Ace Hasan Syadzily: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Merubah yang tidak semestinya dan yang tidak patut, informasi ini menjerumuskan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
|||
Baris 99:
7. Saya menjawab, mungkin perlu dipertimbangkan langkah selanjutnya. Oleh karena itu, saya minta kepada pihak terkait, sebaiknya film ini ditarik peredarannya dari bioskop di Indonesia, termasuk juga dari berbagai media penayangan film di Indonesia. "Saya juga mendesak pihak Kominfo untuk turun mengkaji peredaran film ini," ungkap saya.
8. Dari penjelasan kronologi saya di atas, saya tidak melarang film itu untuk ditonton oleh agama tertentu. Kembali lagi saya ulangi pernyataan saya, jika peredaran film ini hanya ditujukan pada kalangan terbatas seperti [https://www.hariansib.com/Headlines/257810/waka-komisi-viii-dpr-ri---hak-ibadah-dijamin-uud/ keyakinan agama tertentu], masih kami pahami." Itulah bahasa yang saya gunakan untuk menegaskan bahwa saya tidak melarang film itu untuk ditonton. Saya tidak memiliki rekam jejak tidak menghargai perbedaan agama orang lain. Saya menjunjung tinggi toleransi. Apalagi partai saya yang saat ini saya mengabdi merupakan partai nasionalis.[https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/40674/t/Ace%20Hasan%20Minta%20Pemerintah%20Pusat%20Tegas%20soal%20Polemik%20Gereja%20Cilegon]
9. Saya memiliki pengalaman yang paling berharga dalam perjalanan politik saya, yaitu pernah menjadi Sekretaris Tim Pemenangan Basuki Tjahaja Purnama, seorang Gubernur beragama Nasrani yang saya nilai memiliki kapasitas untuk menjadi Gubernur DKI Jakarta pada tahun 2016 yang lalu. Walaupun pilihan politik saya itu harus hadapi dengan berbagai kecaman dari sebagian saudara saya yang seiman, bahkan keluarga sendiri. Tapi saya tetap istiqomah bersama Pak Ahok, membelanya di saat beliau menghadapi kasus hukum hingga beliau dipenjara yang beberapa kali saya tengok, dan hingga sekarang menjadi teman yang baik.[https://www.tribunnews.com/nasional/2019/01/24/ace-hasan-syadzily-saya-bahagia-ahok-sudah-bebas#google_vignette]
10. Terus terang, saya merasa miris dengan respon dari para pihak, terutama netizen yang menyerang saya di berbagai media sosial saya, dengan bahasa-bahasa yang kasar dan tak beradab. Bukankah agama kita mengajarkan untuk bertabayun dan meminta klarifikasi terlebih dahulu? Sependek pengetahuan saya, bukankah [https://jurnalsoreang.pikiran-rakyat.com/bandung/pr-1015825105/ace-hasan-pluralitas-agama-tak-bisa-dihindari-tiga-sikap-ini-paling-berbahaya?page=all setiap agama mengajarkan kepada kita untuk mengedepankan kasih], bukan caci maki dengan budi bahasa yang saling menghormati?
11. Pernyataan saya tentang film His Only Son, sekali lagi harus dilihat dalam konteks di mana saya berbicara di depan audiens Guru Agama Islam yang mengajarkan Islam yang justru saya kaitkan dengan [https://news.detik.com/berita/d-5861303/pimpinan-komisi-viii-yang-ucapkan-selamat-natal-jangan-dianggap-murtad/1 sikap menghormati agama lain,] termasuk kita memahami jika film itu ditonton oleh penganut agama yang diyakininya.
12. Saya tidak pernah membalas apapun cacian, hinaan dan makian yang ditujukan kepada saya di media sosial yang saya miliki.
|