Campaga, Tompobulu, Bantaeng: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mukrimah A (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: kemungkinan spam pranala VisualEditor |
Mukrimah A (bicara | kontrib) Informasi Kelurahan Campaga Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis VisualEditor |
||
Baris 11:
|kepadatan =
}}
'''Campaga''' adalah sebuah [[kelurahan]] yang terletak dalam wilayah [[Tompobulu, Bantaeng|Kecamatan Tompobulu]], [[Kabupaten Bantaeng]], [[Sulawesi Selatan|Provinsi Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Kelurahan Campaga termasuk Desa Wisata di Indonesia yang diresmikan oleh Sandiaga Salahuddin Uno, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pada 7 September 2022. Desa Wisata Campaga berhasil dinobatkan sebagai 50 Desa Wisata Terbaik Desa Wisata Indonesia Bangkit dari Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2022. Berbagai destinasi wisata dapat dinikmati oleh wisatawan, mulai dari wisata alam hingga buatan berciri khas Campaga. Wisatawan pun akan menjumpai gantungan buah-buahan hasil Hutan Desa Campa yang dijual di pinggir jalan.
Berada pada ketinggian 400 - 600 mdpl, Kelurahan Campaga dominan bersuhu dingin antara 21 - 26 °C. Termasuk daerah daratan tinggi, Campaga memiliki rute jalan beraspald. Tumbuhan campaga, pangi, kenanga, binuang, jabon, dan beragam jenis anggrek menjadi flora endemik daerah ini. Kuskus, beruang sulawesi, monyet makaka atau pantat merah, reptil bakoang, burung kokoci, babi hutan, tarsius, dan lain-lain menjadi fauna endemiknya. Masyarakat Campaga dominan berprofesi sebagai pekebun dan petani. Komoditas utamanya terbagi berdasarkan dua musim, yakni musim buah dan rempah. Musim buah terjadi antara awal hingga pertengahan tahun, seperti buah durian, salak, rambutan, langsat, kopi, dan lain-lain. Musim rempah terjadi pada pertegahan hingga akhir tahun, seperti cengkeh, kakao, pala, dan lain-lain.
== Destinasi Wisata ==
# Hutan Desa Campaga Hutan Desa Campaga adalah hutan lindung yang terletak di Kabupaten Bantaeng. Hutan lindung ini dialihfungsikan sebagai hutan desa melalui skema Perhutanan Sosial pada 2010. Hutan ini dikelilingi oleh perkampungan masyarakat sekitar. Di dalam kawasan hutan lindung mengalir banyak anak sungai dan saluran air yang mengapit dan membelah sepanjang hutan. Kelembaban tanah dan udaranya cukup tinggi sehingga berekosistem hutan hujan tropika. Wisata cagar alam atau ''ecotourism'' ini dihuni beragam flora dan fauna yang masih terjaga. Flora yang dapat dijumpai, yaitu campaga, pangi, kenanga, malinjo, mali-mali, nato, kenari, suren, sengon, beringin, alpukat, coklat, cengkeh, berbagai anggrek, rambutan hutan, ropisi Tokka (paluntan) dan lain-lain. Fauna yang dapat ditemukan, yakni ''macaca nigra'' atau monyet macaca, babi hutan, tongali (kuskus),bakoang (kadal hijau), kokoci ( burung hantu),dampasa (tarsius),memu (Beruang sulawesi), dan lain-lain. Di dalam hutan pun terdapat beberapa tempat yang disakralkan, seperti Erasa Lego-Lego, Situs Babangtangngayya, dan Mata Air Karangloe. Hutan seluas 23,68 hektare ini memberlakukan peraturan bagi wisatawan, antara lain dilarang meludah sembarangan, dilarang berbicara kotor, dilarang mengambil dan memindahkan kecuali foto/video, dilarang membuang sampah, dilarang masuk hutan tanpa izin petuahnya, dilarang membabat pohon, dan dilarang berpencar di hutan.
# Persawahan Terasering Persawahan Terasering merupakan wisata alam yang menyuguhan keindahan sawah Kelurahan Campaga. Setiap petak sawah dikelola oleh warga sekitar. Pemandangan sawah bertingkat-tingkat ini akan menyejukkan mata wisatawan. Bagi wisatawan yang ingin mengabadikan momen dapat meminta izin memotret atau masuk ke teras-teras lahan warga tersebut.
# Erasa Lego-Lego Erasa Lego-Lego merupakan pohon beringin tua di kawasan Hutan Lindung Campaga. Pohon beringin ini berbentuk sangat besar dan tinggi, serta berakar panjang yang menggantung dari batang pohon hingga tanah. Kata ''erasa'' berarti pohon beringin, sedangkan ''lego-lego'' berarti teras rumah panggung Sulawesi Selatan. ''Lego-lego'' berfungsi sebagai tempat beristirahat atau duduk-duduk sebentar bagi pemilik rumah atau tamu. Pada masa lampau, Erasa Lego-Lego memiliki bentuk menyerupai ''lego-lego''. Pohon ini tidak menyerupai ''lego-lego'' lagi setelah termakan usia. Dari penuturan masyarakat lokal, beringin menjadi tempat beristirahat bagi makhluk halus yang menjaga Hutan Campaga. Makhluk ini tinggal di beringin tersebut sehingga berbentuk ''lego-lego'', kemudian masyarakat menyebut beringin ini sebagai Erasa Lego-Lego.
# Situs Babangtangngayya Situs Babangtangngayya adalah wisata budaya situs batu sakral terletak di Hutan Desa Campaga. Pada situs ini, terdapat dua batu berukuran cukup besar terlilit benang putih yang disekitarnya terdapat kelapa, air gelas, macam-macam daun, dan lain-lain. Benang tersebut dililitkan oleh wisatawan ataupun warga sekitar yang memiliki keinginan tertentu dan apabila keinginannya terwujud benang akan dilepas. Masyarakat lokal biasanya melakukan ritual adat setiap dua kali setahun di situs ini. Ritual ini berupa doa sebelum menabur benih tanaman dan syukuran atas hasil panen. Dikatakan oleh masyarakat setempat, Babangtangngayya berarti pertengahan yang dimaknai sebagai titik tengah daerah yang menjadi tempat berkumpul orang-orang dari Utara, Barat, Timur, dan Selatan di zaman dulu. Konon, batu tersebut berasal dari seorang istri yang tertekan sebab kehilangan anaknya sehingga berdoa meminta dimasukkan ke dalam batu kepada Tuhan. Kemudian, batu tersebut terbelah sehingga masuklah wanita itu ke dalamnya. Sang suami yang saat itu mencari istrinya lalu tertuju pada batu yang sela-selanya terdapat rambut dan yakin itu milik istrinya. Sang suami yang merasa sendirian kemudian berdoa dimasukkan ke dalam batu juga.
# Mata Air Karangloe Mata Air Karangloe merupakan salah satu mata air yang terletak di Kelurahan Campaga, tepatnya dalam kawasan hutan lindung. Mata air ini mengair persawahan dan permukiman masyarakat. Masyarakat setempat menyakralkan mata air ini dengan tidak membiarkan seseorang mencuci kaki ataupun meludah. Di sekitar mata air terdapat gazebo yang biasa digunakan masyarakat setempat melakukan upacara adat dengan berdoa bersama sebelum menanam benih dan syukuran atas hasil panen. Dikisahkan oleh masyarakat setempat bahwa mata air ini berasal dari tancapan tongkat seorang kakek. Awalnya, sang kakek menancapkan tongkatnya ke tanah. Seketika tongkat itu ditarik dari tanah, menyembur sebuah air. Air ini yang kemudian dikenal dengan nama Karangloe. Adapun masyarakat meyakini kakek tersebut sebagai Nabi Khidir. Ada juga yang berpendapat dari cerita lainya dari masyarakat setempat dimana wanita yang keluar dari batu “babangtangayya” dalam keadaaan rambut yang berantakan menemukan batu yang menyurupai tempurung kelapa kemudian mengangkatnya air dalam tanah.
# Air Terjun Simoko Air Terjun Simoko merupakan pilihan wisata alam di Kelurahan Campaga. Jarak tempuh dari papan petunjuk di pinggir jalan hingga ke air terjun sekitar 2 km. Medannya berupa jalan setapak dikelilingi tanaman kakao warga sekitar. Terdapat pondok yang dapat digunakan wisatawan untuk beristirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Akses ke air terjun kurang mendukung ketika hujan sehingga sebaiknya menunggu cuaca cerah. Ketinggian air terjun kurang lebih 40 meter. Ketika sampai di air terjun pengunjung akan menemui batu besar ditengah aliran air dan terdapat gua di belakang air terjun. Beberapa orang meyakini batu tersebut digunakan sebagai tempat bertapa, sedangkan gua telah jarang dikunjungi sebab reruntuhan yang membuat kesulitan akses.
# Sekolah Rimba Sekolah rimbah merupakan wisata edukasi alam yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Wisata Kelurahan Campaga. Edukasi Sekolah Rimba meliputi pengenalan lingkungan, cara menjaga ekosistem, bentuk pelestarikan alam, dan pemanfaatannya menjadi kerajinan. Wisata ini menyasar wisatawan usia anak sekolah untuk belajar tentang alam sehingga dapat menumbuhkan kepekaan terhadap alam sejak dini dan berkelanjutan. Mereka diajak berinteraksi dengan lingkungan sekitar, seperti di mata air atau sungai di pinggir hutan. Dalam rangkaian kegiatan Sekolah Rimba, wisatawan akan dikenalkan flora dan fauna endemik di hutan Campaga, cara menjaga ekosistem, hingga membuat kerajinan dari bahan alam. Misalnya, membuat gantungan kunci dari ranting pohon dan akar kopi. Dengan begitu, anak-anak tidak sekadar menikmati keindahan alam, mereka pun memperoleh pengetahuan dan buah tangan khas Campaga.
# Tracking Hutan Tracking Hutan merupakan wisata edukasi alam. Wisata ini hampir sama dengan Wisata Sekolah Rimba, bedanya terletak pada sasaran usia wisatawan. Treacing hutan menyasar wisatawan usia dewasa untuk eksplorasi berbagai destinasi wisata di Kelurahan Campaga. Wisatawan akan berkeliling Hutan Desa Campaga di damping oleh Pokdarwis selaku pengelola. Mereka diperkenalkan flora dan fauna, mata air, serta berbagai tempat selama di dalam hutan. Wisatawan pun akan berkunjung ke Galeri Souvenir yang terdapat berbagai kerajinan dan makanan dari hasil Hutan Campaga.
# Klinik Anggrek Meli Klinik Anggrek Meli merupakan agrowisata tanaman anggrek. Berbagai anggrek dibudidayakan di sini. Sebagian besar anggrek yang dikembangbiakkan berasal dari Hutan Campaga. Anggrek khas Campaga menjadi daya tarik klinik ini, seperti matuyo laki atau anggrek merpati putih, bunga matuyo atau anggrek bulan, anggrek ekor tupai, anggrek macan, anggrek pandan, anggrek tirai, dan lain-lain. Di tempat ini, wisatawan tidak hanya sekadar menikmati keindahan anggrek, mereka juga dapat melakukan perawatan, pembelian hingga studi anggrek.
# Pembibitan KPTHC Pembibitan KPTHC merupakan agrowisata dari Komunitas Petani Tepian Hutan Campaga (KPTHC). Komunitas ini menyediakan pelatihan bagi wisatawan yang ingin belajar tentang pertanian dan perkebunan. Mereka akan berwisata sambil belajar mempersiapkan, menanam, dan memanen hasil tanaman, serta membuat kompos. Dominan tanaman di sini, seperti kakao, durian, dan pala. Awalnnya komunitas ini berangkat dari ''agroforestri'' atau kebun campur. Dinamakan kebun campur sebab dalam satu kebun ditanami berbagai tanaman yang berjumlah sekitar dua puluh jenis tanaman.
# Manyu-Manyu ''River Tubing'' Manyu-Manyu merupakan destinasi wisata buatan yang memiliki konsep ''fun tubing''. Lokasinya berada di depan Sekretariat Pokdarwis. Wahana air ini merupakan pemanfaatan lintasan irigasi masyarakat sehingga perlu menjadi perhatian untuk menjaga kebersihan air. Airnya bersumber dari campuran Mata Air Tomboloa, Batulang, dan Kijang. Wisatawan akan menyusuri panorama hutan dengan ban yang bergerak di aliran irigasi. Panjang lintasan wahana ini kurang lebih 580 meter.
# Ertob (Erena Boakan Tomboloa) Ertob merupakan wisata buatan berupa kolam renang. Permandian ini memiliki ciri khas dengan air kolam yang jernih dan tanpa campuran kaporit. Bersumber dari mata air Tomboloa, wisatawan akan disuguhkan bentang hutan Campaga di sekeliling kolam. Wisatawan pun dapat membeli makanan atau minuman, serta menginap di sini.
# Erbol (Ere Borong Lompoa) Erbol merupakan wisata kolam renang yang memiliki wahana cukup lengkap. Wahana seluncuran, ember raksasa, serta perahu bebek menjadi daya tarik di kawasan Erbol. Fasilitas yang tersedia mulai dari kolam renang dewasa, kolam anak, kamar mandi umum, gazebo, warung, villa, dan musala.
== Referensi ==
|