Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: halaman dengan galat kutipan |
Reno-Sifana (bicara | kontrib) k Perbaikan Tata Bahasa Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor |
||
Baris 1:
{{Pp-protect|small=yes}}
| name = Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta
| nativename = {{small|{{nobold|{{lang|en|Soekarno–Hatta International Airport}}}}}}
Baris 74 ⟶ 75:
Awalnya Kawasan [[Jonggol]] di [[Jawa Barat]] adalah kandidat lokasi yang paling potensial untuk dipilih, karena pertimbangan dari USAID mengenai pembangunan berkelanjutan dan berbasis masa depan di wilayah ''Greater Jakarta'' (Jakarta Raya). Pembangunan bandara internasional di Kawasan Jonggol dianggap sebagai upaya perluasan cakupan Metropolitan Jakarta Raya ke arah tenggara yang dapat mengantisipasi penumpukan penduduk di masa depan. Selain itu, letak Jonggol juga dianggap strategis meski saat itu wilayah tersebut belum tersentuh pembangunan yang memadai. Lokasi yang telah disurvei ialah sekitar Desa Ci Kahuripan/Mampir hingga Singajaya yang memiliki Ketersediaan lahan yang sangat luas serta sekitarnya yang masih jarang penduduk, dengan topografi datar yang berada ketinggian 200 hingga 230 [[m]] [[dpl]]. Namun, atas berbagai pertimbangan Jonggol tidak jadi dipilih sebagai lokasi bandara baru dengan alasan utamanya, yaitu perkiraan biaya membangun jaringan transportasi dari/ke Jonggol akan terlalu besar.<ref name="annual"/><ref name="profil">{{Cite web|url=https://nkriku.com/2022/04/hari-ini-37-tahun-lalu-bandara-soekarno-hatta-dibuka-sentuhan-arsitek-prancis.html|title=Hari ini 37 tahun lalu Bandara Soekarno Hatta-Dibuka Sentuhan Arsitek Prancis|publisher=nkri.com|language=id|access-date=4 Juni 2023}}</ref>
Pada akhirnya pilihan jatuh ke Wilayah dekat Muara Kali Dadap, Cengkareng yang saat itu, tahun 1970-an, sekitar 20 persen wilayahnya masuk [[DKI Jakarta]] dan 80 persen masuk wilayah [[Kabupaten Tangerang]], [[Jawa Barat]]. Namun, pilihan terhadap Cengkareng juga tidaklah mulus. Banyak penolakan dari masyarakat, terutama dari pemerhati lingkungan. Alasannya, lokasi bakal bandara tersebut sangat dekat dengan Cagar Alam [[Pulau Rambut]], [[Pulau Bokor]], dan [[Pulau Dua]]. Ketiga pulau tersebut merupakan habitat dari sekitar 30 jenis burung, termasuk burung khas, yakni burung ibis roko-roko (''Plegadis falcinellus'') dan pelatuk (''Picus''). Bahkan ribuan burung dari [[Madagaskar]] setiap tahun pada bulan-bulan tertentu bermigrasi menuju [[Australia]]. Meski mendapat penolakan, pembangunan bandara di sekitar Muara Kali Dadap, Cengkareng berjalan terus.<ref name="annual"/><ref name="profil">{{Cite web|url=https://www.kompas.id/baca/arsip/2018/12/10/dilema-pembangunan-bandara|title=Dilema Pembangunan Bandara|publisher=Kompas.id|language=id|access-date=4 Juni 2023}}</ref>
Antara 1974–1975, sebuah konsorsium konsultan [[Kanada]] mencakup Aviation Planning Services Ltd., ACRESS International Ltd., dan Searle Wilbee Rowland (SWR), memenangi tender untuk proyek bandara baru. Pembelajaran dimulai pada [[20 Februari]] [[1974]] dengan total biaya 1 juta [[Dolar Kanada]]. Proyek 1 tahun tersebut disetujui oleh mitra dari Indonesia yang diwakili oleh PT Konavi. Pada akhir [[Maret]] [[1975]], pembelajaran ini menyetujui rencana pembangunan 3 landasan pacu, jalan aspal, 3 bangunan terminal internasional, 3 terminal domestik, dan 1 terminal [[Haji]]. Terminal domestik bertingkat 3 dibangun antara 1975–1981 dengan biaya US$465 juta dan sebuah terminal domestik termasuk apron dari 1982–1985 dengan biaya US$126 juta. Sebuah proyek terminal baru, diberi nama ''Jakarta International Airport Cengkareng'' (kode: JIA-C), dimulai.
Baris 209 ⟶ 210:
Ada tiga bangunan terminal utama; Terminal 1, Terminal 2 dan Terminal 3. Bandara ini juga memiliki terminal kargo khusus untuk kargo domestik dan internasional.
Setelah renovasi dan perluasan Terminal 3, kapasitas Soekarno-Hatta saat ini adalah 51 juta, tetapi bandara ini melayani 54 juta penumpang pada tahun 2015, menjadikannya bandara tersibuk ke-18 di dunia, dan bandara tersibuk di belahan bumi selatan
Terminal 1 dan Terminal 2 saat ini sedang dalam renovasi. Pekerjaan renovasi ditargetkan selesai pada 2021. Proyek revitalisasi diharapkan dapat melipatgandakan jumlah penumpang kedua terminal hingga 36 juta setahun. Terminal 1 melayani maskapai penerbangan berbiaya rendah domestik
{| class="wikitable"
Baris 319 ⟶ 320:
Pada tahun 2018, dermaga barat terminal (Pier 1) diperpanjang. 8 garbarata baru ditambahkan, dengan 7 melayani pesawat berbadan lebar dan 1 melayani pesawat berbadan sempit.
Terminal 3 dilengkapi dengan BHS level 5 untuk mendeteksi bom, ''Airport Security System (ASS)'' yang dapat mengontrol hingga 600 CCTV untuk mendeteksi wajah yang tersedia di security register, ''Intelligence Building Management System (IBMS)'' yang dapat mengontrol penggunaan air dan listrik (eco-green), sistem air hujan untuk menghasilkan air bersih dari hujan, sistem air daur ulang untuk menghasilkan air toilet dari air toilet bekas, dan kontrol teknologi iluminasi untuk menerangi terminal tergantung pada cuaca di sekitar terminal. Terminal 3 akan dapat melayani 60 pesawat dari 40 pesawat saat ini.
Tahap pertama dari terminal 3, yang
Baris 335 ⟶ 336:
[[PT Angkasa Pura II]] akan menghabiskan dana sekitar Rp11.7 triliun (US$ 1.36juta) untuk mengubah Bandara Internasional Soekarno-Hatta menjadi sebuah 'Bandara Berkelas Dunia' yang akan disebut [[Aerotropolis]] pada tahun 2014. Terminal 3 terlebih dahulu yang akan dikembangkan, selanjutnya Terminal 1 dan Terminal 2 akan dikembangkan dan diintegrasikan dengan dinding hijau dan bandara akan memiliki ruang konvensi, pusat perbelanjaan, hotel, taman bermain, fasilitas rekreasi dan area parkir untuk 20.000 kendaraan. Juga akan terintergrasi dengan ''commuter line.''
Untuk mengantisipasi lonjakan jumlah penumpang, pemerintah membangun landasan pacu nomor 3, yang selesai pada tahun 2020. Jika bandara memiliki 3 landasan pacu, maka kapasitas layanan akan meningkat menjadi 623.420 pergerakan per tahun dan akan dapat mengantisipasi pertumbuhan setidaknya sampai dekade 2030-an. Perluasan lahan tersebut akan menggunakan 1.000 hektaree dari 10 desa di [[Teluknaga, Tangerang|Teluk Naga]] dan [[Kosambi, Tangerang|Kosambi]]. Rencana ekspansi telah ditolak oleh Pemkab Tangerang karena penduduk yang tinggal di sekitar bandara tidak akan mampu untuk mendapatkan penghasilan untuk keluarga mereka. Pemerintah daerah menawarkan lokasi lain seperti di [[Balaraja, Tangerang|Balaraja]], tetapi sekretaris perusahaan [[PT Angkasa Pura II]] mengatakan bahwa membangun bandara baru tidak akan menjadi tugas yang mudah, karena membutuhkan kajian yang menyeluruh.
Karena kurangnya ruang untuk membuat landasan pacu ketiga di Bandara Internasional Soekarno-Hatta, pemerintah berencana untuk membangun bandara baru pada 2013 sekitar [[Cikarang]] dan [[Karawang]]. Bandara ini akan diintegrasikan dengan sebuah pelabuhan internasional yang sedang direncanakan, yaitu [[Pelabuhan Internasional Cilamaya]] di [[Cilamaya Wetan, Karawang]]. Studi kelayakan masih berjalan dan akan selesai pada akhir 2011 atau awal 2012. Pembangunan bandara internasional baru di sekitar Cikarang dan Karawang akan dilakukan mulai tahun 2015 sebagai solusi jangka panjang untuk meningkatkan kapasitas penumpang dan pergerakan pesawat di Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta, sehingga Jabodetabek memiliki 2 bandara internasional.
Baris 528 ⟶ 529:
== Lounge ==
Ada lima ruang tunggu bandara di area keberangkatan. Lounge [[Jasa Angkasa Semesta]] (JAS) tersedia untuk penumpang kelas satu dan bisnis [[Cathay Pacific]]
== Transportasi dari dan ke Bandara ==
|