Idi Subandy Ibrahim: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Menambah Referensi dan Pranala Luar Tag: menambah tag nowiki VisualEditor |
k Penambahan sedikit isi artikel |
||
Baris 4:
| image_upright = 1
| birth_date = {{birth date and age|1968|03|14}}
| birth_place = [[
| alma_mater = {{flatlist}}
*[[Universitas Padjadjaran]]
*[[Universitas Indonesia]]
| occupation = {{flatlist}}
*[[Akademisi]]
*[[peneliti]]
*[[kolumnis, analis budaya & media]]
{{endflatlist}}
| children = 3 (1 perempuan, 2 laki-laki)
}}
[[Doktor|Dr.]] '''Idi Subandy Ibrahim
== Kehidupan ==
=== Karier ===
Idi Subandy Ibrahim adalah mantan aktivis mahasiswa era akhir 1980-an dan awal 1990-an yang dikenal sebagai kolumnis budaya dan penulis buku produktif.<ref>{{Cite web|title=Alumni Fikom Idi Subandi Ibrahim Raih Gelar Doktor di UI|url=https://fikom.unpad.ac.id/alumni-fikom-idi-subandi-ibrahim-raih-gelar-doktor-di-ui/}}</ref> Sewaktu mahasiswa, dia aktif sebagai pengelola buletin ''Nahdhatul Ummah'' terbitan DKM Unpad dan buletin ''Salman-KAU (Komunikasi Aspirasi Umat)'' terbitan [[Masjid Salman ITB]]. Penelitiannya memfokuskan pada representasi budaya media dan produk budaya populer yang menggambarkan kaum marjinal seperti kaum miskin dan kemiskinan<ref name=":2">{{Cite web|title=Jurnalisme kemiskinan: representasi kemiskinan di media lokal/ Idi Subandy Ibrahim; editor, R.B.E. Agung Nugroho|url=https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.aspx?id=1333081#}}</ref><ref>{{Cite web|last=Iriantara|first=Yosal|date=2020-08-01|title=Memediakan Kemiskinan|url=https://www.kompas.id/baca/opini/2020/08/02/memediakan-kemiskinan|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref>
Selain itu,
Dengan berlatar tersebut, Idi juga telah
Selain pernah sebagai reviewer beberapa jurnal nasional dan internasional, Idi telah menerjemahkan sembilan buku, puluhan artikel ilmiah, memberi kata pengantar sebanyak dua puluh lima buku karya para penulis lain, dan selama tujuh tahun pernah menjadi redaktur dan editor ''Jurnal Komunikasi'' (Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia) saat masih edisi cetak.
Seperti terlihat dari beberapa tulisannya, Idi juga adalah seorang pencinta lingkungan hidup dengan mottonya: "Menanam sebatang pohon berarti mengobati sepetak kecil bumi yang luka oleh pesona hutan beton."<ref name=":3">{{Cite web|title=Idi Subandy I_Generasi Hijau, 29 Desember 2012, hlm. 2.pdf|url=https://drive.google.com/file/d/1fsXnEikxFkFDt-a6_RPK7ODSmKI4ERCi/view?usp=embed_facebook|website=Google Docs|access-date=2024-08-09}}</ref><ref>{{Cite web|last=IBRAHIM|first=IDI SUBANDY|date=2023-09-15|title=Krisis Komunikasi Lingkungan|url=https://www.kompas.id/baca/opini/2023/09/15/krisis-komunikasi-lingkungan|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref><ref>{{Cite web|last=IBRAHIM|first=IDI SUBANDY|date=2023-10-21|title=Perang Wacana Karhutla|url=https://www.kompas.id/baca/opini/2023/10/20/perang-wacana-karhutla|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref><ref>{{Cite web|last=IBRAHIM|first=IDI SUBANDY|date=2021-09-25|title=Kebudayaan Sampah|url=https://www.kompas.id/baca/gaya-hidup/2021/09/25/kebudayaan-sampah|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref><ref>{{Cite web|last=Ibrahim|first=Idi Subandy|date=2021-07-17|title=Eko-Artivisme|url=https://www.kompas.id/baca/opini/2021/07/17/eko-artivisme|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref><ref>{{Cite web|last=Komunikasi|first=IDI SUBANDY IBRAHIM, Peneliti Budaya, Media, dan|date=2021-03-26|title=Air Kehidupan|url=https://www.kompas.id/baca/opini/2021/03/27/air-kehidupan-3|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref> "Saya dilahirkan di sebuah pulau kecil yang begitu akrab dengan ceria laut. Sebuah pulau pertambangan yang tampak murung. Setelah kandungan perut buminya disedot selama berabad-abad untuk memenuhi hasrat pembangunan. Kampung kami dibelah oleh sungai cukup besar yang menjadi sumber penghidupan nelayan setempat. Sewaktu kecil dengan decak kagum aku sering memandang tiang-tiang jembatan yang terlihat gagah tak jauh dari rumah kami," demikian dalam "''<nowiki/>'Jurnalisme Hijau' di Tengah Krisis Lingkungan Hidup''", Idi menulis, mengisahkan masa kecilnya seperti dalam bab awal salah satu bukunya.<ref name=":7" />▼
▲Seperti terlihat dari beberapa tulisannya, Idi juga adalah seorang pencinta lingkungan hidup dengan mottonya: "Menanam sebatang pohon berarti mengobati sepetak kecil bumi yang luka oleh pesona hutan beton."<ref name=":3">{{Cite web|title=Idi Subandy I_Generasi Hijau, 29 Desember 2012, hlm. 2.pdf|url=https://drive.google.com/file/d/1fsXnEikxFkFDt-a6_RPK7ODSmKI4ERCi/view?usp=embed_facebook|website=Google Docs|access-date=2024-08-09}}</ref><ref>{{Cite web|last=IBRAHIM|first=IDI SUBANDY|date=2023-09-15|title=Krisis Komunikasi Lingkungan|url=https://www.kompas.id/baca/opini/2023/09/15/krisis-komunikasi-lingkungan|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref><ref>{{Cite web|last=IBRAHIM|first=IDI SUBANDY|date=2023-10-21|title=Perang Wacana Karhutla|url=https://www.kompas.id/baca/opini/2023/10/20/perang-wacana-karhutla|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref><ref>{{Cite web|last=IBRAHIM|first=IDI SUBANDY|date=2021-09-25|title=Kebudayaan Sampah|url=https://www.kompas.id/baca/gaya-hidup/2021/09/25/kebudayaan-sampah|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref><ref>{{Cite web|last=Ibrahim|first=Idi Subandy|date=2021-07-17|title=Eko-Artivisme|url=https://www.kompas.id/baca/opini/2021/07/17/eko-artivisme|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref><ref>{{Cite web|last=Komunikasi|first=IDI SUBANDY IBRAHIM, Peneliti Budaya, Media, dan|date=2021-03-26|title=Air Kehidupan|url=https://www.kompas.id/baca/opini/2021/03/27/air-kehidupan-3|website=kompas.id|language=id|access-date=2024-08-09}}</ref> "Saya dilahirkan di sebuah pulau kecil yang begitu akrab dengan ceria laut. Sebuah pulau pertambangan yang tampak murung.
Kontribusi Idi dalam bidang komunikasi di Indonesia seperti dinyatakan penulis biografi pemikirannya, "Secara umum pendekatan sejarah komunikasi belum banyak yang mengkaji atau belum begitu kuat perkembangannya di Indonesia. Pendekatan sejarah komunikasi bertujuan untuk memahami konteks sejarah ilmu komunikasi di Indonesia. Salah satu cara untuk mengetahui perkembangan kajian komunikasi Indonesia adalah melalui studi pemikiran. Penelitian ini meneliti studi pemikiran Idi Subandy Ibrahim untuk melihat bagaimana pemikiran Idi Subandy Ibrahim dalam mengembangkan kajian komunikasi Indonesia. Dengan menggunakan metode hermeneutika milik Gadamer dan menganalisis tulisan-tulisanya mulai tahun 1995 sampai 2017 yang memiliki fokus penelitian; Bagaimana proses perjalanan dan pemikiran Idi Subandy Ibrahim yang tidak bisa dilepaskan dari kondisi sosial yang mempengaruhi pemikirannya pada saat itu. Pendekatan yang digunakan antara lain pendekatan sejarah dalam kajian komunikasi, sociology of knowledge dan pendekatan cultural studies. Ditemukan bahwa Idi Subandy Ibrahim dapat dikatakan sebagai seseorang yang telah memberikan kontribusinya terhadap perkembangan kajian komunikasi Indonesia selain melalui tulisannya tetapi juga perannya dalam beberapa lembaga atau forum seperti ISKI, FSK, LSPP, FDIB dan lain sebagainya. Selain itu juga perannya sebagai dosen tidak tetap di beberapa universitas/perguruan tinggi Indonesia. Kemudian, ditemukan bahwa tulisannya tersebut merupakan bentuk kekhawatiran Idi Subandy Ibrahim melihat ruang publik menjadi tempat praktik-praktik komoditas dan komersialisasi sehingga Idi memberikan gagasan alternatif tentang bagaimana jurnalisme harus menerapkan komunikasi empati."<ref name=":0" />
|