Revolusi Nasional Indonesia: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 228:
Pada 17 Februari 2022, sejarahwan Belanda merilis penelitian yang berjudul ''Kemerdekaan, Dekolonisasi, Kekerasan dan Perang di Indonesia, 1945-1950.'' Penelitian ini diikuti oleh ahli sejarahwan dari 3 institusi: [[Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde]] (KITLV), Institusi Belanda untuk Sejarah Militer (NIMH) dan [[Institut NIOD untuk Pembelajaran Perang, Holokaus dan Genosida]].<ref>{{cite web|date=19 January 2022|title=Presentation results research 'Independence, Decolonization, Violence and War in Indonesia, 1945–1950'|url=https://www.kitlv.nl/presentation-results-research-independence-decolonization-violence-and-war-in-indonesia-1945-1950/|website=kitlv.nl|access-date=2023-02-14}}</ref><ref>{{cite web|title=Onafhankelijkheid, Dekolonisatie, Geweld en Oorlog in Indonesië 1945–1950|url=https://www.aup.nl/en/series/onafhankelijkheid-dekolonisatie-geweld-en-oorlog-in-indonesie-1945-1950|publisher=[[Amsterdam University Press]]|access-date=2023-02-14}}</ref> Penelitian ini juga dibantu oleh 17 sejarahwan Indonesia dari [[Universitas Gadjah Mada]].<ref>{{Cite web|date=2022-05-24|title=Parlemen Belanda Gelar Debat Kekerasan Era Perang Kemerdekaan Indonesia|url=https://historia.id/politik/articles/parlemen-belanda-gelar-debat-kekerasan-era-perang-kemerdekaan-indonesia-6mJe9/page/1|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2024-09-24}}</ref> Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa Belanda telah menggunakan kekerasan yang sistematis dan berlebihan selama perang. Menurut tinjauan tersebut, "Penggunaan kekerasan ekstrem oleh angkatan bersenjata Belanda tidak hanya meluas, tetapi juga sering disengaja" dan "diizinkan di setiap level: politik, militer, dan hukum." Pada hari yang sama setelah penelitian itu dirilis, Perdana Menteri Belanda [[Mark Rutte]] menyatakan permintaan maaf atas kekerasan ekstrim yang dilakukan oleh [[Angkatan Bersenjata Belanda]] secara sistematis dan tersebar luas dan kegagalan pemerintahan Belanda dalam mengakuinya.<ref name="dw2" /><ref>{{Cite news|last=Boffey|first=Daniel|date=2022-02-17|title=Dutch PM apologises for state’s role in abuses in 1940s Indonesian war|url=https://www.theguardian.com/world/2022/feb/17/dutch-state-condoned-extreme-violence-in-indonesian-war-inquiry-concludes|newspaper=The Guardian|language=en-GB|issn=0261-3077|access-date=2024-09-24}}</ref>
Meskipun telah meminta maaf, pemerintah Belanda masih belum mengakui sepenuhnya bahwa beberapa peristiwa seperti [[Pembantaian Westerling]] adalah kejahatan perang. Pada tahun 1969, setelah wawancara fantastis oleh seorang veteran Belanda yang aktif di Indonesia, pemerintah Belanda menyatakan bahwa walaupun ada tindakan kekerasan yang berlebihan, seluruh pasukan Belanda secara keseluruhan mematuhi kaidah perang dan pernyataan ini tidak pernah direvisi.<ref>{{Cite web|last=Christiaens|first=Tom|date=2022-02-17|title=Netherlands Guilty of ‘Systematic Extreme Violence’ in Indonesia|url=https://www.the-low-countries.com/article/dutch-army-guilty-of-systematic-extreme-violence-in-indonesia/|website=the low countries|access-date=2024-09-24}}</ref>
== Catatan kaki ==
|