Kerajaan Inderapura: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Muhamri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Muhamri (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 95:
Pada tahun yang sama seorang pimpinan kompeni dibunuh di Aceh, dan ini dianggap sebagai kesempatan bagi Belanda dan Inggris untuk menekan Aceh memberikan izin berdagang di pantai barat Sumatera diperpanjang. Akan tetapi Aceh yang pada waktu itu berada di puncak kejayaan setelah mendapatkan kemenangan atas Pahang dan Malaka <ref>{{Cite news|last=Lestari Ningsih|first=Widya|date=2021-09-22|title=Mengapa Aceh Menyerang Portugis di Malaka?|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/07/10/170000069/perlawanan-aceh-terhadap-bangsa-barat|work=Kompas.com|access-date=2024-09-10}}</ref> serta Kedah, Patani dan Perak berhasil diduduki oleh armada laut Aceh dan kekuasaan dipantai timur Sumatera semakin kuat. Hal ini membuat Belanda dan Inggris pada tahun 1621 terpaksa memuat kapalnya di Aceh dengan harga yang ditentukan oleh Pemerintahan Kerajaan Aceh.
 
Kerja sama Belanda dan Inggris pun usai pada tahun 1623 setelah terjadinya pembantaian bangsa Inggris di Ambon seperti yang dijelaskan sebelumnya terjadi. Pada tahun 1641 Belanda berhasil merebut Malaka dari tangan Postugis, tak salam setelah Sultan Iskandar Muda wafat, dan hal ini dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh VOC tapi hal ini tidak didukung pula oleh pemerintahan Belanda di Eropa karena perkembangan politik di sana. Pada saat VOC berhasil di Sumatera terjadi kekacauan politik di Eropa yang menyudutkan Belanda sebagai akibat dari Pembantaian Bangsa Inggris di Ambon yang membuat pers Eropa tak henti-henti menyerang Belanda dan parlemen Inggris ribut. Terjadi beberapa kali serangan terhadap Belanda atas peristiwa yang terjadi di Ambon, beberapa serangan terhadap Belanda terjadi di tahun 1652 dan tahun 1665 yang dilatar belakangi oleh dendam orang Inggris.
Kerja sama Belanda dan Inggris pun usai pada tahun 1623 setelah terjadinya pembantaian bangsa Inggris di Ambon seperti yang dijelaskan sebelumnya terjadi.
 
Sewaktu pertikaian mulai dilupakan terjadi pula pertikaian dengan Prancis, dimana Raja [[Louis XIV dari Prancis|Louis XIV]] menikah dengan putri Spanyol dan dengan demikian menganggap ia berhak atas daerah Nederlanden bagian selatan. Atas peristiwa tersebut, Belanda harus mencari dukungan dari negara lain di Eropa agar kedudukan negaranya tetap terjaga, dan Belanda pun mendekati Inggris dan Swedia, dan karena persekutian inilah Belanda harus menahan pergerakannya di daerah jajahan untuk tidak berkonfrontasi langsung dengan Inggris yang membela Belanda.<ref name=":0" />
 
Kondisi politik di Eropa ini pula dimanfaatkan oleh Inggris untuk kembali membangun kantor-kantor dagang di wilayah Sumatera yang dikuasai oleh Belanda seperti di Inderapura, Airhaji, dan di Batangkapeh. Inggris kemudian tetap merencanakan pertahanan di tempat-tempat lain di Pantai Barat tanpa menghiraukan protes VOC, namun Inggris yang sudah mendapatkan surat perjanjian dengan raja-raja kecil termasuk Inderapura yaitu Raja Adil dan Raja Ibrahim, EIC menganggap ia berhak menduduki Bengkulu, Inderapura, Manjuto, Batangkapeh dan seluruh daerah Bandar X.
 
Kemudian atas muslihat Belanda, para pemimpin pribumi yang pro Belanda diperintahkan untuk menyerang pertahanan Inggris yang
 
== Wilayah kekuasaan ==