Perang Salib Pertama: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan gambar rusak
+
Tag: gambar rusak
Baris 25:
}}
 
'''Perang Salib Pertama''' (1096–1099) adalah perang pertama dari serangkaian perang agama, atau [[Perang Salib]], yang digagas, didukung, dan diarahkan oleh [[Gereja Latin]] pada [[Abad Pertengahan]]. Tujuannya adalah merebut kembali [[Tanah Suci]] dari [[Penaklukan Suriah oleh Muslim|kekuasaan Islam]]. Meskipun Yerusalem telah dikuasai oleh Muslim selama ratusan tahun, berkuasanya [[Kesultanan Seljuk|Seljuk]] di wilayah tersebut pada abad ke-11 memunculkan kekhawatiran mengenai keselamatan penduduk Kristen di Yerusalem, menghalangi peziarahan dari Dunia Barat, dan mengancam keberlangsungan Kekaisaran Bizantium. Gagasan awal Perang Salib Pertama bermula pada tahun 1095 ketika [[Daftar kaisar Romawi Timur|Kaisar Bizantium]] [[Aleksius I Komnenus]] meminta dukungan militer dari [[Konsili Piacenza]] untuk berperang dengan Turki Seljuk. Bantuan militerSokongan juga datangdiberikan darioleh [[Konsili Clermont]] setelah [[Paus Urbanus II]] menyatakan dukungannya terhadap Kekaisaran Bizantium dan mengajak umat Kristen yang beriman untuk melakukan ziarah bersenjata ke [[Yerusalem]].
 
Seruan Sri Paus disambut dengan bergelora oleh segenap rakyat di Eropa Barat. Ribuan umat Kristen, yang kebanyakannya adalah rakyat jelata, dipimpin oleh imam Prancis [[Peter sang Pertapa]], menjadi kalangan pertama yang menanggapi seruan Paus. Rombongan tersebut kemudian berarak melintasi Jerman dan melancarkan berbagai tindakan anti-Yahudi, seperti [[Perang Salib Jerman, 1096|pembantaian Rhineland]]. Konflik-konflik yang terjadi pada masa itu dikenal dengan [[Perang Salib Rakyat]]. Saat hendak menyeberangi wilayah Bizantium di [[Anatolia]], pasukan tersebut disergap dan dihabisi oleh kafilah Turki yang dipimpin oleh Sultan Seljuk [[Kilij Arslan I]] dalam [[Pertempuran Civetot]] pada bulan Oktober 1096.
Baris 31:
Kalangan bangsawan Eropa dan pasukannya berangkat pada akhir musim panas 1096 dan tiba di [[Konstantinopel]] antara bulan November dan April 1097. Rombongan tersebut terdiri dari bala tentara feodal yang dipimpin oleh para pangeran termasyhur di Eropa Barat: pasukan Prancis selatan dipimpin oleh [[Raymond IV dari Toulouse]] dan [[Adhemar dari Le Puy]]; pasukan dari [[Kadipaten Lorraine|Lorraine Hulu]] dan [[Lorraine Hilir|Hilir]] dipimpin oleh [[Godfrey dari Bouillon]] dan adiknya [[Baudouin I dari Yerusalem|Baldwin dari Boulogne]]; pasukan Italia-Norman dipimpin oleh [[Bohemond I dari Antiokhia|Bohemond dari Taranto]] dan keponakannya [[Tancredi dari Galilea|Tancred]]; serta sejumlah pasukan yang terdiri dari bala tentara Prancis utara dan Flemish di bawah pimpinan [[Robert Curthose]] dari Normandia, [[Étienne Henri II|Stephen dari Blois]], [[Hugues I dari Vermandois|Hugh dari Vermandois]], dan [[Robert II dari Flandria]]. Secara keseluruhan, jumlah serdadu [[tentara salib]] diperkirakan sebanyak 100.000 orang.
 
Tentara salib tiba secara bertahap di Anatolia. Dengan absennya Kilij Arslan, tentara salib berhasil memenangkan pertempuran awal setelah diserbunya Anatolia oleh bangsa Franka dan serangan laut oleh Bizantium semasa [[Pengepungan Nikea]] pada bulan Juni 1097. Pada bulan Juli, bala tentara salib memenangkan [[Pertempuran Dorilaeum]] melawan pemanah berkuda Turki. Seusai menempuh perjalanan sulit melintasi Anatolia, tentara salib memulai [[Pengepungan Antiokhia]], dan berhasil merebut kota tersebut pada bulan Juni 1098. Yerusalem, yang saatketika itu berada di bawah kekuasaan [[Kekhalifahan Fatimiyah|Fatimiyah]], [[Pengepungan Yerusalem (1099)|dikepung dan direbut]] pada bulan Juli 1099 setelah para penduduknya dibantai dengan keji. Serangan balasan Fatimiyah berhasil dipukul mundur pada akhir 1099 dalam [[Pertempuran Ascalon]], yang mengakhiri Perang Salib Pertama. Seusai perang, sebagian besar tentara salib kembali ke kampung halamannya.
 
Empat [[Negara-negara tentara salib|negara tentara salib]] didirikan di Tanah Suci: [[Kerajaan Yerusalem]], [[County Edessa]], [[Kepangeranan Antiokhia]], dan [[County Tripoli]]. Keberadaan tentara salib tetap dipertahankan di wilayah tersebut sampai runtuhnya benteng besar terakhir tentara salib dalam [[Pengepungan Akko (1291)|Pengepungan Akko]] pada tahun 1291. Setelah tentara salib kehilangan seluruh wilayahnya di [[Levant]], tidak ada lagi upaya nyata yang dilakukan untuk merebut kembali Tanah Suci.
Baris 38:
Negeri-negeri Kristen dan Muslim telah bertikai sejak berdirinya Islam pada abad ke-7. Satu abad setelah kematian nabi [[Muhammad]] pada tahun 632, tentara Muslim [[Yerusalem#Abad_Pertengahan_dan_kekhalifahan|merebut Yerusalem]] dan [[Levant]], [[Afrika Utara]], serta [[Semenanjung Iberia]], yang sebelumnya berada di bawah kekuasaan Kristen. Pada abad ke-11, penguasa Kristen secara bertahap memulihkan kembali Iberia dari pengaruh Islam melalui ''[[Reconquista]]'', tetapi keterikatan mereka dengan Tanah Suci telah memburuk. Penguasa Muslim di Levant sering kali memberlakukan aturan keras terhadap penganut Kristen.{{Sfn|Riley-Smith|1998|pp=37–38|loc=Holy Sepulcre, Holy War}}
 
Perang Salib Pertama adalah upaya dunia Kristen untuk membendung perluasan pengaruh Islam ke Tanah Suci dan Bizantium, terutama oleh Fatimiyah dan Seljuk. Di Eropa Barat, Yerusalem dianggap sebagai tempat layak untuk [[Peziarahan Kristen|peziarahan]] [[penebusan dosa]]. Meskipun kekuasaan Seljuk di Yerusalem lemah (yang kelak menyerahkan kota tersebut kepada Fatimiyah), para peziarah yang kembali ke Eropa melaporkan adanya kesusahan dan penindasan yang dialami oleh umat Kristen. Dukungan militer yang diperlukan oleh Bizantium bertepatan dengan meningkatnya jumlah prajurit di Eropa Barat yang bersedia menerima perintah perang dari kepausan.{{sfn|Riley-Smith|2005|pp=10–12|loc=The Birth of the Crusading Movement}}
 
===Situasi di Eropa===
Baris 44:
Pada abad ke-11, jumlah penduduk Eropa meningkat pesat akibat munculnya pembaruan di bidang teknologi dan pertanian yang memungkinkan berkembangnya perdagangan. [[Gereja Katolik]] telah menjadi lembaga yang sangat berpengaruh bagi peradaban Barat. Kehidupan masyarakat diatur melalui [[manorialisme]] dan [[feodalisme]], struktur politik dengan para kesatria dan bangsawan berutang pengabdian militer kepada para penguasa sebagai imbalan atas hak untuk menyewakan tanah dan manor.<ref>[[Sidney Painter|Painter, Sidney]] (1969). "[http://images.library.wisc.edu/History/EFacs/HistCrus/0001/0001/reference/history.crusone.i0016.pdf Western Europe on the Eve of the Crusades] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230104204618/http://images.library.wisc.edu/History/EFacs/HistCrus/0001/0001/reference/history.crusone.i0016.pdf |date=4 January 2023 }}". In Setton, K., ''A History of the Crusades: Volume I''. hlm. 3–30.</ref>
 
Dalam rentang tahun 1050 sampai 1080, gerakan [[Reformasi Gregorian]] mengembangkan kebijakan yang semakin tegas demi meningkatkanmemperluas kekuatan dan pengaruhnya. Hal tersebut memicu pertikaian dengan umat [[Kekristenan Timur]] yang tidak mengakui doktrin [[supremasi kepausan]]. Gereja Timur menganggap paus hanyalah satu dari [[Pentarki|lima patriark]] Gereja, bersama dengan patriark [[Patriark Aleksandria|Aleksandria]], [[Patriark Antiokhia|Antiokhia]], [[Patriark Ekumenis Konstantinopel|Konstantinopel]], dan [[Gereja Ortodoks Yunani Yerusalem|Yerusalem]]. Lantaran adanya perbedaan kebiasaan, kredo, dan praktik antar umat Kristen, [[Paus Leo IX]] mengirim utusan ke Patriark [[Mikael I Kerularius]] dari Konstantinopel pada tahun 1054, yang berakhir dengan pemisahan gereja dan [[Skisma Timur–Barat]].<ref>Adrian Fortescue (1912). "[[wikisource:Catholic Encyclopedia (1913)/The Eastern Schism|The Eastern Schism]]". In ''Catholic Encyclopedia''. '''13.''' New York: Robert Appleton Company.</ref>
 
Umat Kristen awal terbiasa menggunakan kekerasan untuk kepentingan komunal. Teologi Kristen mengenai kewajiban berperang berkembang sejak kewarganegaraan Romawi dan Kekristenan dipersatukan. Warga negara diharuskandiwajibkan berperang melawan musuh-musuh kekaisaran. Berawal dari pemikiran teolog abad ke-4, [[Agustinus dari Hippo]], doktrin [[Perang agama|perang suci]] mulai berkembang. Agustinus berpendapat bahwa [[perang agresi]] itu dosa, tetapi perang bisa dibenarkan jika dinyatakan oleh penguasa yang sah seperti raja atau uskup, untuk mempertahankan diri atau merebut kembali wilayah, dan tidak melakukan kekerasan berkelebihan. Terpecahnya [[Kekaisaran Karoling]] di Eropa Barat menyebabkan munculnya golongan prajurit yang saling bertempur sesama mereka sendiri. Tindakan kekerasan umumnya digunakan untuk penyelesaian sengketa, dan kepausan berusaha mengentaskan hal tersebut.{{sfn|Asbridge|2012|pp=14–15|loc=Warfare and Violence in Latin Europe}}
 
[[Paus Aleksander II]] mengembangkan sistem penerimaan prajurit melalui sumpah untuk membangun pasukan militer, yang kemudian diperluas oleh [[Paus Gregorius VII|Gregorius VII]] ke seluruh Eropa. Hal tersebut dimanfaatkan oleh Gereja dalam menghadapi perseteruan antara Kristen dengan Muslim di [[Semenanjung Iberia]] dan melawan [[Penaklukan Italia Selatan oleh Norman|penaklukan Sisilia oleh Norman]]. Gregorius VII melangkah lebih jauh pada tahun 1074, yang merencanakanberencana unjukmelibatkan kekuatan militer untuk memperkuat prinsip kedaulatan kepausan dalam perang suci mendukung Bizantium melawan Seljuk, tetapi tidak mendapatkan banyak dukungan. Teolog [[Anselmus dari Lucca]] mengambil langkah tegas sehubungan dengan ideologi tentara salib. Ia menyatakan bahwa berperang demi tujuan yang benar dapat mengampuni dosa.{{sfn|Runciman|1951|pp=83–92|loc=Holy Peace and Holy War}}
 
Di Semenanjung Iberia, tidak ada pemerintahan Kristen yang berpengaruh. Kerajaan Kristen [[Kerajaan Leon|León]], [[Kerajaan Navarra|Navarra]], dan [[Kepangeranan Catalonia|Catalonia]] tidak memiliki kesamaan identitas dan keterikatan sejarah yang berlandaskan pada suku atau etnis, sehingga mereka berkali-kali bersatu dan berpisah di sepanjang abad ke-11 dan ke-12. Meskipun kecil, kerajaan-kerajaan tersebut mengembangkan teknik militer atas dasar kebangsawanan, dan pada tahun 1031, runtuhnya [[Kekhalifahan Córdoba]] di Spanyol selatan membuka peluang untuk menyatukan wilayah, yang kemudian dinamai ''[[Reconquista]]''. Pada tahun 1063, [[William VIII, Adipati Aquitaine|William VIII dari Aquitaine]] memimpin pasukan yang terdiri dari gabungan kesatria Prancis, [[Aragon]], dan [[Orang Catalonia|Catalan]] dalam [[Perang Salib Barbastro|Pengepungan Barbastro]] untuk merebut kembali kota-kota yang telah dikuasai Muslim sejak tahun 711. Tindakan tersebut mendapat dukungan penuh dari Paus Aleksander II. Setelah gencatan senjata dinyatakan di Catalonia, para prajurit perang diberikanmendapat [[indulgensi|penghapusan dosa]]. Perang tersebut digolongkan sebagai perang suci, tetapi berbeda dengan Perang Salib Pertama karena tidak ada peziarahan, tidak ada sumpah, dan tidak ada pengesahan resmi oleh gereja.{{sfn|Lock|2006|pp=205–213|loc=Crusades in the Iberian Peninsula}} Sesaat sebelum Perang Salib Pertama, Paus Urbanus II mengajak umat Kristiani Iberia untuk merebut [[Tarragona]], memakai banyak simbolisme dan retorika yang kemudian juga digunakan untuk memaklumatkan perang salib kepada rakyat Eropa.{{sfn|Riley-Smith|2005|pp=4–7|loc=A war of liberation}}
 
Bangsa [[Italo-Norman]] berhasil merebut sebagian Italia Selatan dan Sisilia dari Bizantium dan Arab Afrika Utara beberapa dekade sebelum Perang Salib Pertama.{{sfn|Asbridge|2012|pp=5–8|loc=Western Europe in the Eleventh Century}} HalTindakan tersebut menyebabkandikecam munculnya perseteruan denganoleh kepausan. Paus Leo IX kemudian menyerukan perlawanan terhadap mereka melalui [[Pertempuran Civitate]], yang berhasil dimenangkan oleh Norman. MeskipunKendatipun demikian, ketika menyerbu Sisilia Muslim pada tahun 1059, Norman melancarkannya di bawah panji kepausan ''[[Gonfalone Gereja|Invexillum sancti Petrior]],'' atau panji Santo Petrus.{{sfn|Lock|2006|pp=306–308|loc=The Proto-Crusades, or the Prehistory of Crusading}} [[Robert Guiscard]] merebut kota Bizantium [[Bari]] pada tahun 1071 dan melancarkan perlawanan di sepanjang pesisir timur [[Adriatik]] di dekat [[Durrës|Dyrrachium]] pada tahun 1081 dan 1085.{{sfn|Tyerman|2019|p=46|loc=The Mediterranean Crisis and the Background to the First Crusade}}
 
===Situasi di Timur===
Baris 58:
 
[[File:Map of the Byzantine Empire (867-1081).svg|thumb|left|alt=map of the Byzantine Empire (9-11th centuries)|upright=1.8 |Peta Kekaisaran Bizantium (867–1081)]]
Sejak awal berdirinya, [[Kekaisaran Bizantium]] merupakan pusat sejarah perbendaharaan, budaya, dan kekuatan militer.<ref>Papayianni, Aphrodite (2006)."Byzantine Empire". In ''The Crusades – An Encyclopedia''. pp. 188–196.</ref> Di bawah pemerintahan [[Basileios II Boulgaroktonos|Basilus II]], perluasan wilayah kekaisaran mencapai puncaknya pada tahun 1025. Perbatasan Kekaisaran membentang ke arah timur hingga Iran, Bulgaria, dan sebagian besar Italia selatan berada di bawah kendali Bizantium. Perompakan yang marak terjadi di Laut Tengah juga berhasil ditumpas. Hubungan Bizantium dengan Kesultanan Islam yang bersebelahan sama bermasalahnya seperti hubungannya dengan [[Rumpun suku bangsa Slavia|bangsa Slavia]] atau Kristen Barat. Bangsa [[Italo-Norman|Norman]] di Italia; [[Pecheneg]], [[Orang Serbia|Serbia]] dan [[Suku Kuman|Kuman]] di utara; serta Turki Seljuk di timur, semuanyakesemuanya bertikai dengan Kekaisaran Bizantium, dan untuk menghadapi ancaman tersebut, para kaisar merekrut prajurit bayaran, bahkan terkadang direkrut dari para musuh mereka.{{sfn|Kaldellis|2017|pp=120–141|loc=Basil II (976–1025)}}
Di sisi lain, dunia Islam mengalami kemajuan pesat sejak didirikan pada abad ke-7, dan diperkirakan akan segera menghadapi perubahan besar.<ref>[[H. A. R. Gibb|Gibb, Hamilton A. R.]] (1969). "[http://images.library.wisc.edu/History/EFacs/HistCrus/0001/0001/reference/history.crusone.i0018.pdf The Caliphate and the Arab States] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20230601084159/http://images.library.wisc.edu/History/EFacs/HistCrus/0001/0001/reference/history.crusone.i0018.pdf |date=1 June 2023 }}". In Setton, K., ''A History of the Crusades: Volume I''. pp. 81–98.</ref> Gelombang pertama [[Migrasi orang-orang Turkik|migrasi bangsa Turki]] ke Timur Tengah turut memengaruhi sejarah Arab dan Turki sejak abad ke-9. ''[[Status quo]]'' di Asia Barat terancam oleh gelombang migrasi bangsa Turki berikutnya, terutama kedatangan [[Dinasti Seljuk|Turki Seljuk]] pada abad ke-10. Seljuk adalah klan penguasa kecil yang berasal dari [[Transoksiana]] di Asia Tengah. Mereka masuk Islam dan bermigrasi ke Iran untuk mencari peruntungan. Dua dekade kemudian, Seljuk berhasil menaklukkan Iran, Irak dan [[Timur Dekat]]. Seljuk dan para prajuritnya adalah Muslim Sunni, yang memicu terjadinya konflik di Palestina dan Suriahperseteruan dengan Syiah [[Kekhalifahan Fatimiyah|Fatimiyah]] di Palestina dan Suriah.{{sfn|Peacock|2015|pp=20–71|loc=The Rise of the Seljuks, c. 965 –1092}}
 
[[File:Varqa fighting on horseback.jpg|thumb|upright=1|Penunggang kuda Seljuk Anatolia, dalam ''[[Varka and Golshah]]'', miniatur dari pertengahan abad ke-13, [[Konya]], Kesultanan Rum.<ref>These knights were equipped with long swords and bows, and for protection used large shields ("kite-shields"), lamellar armour and ''[[hauberk]]'' mail {{cite book |last1=Gorelik |first1=Michael |title=Oriental Armour of the Near and Middle East from the Eighth to the Fifteenth Centuries as Shown in Works of Art (in Islamic Arms and Armour) |date=1979 |publisher=Robert Elgood |page=Fig.38 |location=London |isbn=978-0859674706 |url=http://warfare.6te.net/Gorelik-Oriental_Armour.htm}}</ref><ref name="AAOS">{{cite journal |last1=Sabuhi |first1=Ahmadov Ahmad oglu |title=The miniatures of the manuscript "Varka and Gulshah" as a source for the study of weapons of XII–XIII centuries in Azerbaijan |journal=Austrian Journal of Humanities and Social Sciences |date=July–August 2015|issue=7–8 |pages=14–16 |url=https://www.researchgate.net/publication/305236939}}</ref>]]
Bangsa Seljuk adalah orang-orang nomaden, berbahasa Turki, dan terkadang [[Shamanisme|shamanistik]], berbeda dengan rakyat mereka yang menetap dan menuturkan bahasa Arab.{{sfn|Cahen|1968|pp=66–72|loc=The First Incursions before 1071}} Perbedaan tersebut turut melemahkan struktur kekuasaan ketika digabungkan dengan kebiasaan memerintah Seljuk atas suatu wilayah yang berlandaskan pada preferensi politik, bukannya pada letak geografi. Kaisar [[Romanos IV Diogenes]] berupaya memadamkan serangan sporadis Seljuk, tetapi kalah dalam [[Pertempuran Manzikert]] pada tahun 1071 dan ditawan oleh pasukan Muslim. Kekalahan tersebut menjadi pukulan besar bagi Bizantium dan pertanda berkembangnya Seljuk, yang menyebabkan munculnya seruan untuk melancarkan Perang Salib Pertama. Kota-kota penting Bizantium seperti [[Nikea]] dan [[Antiokhia]] lepas pada tahun 1081 dan 1086. Kota-kota tersebut sangat tersohor di Barat karena signifikansi historisnya dan kelak juga menjadi sasaran penaklukan kembali oleh tentara salib.<ref>Cahen (1969). "[http://images.library.wisc.edu/History/EFacs/HistCrus/0001/0001/reference/history.crusone.i0020.pdf The Turkish Invasion: The Selchükids] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20221025035747/http://images.library.wisc.edu/History/EFacs/HistCrus/0001/0001/reference/history.crusone.i0020.pdf |date=25 October 2022 }}." In Setton, K., ''A History of the Crusades: Volume I.'' pp. 99–132.</ref>
 
Sejak tahun 1092, ''status quo'' di Timur Tengah kacau balau setelah kematian penguasa sah Kesultanan Seljuk, [[Nizham al-Mulk]]. Hal tersebut diikuti oleh kematian sultan Seljuk [[Malik Syah I|Malik Syah]] dan khalifah Fatimiyah [[Al-Mustansir Billah]]. Lantaran dilanda kebingungan dan perpecahan, dunia Islam mengabaikan dunia luar, sehingga mereka terkejuttidak siap ketika tentara salib menyerbu. Malik Syah digantikan sebagai penguasa [[Kesultanan Rum|Kesultanan Rûm]] di Anatolia oleh [[Kilij Arslan I|Kilij Arslan]], dan di Suriah oleh saudaranya [[Tutush I]], yang memulai perang saudara melawan [[Berkyaruq]] demi menjadi penguasa tunggal. Setelah Tutush terbunuh pada tahun 1095, putranya [[Fakhr al-Mulk Ridwan|Ridwan]] dan [[Shams al-Muluk Duqaq|Duqaq]] mewarisi [[Aleppo]] dan [[Damaskus]], yang kemudian membagi Suriah kepada para emir yang saling bermusuhan, serta [[Kerbogha]], yang menjadi penguasa [[Mosul]]. Mesir dan sebagian Palestina dikuasai oleh Fatimiyah. Fatimiyah, di bawah pemerintahan khalifah [[Al-Musta'li]] dan [[Al-Afdhal Syahansyah]], menyerahkan Yerusalem kepada Seljuk pada tahun 1073, tetapi berhasil merebut kembali kota tersebut pada tahun 1098 dari [[Dinasti Artuqiyah|Artuqid]], suku Turki kecil yang berkerabat dengan Seljuk, tepat sebelum kedatangan tentara salib.{{sfn|Peacock|2015|pp=72–123|loc=The Great Seljuk Empire and the Sultanate of Iraq, 1092–1194}}
 
===Penindasan Kristiani===
Baris 78:
{{blockquote|Tempat-tempat suci dinodai dan dihancurkan dengan berbagai cara. Para bangsawan perempuan dan putri-putri mereka, yang ditelanjangi, diperkosa satu demi satu, seperti binatang. Beberapa [penyerang] tanpa rasa malu memamerkan para perawan di depan ibunya sendiri dan memaksanya menyanyikan lagu-lagu yang jahat dan cabul hingga keinginan mereka terpenuhi... laki-laki dari segala usia dan latar belakang, anak-anak, remaja, orang tua, bangsawan, petani, dan yang lebih buruk lagi, rohaniwan dan rahib, bahkan uskup, dinodai dengan dosa sodomi, dan kini dikabarkan bahwa seorang uskup telah terjerat dalam dosa yang sangat menjijikkan tersebut.<ref>{{cite book |last1=Frankopan |first1=Peter |url=https://books.google.com/books?id=D-xIMAEACAAJ |title=The First Crusade: The Call from the East |publisher=Vintage |year=2013 |isbn=9780099555032 |page=61}}</ref>}}
 
Kaisar memperingatkan bahwa jika Konstantinopel jatuh ke tangan Turki, tidak hanya ribuan umat Kristen yang akan disiksa, diperkosa dan dibunuh, tetapi “relikui paling suci dari sang Juru Selamat,” yang dikumpulkan selama berabad-abad, akan lenyap. “Oleh“Maka karenadari itu, dalam nama Tuhan... kami memohon kepada Saudara untuk membawa semua prajurit Kristus yang setia ke kota ini... dengan kedatangan Saudara, Saudara akan menemukan ganjarannya di surga, dan jika Saudara tidak datang, Tuhan akan menghukum Saudara.”<ref>{{cite book |url=https://books.google.com/books?id=_JUyPcvrYXUC |title=The Dream and the Tomb: A History of the Crusades |date=1984 |page=28-29|publisher=Rowman & Littlefield |isbn=978-0-8128-2945-7 }}</ref>
 
==Konsili Clermont==
Baris 100:
Kurangnya keterampilan militer membuat pasukan Peter mudah mengalami kesulitan, meskipun mereka masih berada di wilayah Kristen.<ref name="Runciman-1949" /> Pasukan yang dipimpin oleh Walter menjarah kawasan [[Beograd]] dan [[Zemun]], dan berhasil tiba di Konstantinopel tanpa kendala berarti. Sementara itu, pasukan yang dipimpin oleh Peter, yang berarak terpisah dari pasukan Walter, bertempur dengan bangsa Hungaria dan kemungkinan berhasil merebut Beograd. Di [[Niš]], gubernur Bizantium memberi mereka makanan, tetapi Peter tidak bisa mengendalikan pasukannya dan bentrokan pecah dengan warga setempat, yang berhasil diredakan oleh tentara Bizantium. Peter tiba di Konstantinopel pada bulan Agustus. Pasukannya kemudian bergabung dengan pasukan Walter yang telah tiba lebih dulu, serta dengan rombongan tentara salib dari Prancis, Jerman, dan Italia. Pasukan lainnya dari [[Bohemia]] dan [[Sachsen]] tercerai-berai dan tidak berhasil melewati Hungaria.{{sfn|Asbridge|2004|p=82|loc=Afire with Crusading Fever}}
 
Rombongan Peter dan Walter yang tak terkendali mulai merampokmenjarah di pinggiran kota untuk mencari perbekalan dan makanan. Hal tersebut mendorong Aleksius untuk memberangkatkan mereka menyeberangi [[Selat Bosporus]] satu minggu lebih cepat. Setelah tiba di [[Asia Kecil]], rombongan tentara salib tercerai-berai dan mulai merampokmenjarah pedesaan, menyelinap memasuki wilayah Seljuk di dekat Nikea. Bangsa Turki yang jauh lebih berpengalaman membantai sebagian besar rombongan tersebut.<ref name="Murray-2006" /> Serombongan pasukan Italia dan Jerman dikalahkan dalam [[Pengepungan Xerigordos|Pengepungan Xerigordon]] pada akhir September. Sementara itu, pasukan Walter dan Peter, meskipun kebanyakannya tidak terlatih dalam pertempuran, dipimpin oleh kurang lebih 50 kesatria, yang bertempur melawan orangpasukan Turki dalam [[Pertempuran Civetot]] pada bulan Oktober 1096. Para pemanah Turki melumpuhkan bala tentara salib dan Walter adalah salah seorang yang tewas. Peter, yang tidak berada di Konstantinopel pada saat itu, kemudian bergabung dengan tentara salib gelombang kedua, bersama dengan segelintir penyintas dari Civetot.{{sfn|Asbridge|2004|pp=101–103|loc=The Battle of Civetot}}
 
[[File:Carte de la premiere croisade.jpg|250px|right|thumb|Peta rute para pemimpin Perang Salib Pertama|alt=A map of the Mediterranean, with the routes of Hugh I of Vermandois, Godfrey of Bouillon, Bohemond of Taranto, Raymond IV of Toulouse, Robert Curthose, and Baldwin of Boulogne highlighted. The major Christian and Muslim empires at the time of the crusade are also highlighted. Major battles in Asia Minor are marked.]]
Di Eropa, imbauan Perang Salib Pertama memicu terjadinya [[pembantaian Rhineland]] yang menyasar orang-orang [[Orang Yahudi|Yahudi]]. Pada akhir 1095 dan awal 1096, beberapa bulan sebelum keberangkatan tentara salib resmi pada bulan Agustus, terjadi sejumlah penyerangan terhadap masyarakat Yahudi di Prancis dan Jerman. Pada bulan Mei 1096, [[Emicho|Emicho dari Flonheim]] memerangi orang Yahudi di [[Speyer]] dan [[Worms]]. Tentara salib tidak resmi lainnya dari Swabia, yang dipimpin oleh Hartmann dari Dillingen, bersama dengan para sukarelawan dari Prancis, Inggris, [[Lotharingia]], dan [[Orang Flanders|Flemish]] yang dipimpin oleh Drogo dari Nesle dan [[William si Tukang Kayu]] beserta penduduk setempat, bergabung dengan Emicho dalam menggempur masyarakat Yahudi di [[Mainz]] pada akhir Mei.{{sfn|Asbridge|2004|pp=84–85|loc=The Journey to Byzantium}} Di Mainz, seorang perempuan Yahudi memilih membunuh anak-anaknya ketimbang membiarkannya dibunuh oleh para tentara salib. Kepala rabi [[Kalonymus ben Meshullam]] bunuh diri sebelum tentara salib menghabisinya. Pasukan Emicho kemudian terusmeneruskan perjalanan ke Cologne, sedangkan pasukan lainnya bergerak menuju Trier, Metz, dan kota-kota lain. Peter sang Pertapa diduga juga turut serta menganiaya orang Yahudi, dan serombongan pasukan yang dipimpin oleh seorang imam bernama Folkmar memerangi orang Yahudi di Bohemia.{{sfn|Riley-Smith|2005|p=24|loc=The "first Holocaust"}}
 
[[Kálmán dari Hungaria]] harus menyelesaikan masalah yang ditimbulkan oleh tentara salib di sepanjang perjalanannya melintasi [[Hungaria]] menuju Tanah Suci pada tahun 1096. Ia membinasakanmembasmi dua rombongan tentara salib yang menjarah kerajaannya. Pasukan Emicho akhirnya melanjutkan perjalanan ke Hungaria, tetapi juga dilumpuhkan oleh Kálmán, dan pengikut Emicho tercerai-berai. Sejumlah pasukan berhasil bergabung dengan pasukan utama, sedangkan Emicho sendiri harus pulang ke kampung halamannya. Kebanyakan penyerang hendak memaksa umat Yahudi untuk memeluk agama Kristen, meskipun sebagian juga mengincar harta mereka. Kekerasan fisik terhadap orang Yahudi bukanlah kebijakan resmi gereja dalam perang salib, dan para uskup Kristen, terutama Uskup Agung Cologne, melakukan upaya terbaik untuk melindungi orang Yahudi. Satu dekade sebelumnya, Uskup Speyer memindahkan Yahudi di kota tersebut ke sebuah [[ghetto]] berpagar untuk melindungi mereka dari kezaliman Kristen dan menyerahkan kendali atas masalah peradilan kepada kepala rabi Yahudi. Namun, sejumlah uskup juga menerima uang sebagai imbalan karena melindungi Yahudi. Serangan-serangan tersebut diduga berasaldipicu darioleh anggapan bahwa orang Yahudi dan Muslim adalah musuh Kristus, dan oleh sebab itu harus diperangi atau [[Kristenisasi|dikristenkan]].{{sfn|Asbridge|2004|pp=84–88|loc=The Journey to Byzantium}}
 
==Dari Clermont ke Konstantinopel==
Baris 112:
===Perekrutan===
[[File:Origin of the First Crusaders.jpg|alt=Origin of the known participants on the First Crusade|thumb|Asal prajurit pada Perang Salib Pertama]]
Perekrutan prajurit untuk perang besar semacam ini dilakukan di seluruh benua. Perkiraan jumlah tentara salib yang berangkat dari [[Eropa Barat]] setelah Konsili Clermont berkisar antara 70.000 hingga 80.000 orang, dan lebih banyak lagi prajurit yang bergabung dalam waktu tiga tahun berikutnya. Perkiraan jumlah kesatria berkisar antara 7.000 hingga 10.000; 35.000 hingga 50.000 prajurit pejalan kaki; dan jumlah keseluruhannya mencapai 60.000 hingga 100.000 orang, termasuk prajurit nonkombatan.<ref>Appendix II: The Numerical Strength of the Crusaders. In Runciman, Steven (1951), A History of the Crusades, Volume One. pp. 336–341.</ref> Khotbah Paus Urbanus direncanakan dengan baik. Ia telah membahas perang salib dengan [[Adhemar dari Le Puy]]<ref>Brundage, James A. "[https://www.jstor.org/stable/2853164 Adhemar of Puy: The Bishop and His Critics]." ''Speculum'', vol. 34, no. 2 [Medieval Academy of America, Cambridge University Press, University of Chicago Press] (1959). pp. 201–212.</ref> dan [[Raymond IV dari Toulouse]],<ref>Louis René Bréhier (1911). "[[wikisource:Catholic Encyclopedia (1913)/Raymond IV, of Saint-Gilles|Raymond IV, of Saint-Gilles]]". In ''Catholic Encyclopedia''. '''12'''. New York: Robert Appleton Company.</ref> sehingga rencana tersebut dengan cepat mendapatkan dukungan dari dua pemimpin paling penting di Prancis selatan. Adhemar sendiri menghadiri [[konsili]] dan menjadi orang pertama yang "menerima tanda salib". Sepanjang tahun 1095 dan 1096, Urbanus menyebarkan pesannya ke seluruh Prancis, serta mendesak para uskup dan legatus agar berkhotbah di keuskupan mereka di Prancis, Jerman, dan Italia. Alhasil, tanggapan terhadap khotbah tersebut jauh lebih besar daripada yang diharapkan oleh Sri Paus, apalagi Aleksius. Dalam perjalanannya berkeliling Prancis, Urbanus berupaya melarang golongan tertentu (termasukumumnya perempuan, biarawan, dan orang sakit) untuk bergabung dengan tentara salib, tetapi hal demikian hampir mustahil dilakukan. Pada akhirnya, kebanyakan calon tentara salib bukanlah dari kalangan kesatria, melainkan dari kalangan petani miskin yang tidak punya keterampilan berperang, yang bergabung semata karena alasan kesalehan emosional dan pribadi yang tidak bisa dikendalikan oleh bangsawan gerejawi dan kaum feodal.{{sfn|Asbridge|2004|pp=46–49|loc=Spreading the Word}} Biasanya, setiap kali khotbah Paus berakhir, para sukarelawan akan mengambil sumpah untuk menuntaskan peziarahan ke [[Gereja Makam Kudus]]; mereka juga diberi tanda salib yang dijahit pada pakaian.{{sfn|Asbridge|2004|pp=65–66|loc=Taking the Cross}}
 
Sulit untuk menilai alasan ribuan prajurit memilih bergabung dengan tentara salib. Sebagian besarnya tidak memiliki catatan sejarah sama sekali, bahkan para kesatria tersohor sekalipun, yang kisahnya biasanya diceritakan ulang oleh para biarawan atau rohaniwan. Diduga kuat bahwa kesalehan adalah alasan utama seseorang bergabung dengan tentara salib.{{sfn|Asbridge|2004|pp=69–71|loc=The Mindset of the Lay Aristocracy}} Di tengah-tengah antusiasme umatnya, Urbanus tetap memastikan bahwa akan ada pasukan kesatria yang direkrut dari kebangsawanankalangan bangsawan Prancis. Selain Adhemar dan Raymond, para pemimpin lain yang direkrut di sepanjang tahun 1096 adalah [[Bohemond I dari Antiokhia|Bohemond dari Taranto]],<ref>Ernest Barker (1911). "[[wikisource:1911 Encyclopædia Britannica/Bohemund|Bohemund]]". In Chisholm, Hugh (ed.) ''Encyclopædia Britannica''. '''4.''' (11th ed.). Cambridge University Press. pp. 135–136.</ref> sekutu pembaharu Paus di Italia selatan; keponakan Bohemond, [[Tancredi dari Galilea|Tancred]];<ref>Chisholm, Hugh, ed. (1911). "[[wikisource:1911 Encyclopædia Britannica/Tancred (crusader)|Tancred (crusader)]]". ''Encyclopædia Britannica''. '''26.''' (11th ed.). Cambridge University Press. pp. 394–395.</ref> [[Godefroy dari Bouillon|Godfrey dari Bouillon]],<ref>Louis René Bréhier (1909). "[[wikisource:Catholic Encyclopedia (1913)/Godfrey of Bouillon|Godfrey of Bouillon]]". In ''Catholic Encyclopedia''. '''6.''' New York: Robert Appleton Company.</ref> yang sebelumnya merupakan sekutu antireformasi Kaisar Romawi Suci; adik Godfrey, [[Baudouin I dari Yerusalem|Baldwin dari Boulogne]];<ref>Ernest Barker (1911). "[[wikisource:1911 Encyclopædia Britannica/Baldwin I. (king of Jerusalem)|Baldwin I (king of Jerusalem)]]". In Chisholm, Hugh (ed.) ''Encyclopædia Britannica''. '''3.''' (11th ed.). Cambridge University Press. pp. 245–246.</ref> [[Hugues I dari Vermandois|Hugh I, Pangeran Vermandois]],<ref>Bull, Marcus, "[https://www.brepolsonline.net/doi/10.1484/J.NMS.3.253?mobileUi=0 The Capetian Monarchy and the Early Crusade Movement: Hugh of Vermandois and Louis VII]," ''Nottingham Medieval Studies'' '''40''' (1996), 25–46.</ref> adik [[Philippe I dari Prancis]]; [[Robert Curthose]],<ref>David, C. Wendell (1920). [https://catalog.hathitrust.org/Record/006734413/Home Robert Curthose]. Cambridge: Harvard university press.</ref> kakak [[William II dari Inggris]]; serta kerabatnya, [[Étienne Henri II|Stephen II, Pangeran Blois]],<ref>Brundage, James A. "[https://www.jstor.org/stable/27830413 An Errant Crusader: Stephen of Blois]." ''Traditio'', Volume '''16'''. Fordham University (1960). pp. 380–395.</ref> dan [[Robert II dari Flandria|Robert II, Pangeran Flandria]].<ref>Knappen, Marshall M., "Robert II of Flanders in the First Crusade," [https://books.google.com/books?id=FBETAQAAIAAJ in ''The Crusades and Other Historical Essays Presented to Dana C. Munro by His Former Students''], ed. Louis J. Paetow (New York: Crofts, 1928), pp. 79–100.</ref> Para tentara salib tersebut berasal dari Prancis utara dan selatan, Flandria, Jerman, dan Italia selatan, sehingga dibagi menjadi empat pasukan terpisah yang tidak selalu bersama, meskipun mereka dipersatukan oleh tujuan yang sama.{{sfn|Runciman|1951|pp=142–171|loc=The Princes and the Emperor}}
 
Tentara salib dikomandoi oleh sejumlah bangsawan paling berkuasa di Prancis, bahkan banyak yang meninggalkan segalanya, dan sering kali seluruh keluarganya ikut serta dalam perang salib dengan biaya besar yang mereka tanggung sendiri.{{sfn|Riley-Smith|1998|p=21|loc=Motivations of Crusaders}} Misalnya, Robert dari Normandia menitipkan [[Kadipaten Normandia]] kepada kakaknya, William II dari Inggris, dan Godfrey menjual atau menggadaikan hartanya kepada gereja. Tancred mengkhawatirkan dosa yang akan didapatnyaditanggungnya karenalantaran berperang sebagai seorang kesatria, tetapi ia memandang perang salib sebagai cara untuk mengarahkan tindakannya ke dalam konteks yang dianggap religius. Tancred dan Bohemond, serta Godfrey, Baldwin, dan kakaknya, [[Eustache III dari Boulogne|Eustace III, Pangeran Boulogne]],<ref>Chisholm, Hugh, ed. (1911). "[[wikisource:1911 Encyclopædia Britannica/Eustace|Eustace]]". ''Encyclopædia Britannica''. '''9.''' (11th ed.). Cambridge University Press. pp. 956–957.</ref> adalah contoh keluarga yang bersama-sama ikut dalam perang salib. Kebanyakan antusiasme untuk ikut serta dalam perang salib didorong oleh hubungan keluarga, karena sebagian besar tentara salib Prancis masih berkerabat jauh. Meskipun demikian, dalam beberapa kasus, hasrat pribadi juga turut berperan dalam mendorong seseorang bergabung dengan tentara salib. Misalnya, Bohemond tergerak oleh ambisinya untuk menguasai wilayah di timur, dan sebelumnya ia telah berupaya menggempur Bizantium untuk mewujudkan keinginan tersebut. Perang salib memberinya kesempatan lebih lanjut, yang ia wujudkan setelah [[Pengepungan Antiokhia]] dengan mengambil alih kota tersebut dan mendirikan [[Kepangeranan Antiokhia]].{{sfn|Riley-Smith|1998|pp=81–105|loc=Recruitment, Lordship and Family}}
 
===Jalan ke Konstantinopel===
[[File:Byzantium after the First crusade.PNG|alt=Route of the First Crusade through Asia|thumb|Rute Perang Salib Pertama lewat Asia]]
Bala tentara salib berangkat ke Konstantinopel dengan menempuh berbagai rute. Godfrey mengambil rute darat melintasi Balkan,<ref name="Runciman-1949">Runciman, S. (1949). [https://www.jstor.org/stable/44168654?read-now=1&refreqid=excelsior%3A6b32f0b19e1152e3ba5eeae3d6be44aa&seq=3#page_scan_tab_contents The First Crusaders' Journey across the Balkan Peninsula]. ''Byzantion'', 19, 207–221.</ref> sedangkan Raymond dari Toulouse memimpin pasukan [[Provence]] menyusuri pesisir [[Iliria]], dan kemudian ke timur menuju Konstantinopel.<ref>Barker, Ernest (1911). "[[wikisource:1911 Encyclopædia Britannica/Raymund of Toulouse|Raymund of Toulouse]]". In Chisholm, Hugh (ed.). ''Encyclopædia Britannica''. '''22.''' (11th ed.), Cambridge University Press. pp. 934–935.</ref> Bohemond dan Tancred memimpin pasukan Normandia menyeberangi Laut Adriatik ke [[Durrës|Durazzo]], dan kemudian menempuh jalur darat ke Konstantinopel.<ref>Barker, Ernest (1911). "[[wikisource:1911 Encyclopædia Britannica/Bohemund|Bohemund]]". In Chisholm, Hugh (ed.). ''Encyclopædia Britannica''. '''4.''' (11th ed.), Cambridge University Press. pp. 135–136.</ref> Pasukan tersebut tiba di Konstantinopel dengan sedikit makanan dan mengharapkan bantuan perbekalan dari Kaisar Aleksius. Aleksius awalnya curiga, mengingat pengalamannya dengan pasukan Perang Salib Rakyat, dan juga karena para para kesatria tersebut merupakan musuh lamanya dari Normandia, terutama Bohemond, yang beberapa kali telah menyerbu wilayah Bizantium bersama ayahnya dan dicurigai berupaya mengatur serangan ke Konstantinopel selagi berkemah di luar perbatasan. Kali ini, Aleksius lebih siap menghadapi kedatangan tentara salib dan insiden kekerasan yang terjadi di sepanjang jalan lebih sedikit.{{sfn|Asbridge|2004|pp=103–105|loc=The Second Wave: the Princes' Armies}}
 
[[File:Crusaders, Bosphore.jpg|thumb|Para pemimpin Perang Salib di kapal-kapal Yunani yang menyeberangi Bosporus, lukisan romantik dari abad ke-19]]
Para tentara salib berharap agar Aleksius menjadi pemimpin mereka, tetapi ia tidak tertarik untuk bergabung dengan tentara salib, dan berupaya keras untuk memindahkan mereka ke Asia Kecil secepat mungkin. Sebagai imbalan atas makanan dan perbekalan yang ia berikan, Aleksius meminta para pemimpin pasukan bersumpah setia kepadanya dan berjanji untuk mengembalikan wilayah yang direbut dari Turki ke Kekaisaran Bizantium. Godfrey adalah pemimpin pertama yang menyanggupi sumpah tersebut, dan hampir semua pemimpin lain mengikutinya, kendati mereka melakukannya setelah perang hampir pecah di kota antara warga dan tentara salib, yang sangat ingin menjarah perbekalan. Hanya Raymond yang menolak bersumpah, walaupun ia berjanji bahwa ia tidak akan merugikan kekaisaran. Menjelang seluruh pasukan dipindahkan melintasi Bosporus, Aleksius menasihati para pemimpin mengenai cara terbaik untuk menghadapi pasukan Seljuk yang akan segera mereka perangi.{{sfn|Asbridge|2004|pp=110–113|loc=The Oaths to Alexios}}
 
==Pengepungan Nikea==
{{Main|Pengepungan Nikea}}
[[File:Siege de Nicée (1097).jpg|thumb|Pengepungan Nikea tahun 1097. Miniatur dari {{lang|fr|[[:Commons:Category:Roman de Godefroy de Bouillon - BNF Fr22495|Roman de Godefroy de Bouillon et de Saladin]]}}]]
Bala tentara salib menyeberang ke Asia Kecil pada bulan Mei 1097 dan bergabung dengan [[Peter sang Pertapa]] beserta segelintir pasukannya yang masih tersisa. Di samping itu, Aleksius juga mengutus dua jenderalnya, [[Manuel Boutoumites]] dan [[Tatikios]], untuk membantu tentara salib. Sasaran pertama mereka adalah [[Nikea]], sebuah kota yang dulunya berada di bawah kekuasaan Bizantium, tetapi saat itu dijadikan sebagai ibu kota [[Kesultanan Rum|Kesultanan Rûm]] Seljuk di bawah pimpinan [[Kilij Arslan I|Kilij Arslan]].<ref>Savvides, Alexios G. C. (2006). "Qilij Arslān of Rûm (d. 1107)". In ''The Crusades – An Encyclopedia''. p. 998.</ref> Arslan sedang berperang melawan [[Danishmend]] di Anatolia tengah pada saat itu, dan meninggalkan harta serta keluarganya di Nikea, meremehkan kekuatan tentara salib yang baru tersebut.{{sfn|Asbridge|2004|pp=117–120|loc=The First Storm of War}}
 
Tatkala tentara salib tiba di Nikea pada tanggal 14 Mei 1097, kota tersebut dikepung, dan ketika Arslan mendengar kabar tersebut, ia bergegas kembali ke Nikea dan menyerbu tentara salib pada tanggal 16 Mei. Pasukannya berhasil dipukul mundur oleh tentara salib yang jumlahnya lebih banyak dari perkiraannya, dan kerugian besar dialami oleh kedua belah pihak dalam pertempuran tersebut. Pengepungan terus berlanjut, tetapi tentara salib gagal memblokade [[Danau İznik]], yang menjadi jalur utama untuk mencapai Nikea. Pasukan Aleksius tiba dan ia memerintahkan agar kapal-kapal milik tentara salib digulingkan di daratan agar bisa berlabuh di danau. Kapal akhirnya berhasil dilayarkan, dan pasukan Turki menyerah pada tanggal 18 Juni.{{sfn|Asbridge|2004|pp=126–130|loc=The Siege of Nicaea}}
 
Ada ketidakpuasan di kalangan prajurit Franka yang dilarang menjarah kota. Hal tersebut diatasi oleh Aleksius dengan memberi hadiah uang kepada bala tentara salib. Catatan sejarah yang ditulis di kemudian hari melebih-lebihkan ketegangan yang terjadi antara prajurit [[Orang Yunani|Yunani]] dan prajurit Franka. Stephen dari Blois, dalam suratnya kepada istrinya, [[Adela dari Normandia|Adela dari Blois]], memastikan bahwa itikad baik dan kerja sama masih tetap terjalin pada kala itu.<ref name="Munro-1992">The First Crusade. [https://catalog.hathitrust.org/Record/007135585/Home Letters of the Crusaders]. By Dana Carleton Munro (1902. Philadelphia, Pa. pp. 2–11.</ref> Jatuhnya Nikea dianggap sebagai hasil kerja sama yang jarang terjadi antara tentara salib dengan Bizantium.{{sfn|Asbridge|2004|p=130|loc=Closing In}}
 
== Catatan ==