Berdasarkan klasifikasi tanah menurut USDA, Kabupaten Kaur didominasi oleh ordo tanah inseptisol/ultisol 42,20%, inseptisol 39,06%, ultisol/inseptisol 9,07%, inseptisol/entisol 5,34%, entisol/inseptisol 3,78% entisol 0,34 % dan inseptisol/histosol 0,20%. Tanah inseptisol/ultisol merupakan tanah dengan tekstur halus sehingga mudah mengalami erosi jika terjadi hujan. Erosi semakin besar dapat menurunkan produktivitas lahan karena unsur hara top soil larut oleh limpasan permukaan.
=== Penduduk ===
Secara tradisional, masyarakat Bengkulu terbentuk dalam territorialized kinship-based communfties (komunitaskomunitas yang berwilayah berdasarkan kekerabatan). Komunitas yang bercirikan seperti ini pada umumnya merupakan konfederasi dari marga-marga ataupun sukusuku.7 Wilayah-wilayah komunitas di Bengkulu pada umumnya juga menggunakan istilah kerajaan sebagai suatu kesatuan masyarakat yang memiliki adat-istiadat tersendiri. 8 Beberapa komunitas yang menggunakan kerajaan antara lain adalah Sungai Lemau, Sungai Hitam, Silebar, dan Mukomuko, 9 termasuk daerah Kabupaten Kaur sekitarnya.
Sementara itu penduduk Kaur terdiri dari berbagai suku yang berasal dari dataran tinggi yang membentang sepanjang pulau Sumatera yaitu Perbukitan Barisan, mereka itu adalah Orang Rejang dan Orang Pasemah (Palembang), Orang Lampung, dan Orang Minangkabau. Orang Minangkabau masuk melalui lndrapura terus melewati Muko muko dengan menelusuri pesisir Barat pulau Sumatera hingga ke daerah Kaur (Bengkulu). Setelah di daerah ini terjadi asimilasi (bercampur) dengan kelompok-kelompok lain yang berasal dari etnis yang berbeda. Asimilasi itu juga menyebabkan terjadinya akulturasi berbagai latarbelakang budaya, sehingga membentuk suatu identitas baru yaitu Orang Kaur. Misalnya di Marga Muara Nasal (Kaur) sebagian penduduknya berasal dari Minangkabau. Menurut cerita rakyat, daerah pesisir pantai ini mulanya dihuni oleh suku Buai Harung (Haji Harung) dari landschap Haji (Karesidenan Palembang). Sejak sekitar abad ke-18, mereka mendirikan kolonisasi pertama di Muara Sungai Sambat yang selanjutnya berkembang sampai ke Muara Nasal. Akan tetapi, pada saat daerah itu diambil alih oleh orang-orang dari Pagaruyung yang masuk melalui lndrapura, sebagian dari mereka terdesak ke Lampung. Mereka bercampur dengan penduduk setempat. sehingga dikenal sebagai orang Abung. Sedangkan suku Buai Harung yang masih tetap tinggal di Muara Nasal bercampur dengan orang Minangkabau yang kemudian juga dikenal sebagai orang Kaur. Selain terjadi percampuran (asimilasi) dengan orang Minangkabau, penduduk yang bermukim di Kaur juga merupakan percampuran antara orang dari sekitar Bengkulu dengan Orang Pasemah. Misalnya di dusun Muara Kinal (Marga Semidang), keberadaan penduduk dimulai dengan berdirinya pemukiman orang-orang disekitar Bengkulu. Pemukiman ini bergabung dengan pemukiman Orang Gumai yang berasal dari Pasemah Lebar dan menjadi satu marga,. yaitu marga Semidang Gumai. Pergerakan penduduk dari daerah sekitar menuju Bengkulu terus terjadi sampai abad ke-19, yaitu percampuran Orang Pasemah dan Orang Kaur yang dimulai dari kedatangan Orang Pasemah hingga mendirikan pemukiman di hulu Sungai Air Tetap (Marga Ulu Tetap). Selanjutnya, mereka bergabung dengan Orang Kaur yang bermukim di Marga Muara Tetap, dan gabungan dua marga ini menjadi Marga Tetap. Disamping itu penduduk Kaur juga orang-orang yang berasal dari daerah Semendo Darat dari Dataran Tinggi Palembang (Marga-marga Sindang Danau, Sungai Aro, dan Muara Sahung). Mereka bertempat di Muara Nasal, sekitar 15 kilometer ke arah mudik dari Sungai Nasal, dan bemama Marga Ulu Nasal. Penduduk Marga Ulu Nasal terbentuk dari campuran orang-orang dari daerah Semendo Darat dan Mekakau (Palembang). Kemudian di daerah Manna terdapat Orang Serawai, yang menurut legenda berasal dari Pasemah Lebar (Pagar Alam). Mereka berpindah dan bermukim di dusun Hulu Alas, Hulu Manna, Padang Guci, dan Ulu Klnal.
== Pemerintahan ==
|