari tangan pemberontak di [[Gresik]]. Ketika para pemberontak berhasil diusir pula dari [[Surabaya]], Anggawangsa pun diangkat sebagai bupati di sana bergelar Tumenggung Jangrana.
 
Jangrana juga berhasil membebaskan [[Cakraningrat II]] bupati [[Pulau Madura|Madura]] yang dibuang [[Trunajaya]] di Hutan Lodaya (dekat [[Blitar]]).
 
Setelah [[Trunajaya]] kalah, Jangrana ditugasi memadamkan pemberontakan Tawangalun di [[Blambangan]]. Namun ia berperang setengah-setengah karena dalam hati memihak Tawangalun.
 
Jangrana juga dikenal memiliki harga diri tinggi. Sepulang menumpas pemberontakan Wanakusuma di [[Gunung Kidul]], ia pulang dengan meminta residen [[Surabaya]] menyambut kedatangannya menggunakan tembakan [[salvo]].
 
== Hubungan dengan Untung Surapati ==
[[Untung Surapati]] adalah buronan [[VOC]] yang diam-diam dilindungi [[Amangkurat II]]. Pada tahun 1686 [[Untung Surapati]] direstui [[Amangkurat II]] untuk merebut [[Pasuruan]] yang saat itu dipimpin Anggajaya.
 
Dalam perang di [[Pasuruan]], Anggajaya kalah dan melarikan diri ke [[Surabaya]]. Namun Jangrana alias Anggawangsa tidak membalas kekalahan kakaknya itu karena ia sendiri juga anti [[VOC]].
 
Pada tahun 1690 Jangrana dan [[Cakraningrat II]] (bupati [[Pulau Madura|Madura]]) ditugasi [[Amangkurat II]] merebut [[Pasuruan]] dari tangan [[Untung Surapati]]. Perang ini hanya perang sandiwara untuk mengelabui [[VOC]] seolah-olah [[Amangkurat II]] masih setia pada bangsa [[Belanda]].
 
Sepeninggal [[Amangkurat II]] tahun 1703, terjadi perebutan takhta di [[Kartasura]]. Dalam hal ini Jangrana memihak [[Pakubuwana I]] menghadapi [[Amangkurat III]]. Pada tahun 1705 [[Pakubuwana I]] merebut istana [[Kartasura]] dan mengusir [[Amangkurat III]] ke [[Jawa Timur]].
 
Pada tahun 1706 gabungan pasukan [[VOC]], [[Kartasura]], [[Pulau Madura|Madura]], dan [[Surabaya]] bergerak menyerang [[Pasuruan]] karena [[Amangkurat III]] dilindungi [[Untung Surapati]]. Dalam perang tersebut Jangrana melakukan [[sabotase]] yang merugikan [[Belanda]], karena ia sendiri adalah sahabat [[Untung Surapati]].
 
== Kematian Jangrana ==
Setelah kematian [[Untung Surapati]] tahun 1706 dan tertangkapnya [[Amangkurat III]] tahun 1708, pihak [[VOC]] ganti melaporkan pengkhianatan Jangrana kepada [[Pakubuwana I]] pada tahun 1709.
 
Jangrana terbukti telah merugikan [[VOC]] dalam perang tahun 1706. Ia sebagai pemandu perjalanan dalam penyerbuan ke [[Pasuruan]] sengaja memilih jalur yang sulit, antara lain melewati rawa-rawa, sehingga banyak tentara [[Belanda]] yang jatuh sakit dan mati. Jangrana sendiri juga dinilai bertempur setengah hati, terbukti prajurit [[Surabaya]] tidak ada yang gugur melawan [[Pasuruan]].
 
Atas desakan [[VOC]] tersebut, [[Pakubuwana I]] terpaksa memanggil Jangrana untuk dihukum mati. Jangrana bersedia asalkan rakyat [[Surabaya]] tidak dilibatkan. Maka, Jangrana pun tewas ditusuki keris oleh petugas [[Kartasura]].
 
Menurut Sedjarah Regent Soerabadja, yang dihukum mati tahun 1709 adalah Jangrana II yang baru menjabat bupati sejak 1705, putra dari Jangrana Anggawangsa.
 
== Pemberontakan Surabaya Pasca Kematian Jangrana ==
Menurut ''Sedjarah Regent Soerbadja'', sepeninggal Jangrana II tahun 1709, [[Surabaya]] dipecah menjadi dua, sama-sama dipimpin adik Jangrana, yaitu Jayapuspita memimpin kadipaten Kasepuhan, dan Jangrana III memimpin kadipaten Kanoman. Keduanya sama-sama memberontak tahun 1718.
 
''[[Babad Tanah Jawi]]'' memberitakan kisah pemberontakan '''Arya Jayapuspita''' panjang lebar. Jayapuspita disebut sebagai pewaris sifat-sifat Jangrana, kakaknya, yaitu gagah berani, mencintai rakyat, dan taat beragama.
 
Pada tahun 1714 Jayapuspita menolak menghadap ke [[Kartasura]]. Ia menyusun pemberontakan sebagai pembalasan atas kematian Jangrana. Daerah-daerah pesisir seperti [[Gresik]], [[Tuban]], dan [[Lamongan]] jatuh ke tangannya.
 
Pada tahun 1717 gabungan pasukan [[VOC]] dan [[Kartasura]] berangkat menyerbu [[Surabaya]]. Mereka bermarkas di desa Sepanjang. Perang besar terjadi. Jayapuspita mendapat bantuan dari [[Bali]]. Dalam perang tahun 1718 adik Jayapuspita, yaitu Ngabehi Jangrana (alias Jangrana III) gugur. Jayapuspita akhirnya menyingkir ke desa Japan (dekat [[Mojokerto]]) bersama kedua adiknya yang masih hidup, yaitu Surengrana dan Kartayuda.
 
Jayapuspita kemudian mendukung pemberontakan Pangeran Blitar terhadap [[Amangkurat IV]] (pengganti [[Pakubuwana I]]) tahun 1719. Ia sendiri meninggal dunia tahun 1723 karena sakit.
 
== Kepustakaan ==
* ''Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647''. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
* H.J.de Graaf. 1989. ''Terbunuhnya Kapten Tack, Kemelut di Kartasura Abad XVII'' (terj.). Jakarta: Temprint
* M.C. Ricklefs. 1991. ''Sejarah Indonesia Modern'' (terj.). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
 
[[Kategori:Kasunanan Kartasura]]