Gajah kalimantan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tyohawk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tyohawk (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 38:
'''Penyebaran'''
 
Penyebaran Gajah Kalimantan berada di bagian utara dan timur laut Kalimantan. Pada tahun 1980-an, terdapat dua populasi yang berbeda: satu hidup di Sabah, dengan jangkauan di Cagar Alam Satwa Liar Tabin dan hutan dipterokarpa yang sebagian besar sudah ditebang<ref>{{Cite journal|last=Medway, L.|first=Medway|date=1977|title=Mammals of Borneo: Field keys and an annotated checklist.|journal=Monographs of the Malaysian Branch of the R.A.S. Kuala Lumpur, Malaysia: Royal Asiatic Society}}</ref>;
 
Populasi lainnya menghuni wilayah pedalaman berbukit pada ketinggian sekitar 300 hingga 1.500 m di hutan dipterokarpa, yang pada saat itu sebagian besar masih belum terganggu dan hanya ditebang di pinggirannya. Populasi, mereka terbatas pada area kecil yang berdekatan di bagian hulu Sungai Sembakung di timur.<ref name=":2">{{Cite journal|last=Ambu, L.N.; Andua. P.M.; Nathan, S.; Tuuga, A.; Jensen, S.M.; Cox, R.; Alfred, R.; Payne, J.|first=Ambu, L.N.; Andua. P.M.; Nathan, S.; Tuuga, A.; Jensen, S.M.; Cox, R.; Alfred, R.; Payne, J. "|date=2002|title=ASIAN ELEPHANT ACTION PLAN SABAH (MALAYSIA)|url=https://web.archive.org/web/20110722233030/http://www.wildlife.sabah.gov.my/Last%20ed%20of%20Elephant%20strategy.pdf|journal=https://web.archive.org/web/20110722233030/http://www.wildlife.sabah.gov.my/Last%20ed%20of%20Elephant%20strategy.pdf}}</ref>
 
Populasi gajah liar di Sabah dan Kalimantan tampaknya berkembang sangat sedikit dalam 100 tahun terakhir, meskipun terdapat akses ke habitat yang sesuai di tempat lain di Kalimantan. Sayangnya tanah Kalimantan tidak subur, serta ada spekulasi bahwa distribusi gajah liar di pulau ini mungkin dibatasi oleh ketersediaan sumber mineral alami.<ref name=":2" />
 
Pada tahun 1992, perkiraan populasi gajah di Sabah berkisar antara 500 hingga 2.000 individu, berdasarkan survei yang dilakukan di Cagar Alam Satwa Liar Tabin, di Distrik Kinabatangan Hilir, dan di Hutan Lindung Deramakot. Sensus populasi gajah dilakukan di Sabah antara Juli 2007 dan Desember 2008 dengan menghitung tumpukan kotoran sepanjang 216 jalur transek di lima wilayah utama pengelolaan gajah, yang meliputi jarak total 186,12 km.
Baris 66:
Perkembangan manusia yang meluas mengganggu jalur migrasi mereka, menghabiskan sumber makanan mereka, dan menghancurkan habitat mereka.
 
Ancaman lainnya adalah kurangnya penghijauan atau minimnya pohon akibat penebangan hutan. Gajah Borneo membutuhkan 100–225 liter air per hari, dan jika air sulit ditemukan karena kondisi iklim atau pengurangan sumber daya air mereka, satu-satunya pilihan mereka adalah bermigrasi ke tempat mereka dapat menemukan sumber air tersebut untuk bertahan hidup.<ref>{{Cite journal|last=Alfred, R., Ahmad, A. H., Payne, J., Williams, C., Ambu, L. N., How, P. M., & Goossens, B.|first=Alfred, R., Ahmad, A. H., Payne, J., Williams, C., Ambu, L. N., How, P. M., & Goossens, B.|date=2012|title=Home range and ranging behaviour of Bornean elephant (Elephas maximus borneensis) females.|journal=PLOS ONE, 7(2), e31400–e31400}}</ref>
 
Per April 2012, diperkirakan sekitar 20–80 gajah berkeliaran di dekat 22 desa di kecamatan Sebuku, Nunukan, Kalimantan Utara.
Baris 76:
Elephas maximus terdaftar dalam Apendiks I CITES<ref name=":0" />. Keunikan genetik gajah Borneo menjadikan mereka salah satu populasi prioritas tertinggi untuk konservasi gajah Asia.
 
Di Malaysia, gajah Borneo dilindungi di bawah Jadwal II Enakmen Konservasi Satwa Liar. Siapa pun yang terbukti bersalah berburu gajah dapat dikenakan denda RM 50.000 atau penjara lima tahun atau keduanya.
 
Kebun Binatang Oregon di Portland memiliki satu-satunya gajah Borneo di Amerika Serikat, seekor betina yang diselamatkan bernama Chendra. Dia ditemukan berkeliaran sendirian di dekat perkebunan kelapa sawit dengan luka di kaki depan dan mata kirinya akibat tembakan, yang akhirnya membuatnya buta pada mata tersebut. Pejabat satwa liar Malaysia mencarikannya tempat tinggal, dan dia dibawa ke Kebun Binatang Oregon pada 20 November 1999.
 
Pada tahun 2016, seekor gajah Borneo yang diselamatkan di kebun binatang Jepang tertular tuberkulosis. Meski gajah itu kemudian sembuh, para konservasionis masih tidak tahu bagaimana gajah itu bisa terinfeksi. Penelitian mengenai hal ini masih berlangsung.