Kabupaten Bojonegoro: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Menambah referensi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Menambah referensi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 69:
 
== Sejarah ==
Bojonegoro semula bernama Tlatah Jipang. Wilayahnya meliputi Bojonegoro saat ini, bagian selatan Blora, dan bagian selatan Tuban. Teritorial Tlatah Jipang dialiri sungai Bengawan Solo dan dipagari Bukit Kendeng Utara. Tlatah Jipang sudah ada sejak era Kerajaan Singashari. Ini tercatat empiris dalam Prasasti Maribong (1248 M) yang dikeluarkan Raja Wisnuwardhana dari Kerajaan Singashari.
 
Dalam Prasasti Maribong (1248 M), disebutkan bahwa wilayah bernama Maribong (sekarang Dusun Merbong, Desa Payaman, Bojonegoro), yang merupakan bagian dari Tlatah Jipang, dijadikan tanah perdikan khusus peribadatan Para Brahmana. Anugerah ini karena Para Brahmana Jipang punya jasa besar bagi Raja Ken Arok (pendiri Singashari).
 
Jasa besar para Brahmana Jipang bagi Raja Ken Arok adalah, membantu menyatukan kembali Pulau Jawa, setelah sebelumnya terpisah menjadi dua, Jenggala (Peradaban Pesisir) dan Panjalu (Peradaban Pegunungan). Berkat penyatuan Pulau Jawa yang dilakukan Para Brahmana Jipang itulah, Kemaharajaan Singashari bisa berdiri. Ini menjadi dasar Raja Wisnuwardhana menjadikan Jipang sebagai Tanah Para Brahmana.
 
Bojonegoro (Jipang) merupakan wilayah istimewa. Wilayah di Nusantara yang kedigdayaan dan kebesarannya dicatat prasasti secara urut dan jelas. Ada sebanyak 6 prasasti yang membahas dan menyebut kebesaran dan kedigdayaan Jipang (Bojonegoro) sebagai negeri besar yang dihormati Para Raja. Di antaranya adalah:
 
1. Prasasti Pucangan (1041 M), dirilis zaman [[Airlangga|Raja Airlangga]] Medang Kahuripan.
 
2. Prasasti Maribong (1246 M), dirilis zaman [[Wisnuwardhana|Raja Wisnuwardhana]] Singasari
 
3. Prasasti Adan-adan (1301 M), dirilis zaman [[Raden Wijaya]], Raja pertama Majapahit.
 
4. Prasasti Canggu (1358 M), dirilis zaman [[Hayam Wuruk|Raja Hayam Wuruk]], penguasa Terbesar Majapahit.
 
5. Prasasti Sekar (1365 M), dirilis zaman [[Hayam Wuruk|Raja Hayam Wuruk]], penguasa Terbesar Majapahit.
 
6. Prasasti Pamintihan (1473 M), dirilis zaman Raja Suraprabhawa (Bhre Pandansalas) [[Majapahit]].
 
Pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk, Jipang juga menjadi vasal istimewa, penghubung pesisir dan pegunungan. Sesuai ''Prasasti Canggu'' (1358 M), penguasa terbesar Majapahit itu memberi banyak titik Naditira Pradeca (pelabuhan sungai) di sepanjang Tlatah Jipang. Seperti dicatat J. Noorduyn dalam ''Further Topographical Notes on the Ferry Charter of 1358,'' ada sebanyak 18 titik pelabuhan Naditira Pradeca di sepanjang Tlatah Jipang.