Kampung Tugu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Naval Scene (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
Naval Scene (bicara | kontrib) k →Nama |
||
Baris 1:
[[File:Mardijker detail churchill 1704.jpg|thumb|[[Mardijkers|Kaum Mardijkers]] dengan latar tanah di luar Batavia yang diberikan pada mereka (sekarang Kampung Tugu). Bangunan yang terlihat kemungkinan [[Gereja Tugu]] yang asli.<ref>{{cite web |url=https://spiceislandsblog.com/2017/09/16/the-forgotten-mardijkers-of-batavia/ |title=The Forgotten Mardijkers of Batavia |last=Burnet |first=Ian |date=September 16, 2017 |website=Spice Islands Blog |publisher=Wordpress |access-date=November 11, 2017 }}</ref>]]
'''Kampung Tugu''' adalah wilayah di pinggir [[Batavia]] yang diperuntukkan oleh pemerintah Hindia Belanda bagi para [[Mardijkers]] yang telah dibebaskan (dimerdekakan) dari status tawanan perang. Saat ini daerah Kampung Tugu termasuk dalam wilayah administrasi [[Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara|Semper Barat]], Kecamatan [[Cilincing, Jakarta Utara|Cilincing]], [[Jakarta Utara]].<ref name=":1">{{Cite news|last=Chaniago|first=Suci Wulandari Putri|last2=Prasetya|first2=
== Nama ==
Baris 10:
Kaum Mardijkers ini adalah para mantan budak belian dan rakyat biasa dari anak-benua [[India]], seperti Benggala, [[Tamil Nadu|Tamil]], [[Kawasan Malabar|Malabar]], [[Gujarat]], [[Sri Lanka|Srilangka]], dan lainnya. Mereka dibawa sebagai tawanan perang oleh [[VOC]] (''Vereenigde Oost-Indische Compagnie'') setelah kemenangan mereka di [[Melaka]] dan India selatan, yang saat itu dijajah oleh [[Portugis]].<ref name="hendrik">{{aut|Niemejer, H.}} (2012). ''Batavia: masyarakat kolonial Abad XVII''. Jakarta: Masup Jakarta. xiv+449 hlm. ISBN 978-602-96256-7-7.</ref>{{rp|32-7}} Tentara VOC membawa orang-orang 'Portugis Hitam' ini ke [[Batavia]] untuk dipekerjakan dan kemudian memerdekakan mereka (karena itu disebut ''Mardijkers'') dengan syarat menganut agama Protestan. Pada tahun 1661, Pemerintah Kota Batavia memberikan sebagian lahan di Kampung Tugu kepada 23 keluarga Mardijkers untuk mengembangkan pertanian.<ref name="heuk" />{{rp|166}}<ref name=":0" />
Perkembangan Kampung Tugu tidak dapat dipisahkan oleh peran [[Melchior Leydekker]], doktor dalam ilmu kedokteran dan teologia, yang datang ke Hindia Belanda pada tahun [[1675]] untuk ditempatkan di Batavia. Sebagai menantu [[Gubernur Jenderal]] [[Abraham van Riebeeck]], yang berkuasa di [[Hindia Belanda]] pada tahun [[1709]]–[[1713]], ia memperoleh sebidang tanah di wilayah Tugu. Leydekker menetap di Kampung Tugu sejak 1678, tahun selesai dibangunnya [[Gereja Tugu]] yang pertama.<ref name=":1" /><ref name="heuk" />{{rp|166}} Di situ, ia bekerja sebagai pendeta dan penerjemah Alkitab [[Perjanjian Baru]],<ref name="heuk" />{{rp|167,}}<ref name="hendrik" />{{rp|289}} serta mengelola lahan pertanian dan menyewakannya untuk perkebunan [[tebu]].<ref name="hendrik" />{{rp|115}}
Kampung Tugu dapat dikatakan sebagai kampung [[Kristen]] tertua di seluruh Indonesia bagian barat. Hal ini jelas karena keberadaan mereka di wilayah tersebut merupaka upaya Belanda untuk memerdekakan Mardijkers dengan syarat harus berpindah agama dari [[Katolik]] menjadi [[Protestan]], dan pada saat itu belum ada komunitas Kristen selain mereka.{{Cn}} Masyarakat lain khususnya komunitas Islam yang sudah ada di wilayah sekitar itu, menyebut mereka dengan istilah ''Serani'' yang berasal dari kata [[Kekristenan|Nasrani]], dan oleh orang-orang Belanda mereka dijuluki ''Inheemsche Christenen'' yang berarti umat Kristen pribumi. Ini karena pada saat itu dalam perspektif orang Belanda, masyarakat Tugu digolongkan sebagai masyarakat pribumi yang tinggal jauh di luar kota Batavia.{{Cn}}
|