Salahuddin Ayyubi di Mesir: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 10:
=== Sosial ===
Doktrin resmi negara Fathimiyah adalah [[Ismailiyah|Isma'ilisme]], sekte [[Syiah|Islam Syiah]] yang dianut oleh Fathimiyah.{{sfn|Canard|1965|p=859}} Menurut kepercayaan Ismailiyah, khalifah juga merupakan imam, [[ahlul bait|pewaris]] [[Muhammad|Nabi Muhammad]] yang dipilih dan dibimbing secara ilahi, dalam suksesi langsung dan tak terputus melalui [[Ali bin Abi Thalib]].{{sfn|Canard|1965|p=857}} Klaim Fathimiyah tentang keturunan Ali telah ditentang selama abad ke-10, baik oleh [[Sunni]] [[Abbasiyah]] tetapi juga oleh banyak Syiah, yang menolak legitimasi mereka dan mengklaim bahwa mereka adalah penipu.{{sfn|Canard|1965|pp=850–852}} Sebagian besar orang Mesir menolak Ismailisme dan mempraktikkan Islam Sunni.<ref>{{Harvnb|Lev|1999|pp=116–117}}</ref> Ketegangan semakin memburuk karena para khalifah terus-menerus kehilangan kekuasaan, termasuk kekuasaan untuk mendukung agama negara mereka. Ke dalam kekosongan yang berkembang ini melangkah Islam Sunni, yang berkembang pesat di utara Mesir terutama di sekitar kota [[Aleksandria]].<ref>{{Harvnb|Lev|1999|p=16}}</ref> Sekitar tahun 1070, orang kuat militer [[Nasir al-Dawla bin Hamdan]] telah mencoba untuk menggulingkan dinasti dan mengembalikan kekuasaan Sunni atas Mesir.{{sfn|Canard|1965|p=857}} Gengsi kekhalifahan semakin menurun setelah serangkaian perpecahan yang sangat memecah belah dalam agama Ismailiyah itu sendiri, atas suksesi [[imamah]]/kekhalifahan: perpecahan [[Isma'ilisme Nizari|Nizari]] tahun 1094 dan perpecahan [[Isma'ilisme Hafizi|Hafizi]] tahun 1130/32.{{sfn|Canard|1965|p=858}}
Selain tekanan agama yang meningkat ini, sifat kehidupan politik Mesir yang tidak stabil memaksa para elit di setiap bidang (administrasi,
=== Ekonomi ===
|