A Christmas Carol: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
Tinggalan: memperbaiki beberapa titik koma
Baris 136:
Pada awal abad ke-19, di Inggris, perayaan Natal dikaitkan dengan pedesaan dan petani yang bersuka cita dan tidak terjadi urbanisasi dan industrialisasi yang terjadi sebagaimana tempat lainnya. Paul menganggap bahwa dalam ''A Christmas Carol'', Charles menunjukkan bahwa Natal dapat dirayakan baik di kota besar maupun kecil, meskipun pemodernan semakin memuncak.{{sfn|Davis|1990a|p=13}} Peringatan Natal yang modern sebagian besar merupakan hasil dari berseminya kembali liburan ala pertengahan zaman Victoria. [[Gerakan Oxford]] tahun 1830-an dan 1840-an telah menghasilkan kebangkitan ritual tradisional dan perayaan keagamaan yang terkait dengan [[Christmastide]] dan, bersama dengan ''A Christmas Carol'', Charles menciptakan ''[[zeitgeist]]'' sembari merefleksikan dan memperkuat pandangannya tentang Natal.{{sfn|Rowell|1993}}{{sfn|Hutton|1996|p=113}}{{sfn|Kelly|2003|p=9}}
 
Charles mendorongmengadvokasi fokus kemanusiaan dari liburan,{{sfn|Forbes|2008|p=62}} yang memengaruhi beberapa aspek dari Natal yang masih dirayakan dalam budaya Barat, seperti silaturahim antarkeluarga, makanan dan minuman musiman, menari, dan permainan.<!--, dan a festive generosity ofkemeriahan spirit-->kedermawanan{{sfn|Kelly|2003|pp=9, 12}}{{refn|Salah satu contohnya adalah pengenalan kalkun sebagai daging utama dalam makanan Natal. Di Inggris, tradisi Natal adalah menyantap angsa panggang, tetapi perubahan dari angsa ke kalkun terjadi setelah sebuah buku diterbitkan. Pada 1868, [[Isabella Beaton|Puan Beaton]] dalam buku karyanya berjudul ''[[Mrs Beeton's Book of Household Management|Book of Household Management]]'' menganjurkan pembacanya bahwa makan malam Natal, dengan kelas menengah kekaisaran, hampir tidak akan menjadi makan malam Natal tanpa kalkunnya.{{sfn|Standiford|2008|p=183}}|group=n}} Sejarawan [[Ronald Hutton]] menulis bahwa Charles mengaitkan ibadahpemujaan dan kenduripersantapan dalam konteks [[wikt:rujuk|rujuk]]rekonsialisasi sosial.{{sfn|Hutton|1996|p=113}}
 
Novelis [[William Dean Howells]] yang menganalisis beberapa cerita Natal karya Charles termasuk ''A Christmas Carol'' menganggap bahwa pada 1891, rasa kesedihan yang muncul tampak salahpalsu dan tegangterpaksa, humor dalam novela ini sebagian besar merupakan permainan kasar, karakter teater, riangkegembiraan yang dipompa, psikologi biasasehari-hari, sosiologi yang melucusecara sosiologis sendirianlucu.{{sfn|Howells|1910|pp=276–277}}{{sfn|Davis|1990a|p=98}} Penulis [[James Joyce]] menganggap bahwa Dickens mengambil pendekatan kekanak-kanakan dengan A Christmas Carol, untuk menghasilkan kesenjangan antara optimisme naif dari cerita itu, dan kenyataan hidup pada saat itu.{{sfn|Davis|1990a|p=98}}
 
[[Berkas:Dickens - Christmas Carol editions - 2020-01-03 - Andy Mabbett - 04.jpg|jmpl|Beberapa edisi dari ''A Christmas Carol'']]
 
Profesor sastra Inggris Ruth Glancy menyatakan bahwa dampak terbesar dari ''A Christmas Carol'' adalah pengaruh yang dirasakan oleh masing-masing pembaca.{{sfn|Glancy|1985|p=xii}} Pada awal 1844, ''[[The Gentleman's magazine]]'' mengaitkan peningkatan sumbangan amal di Inggris dengan novela ini.{{sfn|Harrison|2008|p=28}} Pada 1874, [[Robert Louis Stevenson]] bersumpah untuk memberi kepada mereka yang membutuhkan dengan murah hati selepas membaca cerita-cerita Natal karya Charles,{{sfn|Deacy|2016|p=44}} sementara Thomas Carlyle mengungkapkan keramahan yang luar biasa dengan menjadi tuan rumah dari dua makan malam setelah membaca novela ini.{{sfn|Slater|2003|p=xx}} Pada 1867, seorang pengusaha Amerika Serikat sangat tersentuh dengan menghadiri pertunjukan pembacaan cerita ini sehingga menutup pabriknya pada Haru Natal dan mengirim daging kalkun kepada setiap karyawan.{{sfn|Douglas-Fairhurst|2006|p=xx}} Pada tahun-tahun awal abad ke-20, [[Maud dari Wales]] ([[Daftar Raja Norwegia|Ratu Norwegia]]) menghantar hadiah kepada anak-anak lumpuh di London yang bertandatangankan "With Tiny Tim's Love" ["Dengan Kasih Tiny Tim"].{{sfn|Glancy|1985|p=xiii}} Di novela karyanya, penulis [[G. K. Chesterton]] menulis: "Keindahan dan berkah dari cerita ini ... terletak di tungku besar kebahagiaan nyata yang bersinar melalui Ebenezer dan segala sesuatu di sekitarnya. ... Apakah pandangan Natal akan atau tidak akan mengubah Ebenezer, mereka membuat kita bertobat."{{sfn|Chesterton|1989|p=137}}
 
Menganalisis perubahan yang dilakukan terhadap adaptasi dari masa ke masa, Paul melihat perubahan pada fokus cerita dan tokohnya untuk mencerminkan pemikiran arus utama dari zaman tersebut. Para pembaca novela ini dari zaman Victoria akan menganggap cerita ini sebagai perumpamaan spiritual yang bersifat duniawi. Pada awal ke-20, cerita ini menjadi cerita anak-anak dan dibaca oleh orang tua yang ingat saat orang tua mereka membacakan cerita itu kepada mereka ketika masih muda. Pada masa-masa menjelang [[Depresi Hebat]] dan masa-masa berlangsungnya Depresi Hebat, Paul mengidentifikasi bahwa sementara beberapa orang melihat cerita ini sebagai kecaman terhadap kapitalisme, kebanyakan orang membacanya sebagai cara untuk melarikan diri dari kenyataan ekonomi yang menindas.{{sfn|Davis|1990a|pp=13–14}} Versi adaptasi film tahun 1930-an berbeda di Inggris dan Amerika Serikat. Film buatan Inggris menunjukkan penuturan cerita ini secara tradisional, sementara film buatan Amerika Serikat menampilkan Bob dalam peran yang lebih utama, melepaskan diri dari depresi yang disebabkan oleh para bankir Eropa, dan merayakan apa yang disebut Paul sebagai "Natal bagi rakyat biasa".{{sfn|Davis|1990a|p=14}} Pada 1960-an, Ebenezer kadang kala digambarkan sebagai sosok yang sangat [[Sigmund Freud|Freud]] yang bergulat dengan masa lalunya. Pada 1980-an, ia kembali berada di dunia depresi dan ketidakpastian ekonomi.{{sfn|Davis|1990a|p=14}}
 
== Catatan ==