Pengguna:Manggadua/Sandbox: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Manggadua (bicara | kontrib)
Manggadua (bicara | kontrib)
Tag: pranala ke halaman disambiguasi
Baris 10:
 
= Articles =
{{Untuk|negara yang diperintah oleh dinasti|Kekhalifahan Fathimiyah}}
{{Infobox military conflict
{{Infobox family
| conflict = Invasi Fathimiyah kedua ke Mesir
| name = Dinasti Fathimiyah
| partof = Perluasan [[Kekhalifahan Fathimiyah]] dan konfliknya dengan [[Kekhalifahan Abbasiyah]]
| native_name = الفاطميون
| image =
| native_name_lang = ar
| image_size =
| parent_family = [[Dinasti Husainiyah]]
| alt =
| country = [[Kekhalifahan Fathimiyah]]
| caption =
| etymology = [[Fatimah Az-Zahra|Fatimah]]
| date = 5 April 919 – Juli 921
| founded = 909
| place = [[Mesir]]
| founder = [[Abdullah al-Mahdi Billah]]
| coordinates = <!--Use the {{coord}} template -->
| map_type dissolution = 1171
| final_ruler = [[Al-Adid|Al-Adid li-Din Allah]]
| map_relief =
| seat = [[Raqqada]] (909–921)<br>[[Mahdia|al-Mahdiya]] (921–948)<br>[[El-Mansuriya|al-Mansuriya]] (948–973)<br>[[Kairo]] (973–1171)
| map_size =
| titles = [[Imamah dalam doktrin Ismailiyah|Imam]] dan [[Daftar Khalifah Fathimiyah|Khalifah]]
| map_marksize =
| map_caption =
| map_label =
| result = Kegagalan invasi Fathimiyah
| combatant1 = [[Kekhalifahan Fathimiyah]]
| combatant2 = [[Kekhalifahan Abbasiyah]]
| commander1 = [[al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]]
| commander2 = [[Dzuka ar-Rumi]]<br>[[Takin al-Khazari]]<br>[[Mu'nis al-Muzaffar]]
| strength1 =
| strength2 =
| casualties1 =
| casualties2 =
| campaignbox =
}}
'''Dinasti Fathimiyah''' ({{Lang-ar|الفاطميون|al-Fāṭimiyyūn}} adalah sebuah [[dinasti]] [[Bangsa Arab|Arab]] yang memerintah [[Kekhalifahan Fathimiyah]], antara tahun 909 dan 1171 M. Sebagai keturunan dari [[Fatimah az-Zahra]] dan [[Ali bin Abi Thalib]], dan menganut [[Syiah]] [[Ismailiyah]], mereka memegang [[imamah dalam doktrin Ismailiyah|imamah Ismailiyah]], dan dianggap sebagai pemimpin yang sah dari komunitas Muslim. Garis keturunan imam [[Isma'ilisme Nizari|Ismailiyah Nizari]], yang saat ini diwakili oleh [[Aga Khan]], mengklaim sebagai keturunan dari cabang Fathimiyah. [[Alavi Bohra]], yang sebagian besar berpusat di [[Vadodara]], juga mengklaim sebagai keturunan dari Fathimiyah.
'''Invasi Fathimiyah kedua ke Mesir''' terjadi pada tahun 919-921, menyusul [[Invasi Fathimiyah ke Mesir (914–915)|kegagalan upaya pertama]] pada tahun 914-915. Ekspedisi tersebut kembali dikomandoi oleh pewaris takhta [[Kekhalifahan Fathimiyah]], [[Al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]]. Seperti pada upaya sebelumnya, Fathimiyah merebut [[Aleksandria]] dengan mudah. Namun, sementara garnisun [[Abbasiyah]] di Fustat lebih lemah dan memberontak karena kekurangan bayaran, al-Qa'im tidak mengeksploitasinya untuk serangan langsung ke kota tersebut, seperti yang telah gagal pada tahun 914. Sebaliknya, pada bulan Maret 920, [[angkatan laut Fathimiyah]] dihancurkan oleh armada [[Abbasiyah]] di bawah [[Tsamal ad-Dulafi]], dan bala bantuan Abbasiyah di bawah [[Mu'nis al-Muzaffar]] tiba di Fustat. Meskipun demikian, pada musim panas tahun 920, al-Qa'im berhasil merebut [[Oasis Faiyum|Oasis Fayyum]], dan pada musim semi tahun 921, memperluas kekuasaannya atas sebagian besar [[Mesir Hulu]] juga, sementara Mu'nis menghindari konfrontasi terbuka dan tetap berada di Fustat. Selama waktu itu, kedua belah pihak terlibat dalam pertempuran diplomatik dan propaganda, dengan Fathimiyah khususnya mencoba mempengaruhi penduduk Muslim ke pihak mereka, tetapi tidak berhasil. Ekspedisi Fathimiyah dikutuk untuk gagal ketika armada Tsamal merebut Aleksandria pada bulan Mei/Juni 921; ketika pasukan Abbasiyah bergerak menuju Fayyum, al-Qa'im terpaksa meninggalkannya dan melarikan diri ke barat melintasi gurun.
 
Dinasti Fathimiyah muncul sebagai pemimpin gerakan misionaris ({{transl|ar|[[dakwah|da’wah]]}}) Isma'ili awal klandestin pada abad kesembilan Masehi, seolah-olah bertindak atas nama seorang imam tersembunyi, yang pada saat itu tersirat sebagai [[Muhammad bin Isma'il]]. Dakwah Isma'ili menyebar luas di seluruh dunia Islam, kemudian diperintah oleh [[Kekhalifahan Abbasiyah]]. Pada tahun 899, khalifah Fathimiyah pertama di masa depan, [[Abdullah al-Mahdi Billah|Abdallah]], menyatakan dirinya sebagai [[Imam Mahdi|imam yang diharapkan]], menyebabkan keretakan dalam dakwah Isma'ili karena orang -orang [[Qaramitah|Qarmati]], yang tidak mengakui imamahnya, memisahkan diri. Sementara itu, agen-agen Isma'ili telah berhasil menaklukkan sebagian besar [[Yaman]] dan [[Ifriqiyah]], serta melancarkan pemberontakan di [[Bilad asy-Syam|Suriah]] dan Irak. Melarikan diri dari penganiayaan Abbasiyah ke Ifriqiyah, Abdallah memproklamasikan dirinya secara terbuka dan mendirikan Kekhalifahan Fathimiyah pada tahun 909. Dari sana, para imam-khalifah Fathimiyah memperluas kekuasaan mereka atas sebagian besar [[Maghreb]] serta [[Sisilia]], sebelum [[Penaklukan Mesir oleh Fatimiyah|menaklukkan Mesir]] pada tahun 969. Mendirikan [[Kairo]] sebagai ibu kota baru mereka, selama dua abad berikutnya, Fathimiyah akan berpusat di [[Mesir]] dan diidentikkan dengan negara tersebut. Pada puncak kejayaannya, Fathimiyah mengklaim kendali atau kedaulatan atas sebagian besar Afrika Utara, Sisilia, Mesir, [[Levant]], [[Hejaz]], Yaman, dan [[Multan]].
== Latar belakang ==
[[Dinasti Fathimiyah]] berkuasa di [[Ifriqiyah]] pada tahun 909, ketika mereka menggulingkan dinasti [[Aghlabiyyah]] yang berkuasa dengan dukungan dari [[Kutama]] [[Berber]]. Berbeda dengan para pendahulu mereka, yang puas untuk tetap menjadi dinasti regional di pinggiran barat [[Kekhalifahan Abbasiyah]], Fathimiyah memegang pretensi ekumenis: sebagai [[Imamah dalam doktrin Ismailiyah|imam]] dari sekte [[Syiah]] [[Ismailiyah|Isma'ili]], dan mengklaim keturunan dari [[Fatimah Az-Zahra|Fatimah]], putri [[Muhammad]] dan istri [[Ali bin Abi Thalib]], mereka menganggap Abbasiyah [[Sunni]] sebagai perampas kekuasaan dan bertekad untuk menggulingkan mereka dan mengambil tempat mereka. Jadi, pada awal 910, imam Fathimiyah, Abdallah, mendeklarasikan dirinya sebagai khalifah dengan [[laqab|nama kerajaan]] [[Abdullah al-Mahdi Billah|al-Mahdi Billah]] ({{memerintah|909|934}}).{{sfn|Kennedy|2004|pp=313–314}}
 
Silsilah keluarga Fathimiyah yang diklaim sebagai keturunan dari Fatimah dan Ali merupakan inti dari legitimasi mereka sebagai imam yang sah dalam garis keturunan yang tidak terputus dan ditetapkan oleh Tuhan sejak Ali dan seterusnya. Ketidakjelasan awal mereka, dan publikasi silsilah yang saling bertentangan dan tidak benar oleh khalifah Fathimiyah pertama, Abdallah al-Mahdi Billah (dikenal dengan sebutan Ubayd Allah oleh para pencelanya), menimbulkan keraguan atas keakuratan klaim ini, yang biasanya ditolak oleh Sunni kontemporer dan [[Syiah Dua Belas Imam]], yang menganggap mereka penipu dan perampas kekuasaan. Akibatnya, banyak sumber hingga abad ke-20 menyebut keluarga Fathimiyah dengan nama yang merendahkan, Ubaydiyah.
Sejalan dengan visi kekaisaran ini, setelah pembentukan kekuasaan mereka di Ifriqiyah, tujuan berikutnya dari Kekhalifahan Fathimiyah adalah [[Mesir]], pintu gerbang ke [[Levant]] dan [[Irak]], tempat kedudukan para pesaing Abbasiyah mereka.{{sfn|Lev|1988|p=192}} [[Invasi Fathimiyah ke Mesir (914–915)|Invasi pertama pada tahun 914–915]] di bawah pewaris takhta Fathimiyah [[al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]] merebut [[Kirenaika]], [[Aleksandria]] dan [[Oasis Faiyum|Oasis Fayyum]], tetapi gagal merebut [[Fustat]]. Setelah kedatangan bala bantuan dari [[Bilad asy-Syam|Suriah]] dan Irak di bawah [[Mu'nis al-Muzaffar]], al-Qa'im mundur ke Ifriqiyah. Setelah mundur, Kirenaika kembali jatuh.{{sfn|Lev|1988|pp=187–188}}{{sfn|Halm|1991|pp=182–187}}
 
Ekspansi Fathimiyah ke Levant, dan tantangan ideologis yang diwakili oleh [[Abad Syi'ah|kekuasaan rezim Syiah]], mengakibatkan kaum Sunni bersatu di sekitar Kekhalifahan Abbasiyah sebagai respons, yang memicu kebangkitan Sunni pada abad ke-11. Menghadapi kekacauan internal, dan kedatangan [[orang Turki|Turki]] [[Seljuk]] dan kemudian [[Perang Salib]], kekuatan Fathimiyah mulai menurun pada akhir abad ke-11. Dinasti tersebut diselamatkan dengan menyerahkan kekuasaan kepada [[wazir]] militer yang kuat, tetapi ini juga berarti bahwa para imam-khalifah sering kali menjadi [[penguasa boneka]] belaka. Dinamisme awal dakwah berkurang oleh pertikaian suksesi yang pahit, yang mengakibatkan sebagian besar komunitas Isma'ili, seperti [[Druze]], [[Isma'ilisme Nizari|Nizari]], dan [[Isma'ilisme Tayyibi|Tayyibi]], memisahkan diri dari kesetiaan Fathimiyah, dan mencoreng prestise dan otoritas dinasti. Imam-khalifah Fathimiyah terakhir adalah penguasa anak-anak yang tidak berdaya yang menjadi pion di tangan wazir mereka. Wazir terakhir, [[Salahuddin Ayyubi|Salahuddin]], [[Salahuddin Ayyubi di Mesir|menggulingkan dinasti tersebut]] pada tahun 1171, setelah kematian Khalifah [[al-Adid]]. Anggota dinasti yang tersisa dan keturunan mereka ditempatkan dalam tahanan rumah di Kairo hingga mereka meninggal; anggota terakhir dinasti tersebut meninggal pada pertengahan abad ke-13.
=== Pemulihan Kirenaika ===
Meskipun gagal, Fathimiyah segera mulai membuat rencana untuk serangan kedua ke Mesir, dimulai dengan merebut kembali Kirenaika. Hal ini dicapai dengan penyerahan ibu kota daerah, [[Barqa]], setelah pengepungan selama 18 bulan, pada bulan April 917.{{sfn|Halm|1991|p=188}} Hukuman yang dijatuhkan kepada penduduk kota itu sangat berat, dan banyak yang melarikan diri ke Aleksandria. Gubernur Abbasiyah di Mesir, [[Dzuka ar-Rumi]], memperkuat garnisun kota terakhir.{{sfn|Halm|1991|p=188}}
 
Fathimiyah tampaknya memiliki simpatisan di Mesir, karena orang Mesir, sejak awal abad ke-9, mulai membenci pemerintahan dari Bagdad; Dzuka dipaksa untuk mengeksekusi beberapa orang karena berkorespondensi dengan al-Mahdi dan putranya, al-Qa'im.{{sfn|Brett|2001|pp=146–147}} Pada tahun 904, al-Mahdi dan keluarganya telah mencari perlindungan di Mesir setelah pelarian mereka dari Suriah, dan tetap bersembunyi dengan simpatisan di Fustat selama sekitar satu tahun.{{sfn|Halm|1991|pp=86–89}} Selain itu, keberhasilan gerakan misionaris Isma'ili yang pro-Fathimiyah ({{transl|ar|[[dakwah|daʿwa]]}}) dibuktikan dengan peningkatan yang nyata dalam prasasti pro-Syiah, atau khususnya Isma'ili, di antara batu nisan Mesir dalam beberapa dekade setelah sekitar tahun 912.{{sfn|Bloom|1987|pp=9–16}}
 
== Invasi Mesir ==
[[Gambar:Gold dinar of al-Qaim, AH 322-334.jpg|jempol|kanan|300px|[[Dinar emas]] [[Al-Qa'im (Khalifah Fathimiyah)|al-Qa'im bi-Amr Allah]], khalifah Fathimiyah pada tahun 934–946. Sebagai pewaris takhta ayahnya, ia memimpin dua invasi awal Fathimiyah ke [[Mesir]]]]
Invasi kedua ke Mesir diketahui sebagian besar dari sumber-sumber Sunni, yang memusuhi Fathimiyah.{{sfn|Lev|1988|p=190}} Ekspedisi dimulai pada tanggal 5 April 919, ketika al-Qa'im berangkat dari kota istana [[Raqqada]], sebagai pimpinan pasukannya.{{sfn|Halm|1991|p=188}}{{sfn|Lev|1988|p=190}}
 
=== Perebutan Aleksandria dan benteng Giza oleh Dzuka ===
Barisan depan tiba di Aleksandria pada 9 Juli 919, sementara pasukan utama di bawah al-Qa'im, tiba pada bulan September/Oktober. Kedatangan pasukan ekspedisi Fathimiyah pada bulan Juli 919 mengejutkan gubernur kota, putra Dzuka, Muzaffar. Bersama para pembantunya dan banyak penduduk, ia melarikan diri tanpa memberikan perlawanan.{{sfn|Halm|1991|p=188}}{{sfn|Lev|1988|p=190}} Setelah mengakui kedaulatan Fathimiyah dan sekarang dianggap memberontak, kota itu dijarah oleh pasukan Fathimiyah.{{sfn|Halm|1991|p=188}}
 
Situasi di Dzuka ar-Rumi sangat kritis: tidak seperti invasi Fathimiyah sebelumnya, ketika sebagian besar penduduk mendukung upaya mempertahankan Fustat dan mempersenjatai diri untuk berperang, kini kepanikan menyebar, dan mereka yang mampu melarikan diri dari negara itu ke Levant.{{sfn|Lev|1988|pp=188, 190}} Pada saat yang sama, garnisun tersebut terbukti tidak mau berperang karena kekurangan gaji; bahkan, banyak perwira melarikan diri bersama unit mereka ke [[Jund Filastin|Palestina]].{{sfn|Lev|1988|p=190}}{{sfn|Halm|1991|pp=188–189}}
 
Seperti pada tahun 914, Dzuka memusatkan pasukannya yang sedikit di [[Giza]], di seberang [[Sungai Nil]] dari Fustat, di mana [[jembatan ponton]] memberikan akses ke [[Pulau Roda|Pulau Rawda]] dan kota itu sendiri. Di sana ia membentengi jembatan, mendirikan benteng dan perkemahan berbenteng untuk pasukannya.{{sfn|Halm|1991|pp=184, 189}} Namun, segera setelah itu, administrator fiskal baru untuk Mesir, [[al-Husayn al-Madhara'i]], tiba dengan dana yang cukup untuk membayar tunggakan pasukan reguler.{{sfn|Halm|1991|p=189}} Pada tanggal 11 Agustus, Dzuka meninggal, dan pendahulunya [[Takin al-Khazari]] dipilih untuk menggantikannya; ia tidak tiba di Fustat sampai Januari 920, di mana ia memerintahkan parit kedua digali di sekitar kamp di Giza.{{sfn|Lev|1988|p=189}}
 
=== Reaksi Abbasiyah dan kemenangan angkatan laut Tsamal ===
{{Location map+ | Lower Egypt
| width = 300
| caption = Situs kampanye di [[Mesir Hilir]]
| relief = 1
| places =
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Aleksandria
| position = left
| lat_deg = 31 | lat_min = 00 | lat_dir = N
| lon_deg = 29 | lon_min = 55 | lon_dir = E
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Fustat
| lat_deg = 30 | lat_min = 00 | lat_dir = N
| lon_deg = 31 | lon_min = 14 | lon_dir = E
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Oasis Fayyum
| position = left
| lat_deg = 29 | lat_min = 27.13 | lat_dir = N
| lon_deg = 30 | lon_min = 34.51 | lon_dir = E
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Rosetta
| lat_deg = 31.200000
| lon_deg = 30.416667
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Damanhur
| lat_deg = 31
| lon_deg = 30.470000
}}
{{Location map~ | Lower Egypt
| marksize = 10
| label = Illahun
| lat_deg = 29 | lat_min = 14 | lat_dir = N
| lon_deg = 30 | lon_min = 58 | lon_dir = E
}}
}}
Berbeda dengan tahun 914, al-Qa'im tidak melakukan tindakan apa pun untuk mengeksploitasi kelemahan garnisun Fustat dan menyerbu Giza, meskipun beberapa tokoh kunci, termasuk mantan [[wazir]] [[Dinasti Thuluniyah|Thuluniyah]], [[Abu Bakar Muhammad bin Ali al-Madhara'i]], berkorespondensi dengannya.{{sfn|Lev|1988|p=190}} Sebaliknya, ia tetap berada di Aleksandria selama sisa tahun itu, karena bala bantuan terus berdatangan. Ini termasuk armada Fathimiyah, 80 kapal kuat di bawah kasim Sulayman.{{sfn|Halm|1991|p=189}}
 
Pengadilan Abbasiyah juga memobilisasi pasukannya setelah mendengar berita invasi Fathimiyah; sekali lagi, Mu'nis al-Muzaffar dipercayakan dengan komando tinggi, meninggalkan [[Bagdad]] pada tanggal 23 Februari 920.{{sfn|Halm|1991|p=189}}
 
Yang lebih penting, armada [[Tarsus (kota)|Tarsus]], di bawah [[Tsamal ad-Dulafi]], diberi perintah untuk berlayar ke Mesir. Tsamal, dengan 25 kapalnya yang membawa [[api Yunani]], tiba tepat waktu untuk mencegah kapal-kapal Fathimiyah memasuki cabang [[Rosetta]] di Sungai Nil, dan pada 12 Maret, dekat [[Abukir]], ia menimbulkan kekalahan telak pada [[Angkatan laut Fathimiyah|armada Fathimiyah]], yang kapal-kapalnya didorong ke pantai oleh angin.{{sfn|Lev|1988|p=190}}{{sfn|Halm|1991|p=189}} Sebagian besar awak Fathimiyah terbunuh atau ditangkap. Para tawanan dibawa ke [[al-Maqs]] di Sungai Nil, tempat Takin membebaskan sebagian besar pelaut biasa, sementara laksamana Sulayman dan 117 perwiranya berparade di depan umum di Fustat. Kutama dan pengawal [[orang kulit hitam|hitam Afrika]] ('[[Zawila]]'), sekitar 700 orang secara total, diserahkan kepada massa untuk digantung.{{sfn|Halm|1991|pp=189–190}}
 
Pada tanggal 25 Mei, Mu'nis tiba di Fustat, dan bersama 3.000 orangnya mengambil posisi di Giza. Detasemen selanjutnya dikirim ke utara, hingga [[Damanhur]] di [[Delta Sungai Nil]] barat laut, yang dikuasai oleh [[Muhammad bin Tughj]], serta ke selatan, untuk mencegah kemungkinan kemajuan Fathimiyah ke [[Mesir Hulu]].{{sfn|Halm|1991|p=190}}
 
=== Penaklukan Fathimiyah atas Fayyum dan Mesir Hulu serta pertikaian dengan Mu'nis ===
Memang, al-Qa'im, yang terdesak oleh pasokan di Aleksandria, memutuskan untuk mengulangi manuver 914: pada tanggal 30 Juli ia meninggalkan Aleksandria dan, melewati Giza, mengambil alih Oasis Fayyum yang subur, yang dapat menyediakan perbekalan dan pangkalan operasi. Seperti sebelumnya, ia mulai mengenakan pajak kepada penduduk, seolah-olah ia adalah penguasa Mesir yang sah.{{sfn|Halm|1991|pp=184–185, 190}}
 
Di Aleksandria ia meninggalkan Fath bin Ta'laba, dengan perintah untuk membangun banyak ketapel ({{transl|ar|manjaniq}} dan {{transl|ar|'arrada}}) untuk melindungi pelabuhan kota dari serangan angkatan laut oleh armada Tsamal.{{sfn|Halm|1991|p=190}} Mu'nis tidak menentang langkah ini, karena pasukannya tidak cukup untuk menghadapi Fathimiyah dalam pertempuran terbuka, dan ia menghadapi kesulitan dalam menyediakan gaji pasukannya.{{sfn|Halm|1991|p=190}} Lebih jauh lagi, ketika komandan yang telah ia kirim ke Mesir Hulu meninggal pada musim semi 921, Kutama dengan mudah mampu mengambil alih seluruh wilayah, hingga keuskupan Koptik [[Hermopolis|al-Usymuniyya]].{{sfn|Halm|1991|p=190}} Hal ini tidak hanya meningkatkan daerah di bawah pajak untuk al-Qa'im, tetapi juga mengakhiri pasokan gandum Fustat dari sana.{{sfn|Halm|1991|p=190}}
 
[[Gambar:Dinar of al-Muqtadir, AH 298.jpg|jempol|kanan|300px|Dinar emas [[al-Muqtadir]], [[daftar Khalifah Abbasiyah|khalifah Abbasiyah]] pada tahun 908–932]]
Selama setahun penuh, kedua belah pihak menghindari konflik terbuka, dan lebih terlibat dalam pertempuran diplomatik dan propaganda. Mu'nis menawarkan janji-janji tentang keamanan ({{transl|ar|[[aman (Islam)|aman]]}}), serta pengakuan Fathimiyah sebagai penguasa otonom Ifriqiyah dengan gaya Aghlabiyyah, jika al-Qa'im tunduk kepada khalifah Abbasiyah.{{sfn|Halm|1991|p=190}} Al-Qa'im menolak tawaran ini dalam sebuah surat yang menegaskan kembali klaim Fathimiyah atas kekuasaan universal sebagai pewaris sah Muhammad.{{sfn|Halm|1991|pp=190–191}} Sebuah fragmen puisi panjang yang mendesak penduduk Fustat untuk meniru "orang Barat" dan mengikuti dakwah Fathimiyah yang sah juga masih ada; Mu'nis mengirim salinannya ke Bagdad, di mana cendekiawan [[Abu Bakr bin Yahya as-Suli|as-Suli]] ditugaskan untuk menulis balasan. Tanggapannya terhadap pretensi Fathimiyah dianggap sangat berhasil sehingga Khalifah [[al-Muqtadir]] memberinya 10.000 dinar sebagai hadiah.{{sfn|Halm|1991|pp=191–192}}
 
Al-Qa'im juga menjaga korespondensinya dengan mantan wazir al-Madhara'i, yang memberitahunya tentang kelemahan garnisun Fustat, tetapi mungkin telah memainkan permainan ganda, mencoba menunda serangan sampai pasukan Abbasiyah baru tiba.{{sfn|Halm|1991|p=191}} Pada saat yang sama, komandan Fathimiyah mengirim seruan kepada [[Situs tersuci dalam Islam|dua kota suci Islam]], [[Makkah]] dan [[Madinah]], mendesak mereka untuk mengakui klaim Fathimiyah atas kedaulatan atas dunia Islam. Permintaannya diabaikan.{{sfn|Halm|1991|p=191}}{{sfn|Lev|1988|p=191}}
 
=== Pemulihan Aleksandria dan Fayyum oleh Abbasiyah, mundurnya al-Qa'im ===
Akhirnya, pada akhir musim semi tahun 921, ketika Mu'nis mengirim salah satu perwiranya untuk menyerang Fayyum, Tsamal beserta armadanya berlayar menyusuri Sungai Nil menuju Aleksandria. Kota itu direbut dengan relatif mudah dari garnisun Kutama (Mei/Juni 921), yang meninggalkan banyak perbekalan dan peralatan mereka. Tsamal mengevakuasi penduduk kota itu ke Rosetta, lalu menyusul dengan armadanya.{{sfn|Halm|1991|p=192}}
 
Pada tanggal 28 Juni, Mu'nis dan Takin, bersama dengan armada Tsamal, berangkat dengan seluruh pasukan mereka untuk menyerang Fayyum. Bersama-sama, pasukan dan armada Abbasiyah memblokade satu-satunya jalur penghubung Fayym dengan Sungai Nil di [[El Lahun|Illahun]], memisahkan al-Qa'im dan anak buahnya di oasis dari wilayah lainnya di negara itu.{{sfn|Halm|1991|pp=192–193}} Begitu pasukan Abbasiyah mulai maju ke oasis, pada tanggal 8 Juli al-Qa'im memerintahkan mundur: semua peralatan berat ditinggalkan, sementara dia dan anak buahnya berjalan melalui padang pasir menuju jalan pantai ke Barqa, sebuah perjalanan yang sulit yang menyebabkan banyak orang tewas.{{sfn|Halm|1991|p=193}}
 
== Akibat ==
Kegagalan invasi kedua ke Mesir kembali menjadi aib besar bagi Fathimiyah. Para pembela Fathimiyah mencoba menjelaskan kegagalan tersebut sebagai bagian dari rencana ilahi bagi dinasti yang dibimbing Tuhan; {{transl|ar|Sirat al-Imam al-Mahdi}} yang terpisah-pisah mengklaim bahwa al-Qa'im kembali "tanpa terkalahkan" dari Mesir, sementara juru bicara utama Fathimiyah di akhir abad itu, [[al-Qadi al-Nu'man]], bersikeras bahwa al-Mahdi, dengan pengetahuan ilahiahnya, tahu bahwa putranya akan dikalahkan, tetapi kampanye itu diperlukan untuk mengumumkan niat Fathimiyah, membuktikan semangat mereka dalam melaksanakan {{transl|ar|[[jihad]]}}, dan menyebarkan {{transl|ar|[[dakwah|da'wa]]}} mereka.{{sfn|Halm|1991|p=193}}{{sfn|Lev|1988|pp=192–193}}
 
Selama beberapa tahun, Fathimiyah terus melancarkan serangan dari Barqa ke Mesir: pada tahun 922 dan 928, pasukan Fathimiyah melawan pasukan Abbasiyah di Dhat al-Himam, sekitar 60 kilometer (37 mil) di sebelah barat Aleksandria, sementara pada tahun 923, komandan Fathimiyah lainnya menyerbu salah satu oasis di Gurun Barat (kemungkinan [[Oasis Dakhla]]) dan menghancurkannya, sebelum wabah penyakit memaksanya untuk mundur.{{sfn|Halm|1991|p=194}}
 
Terlepas dari intervensi singkat dalam konflik internal faksi militer di Mesir pada tahun 935, bagaimanapun, upaya serius penaklukan tidak dilakukan selama bertahun-tahun. Tidak sampai tahun 969, ketika keseimbangan kekuatan telah bergeser jauh lebih tegas dalam mendukung Fathimiyah, bahwa [[Penaklukan Mesir oleh Fatimiyah|invasi skala besar lainnya]] dilakukan.{{sfn|Lev|1988|p=193}} Pada saat itu, Kekhalifahan Abbasiyah, yang dilemahkan oleh perebutan kekuasaan yang konstan antara faksi birokrasi, pengadilan, dan militer yang bersaing, dan dirampas provinsi-provinsi pinggirannya untuk dinasti lokal yang ambisius, telah berhenti ada sebagai entitas politik, dengan khalifah Abbasiyah direduksi menjadi pion tak berdaya dari [[Buwaihi]].{{sfn|Kennedy|2004|pp=185–197}} Pada saat yang sama, rezim Fathimiyah telah tumbuh lebih kuat dan jauh lebih kaya, dan sekarang memiliki pasukan yang besar dan disiplin. Kali ini Fathimiyah menghadapi sedikit perlawanan, dan Mesir ditaklukkan. Pada tahun 972, istana Fathimiyah pindah ke Mesir dan mendirikan dirinya di ibu kota baru, [[Kairo]], di utara Fustat.{{sfn|Lev|1988|pp=193–196}}{{sfn|Halm|1991|pp=363–371}}
 
== Cikal bakal ==
=== Latar Belakang: Permulaan Syiah ===
=== Silsilah Fathimiyah dan kontroversinya ===
=== Dinasti Fathimiyah dan dakwah awal Ismailiyah ===
=== Perpecahan Qarmatia dan pelarian ke Maghreb ===
== Memerintah sebuah kekaisaran ==
=== Berdirinya Khilafah Fathimiyah ===
=== Ekspansi kekaisaran ===
=== Pemberontakan Abu Yazid ===
=== Penaklukan Mesir dan pemindahan ibu kota ke Kairo ===
=== Ekspansi ke Suriah ===
=== Pemerintahan al-Hakim ===
== Dinasti yang berkuasa ==
== Pohon keluarga ==
=== Keturunan dari Ali sebagaimana diterima oleh Ismailiyah kemudian ===
=== Silsilah menurut surat al-Mahdi kepada masyarakat Yaman ===
=== Silsilah seperti yang diusulkan oleh Bernard Lewis ===
=== Pohon keluarga dinasti ===
== Referensi ==
{{Reflist|30em}}
 
== Sumber ==
* {{cite journal | last = Bloom | first = Jonathan M. | author-link = Jonathan M. Bloom | title = The Mosque of Qarafa in Cairo | url = https://www.archnet.org/publications/3020 | journal = [[Muqarnas (journal)|Muqarnas: An Annual on Islamic Art and Architecture]] | volume = IV | year = 1987 | publisher = E.J. Brill | location = Leiden | issn = 0732-2992|ref={{sfnRef|Bloom|1987}} }}
* {{cite book | last = Brett | first = Michael | title = The Rise of the Fatimids: The World of the Mediterranean and the Middle East in the Fourth Century of the Hijra, Tenth Century CE | series = The Medieval Mediterranean | volume = 30 | publisher = Brill | location = Leiden | year = 2001 | isbn = 9004117415 | url = {{Google Books|BqCdfhW3nVwC|plainurl=y}}|ref={{SfnRef|Brett|2001}} }}
* {{Das Reich des Mahdi|ref={{SfnRef|Halm|1991}} }}
* {{The Prophet and the Age of the Caliphates| edition = Second|ref={{sfnRef|Kennedy|2004}} }}
* {{cite journal | last = Lev | first = Yaacov | title = The Fāṭimids and Egypt 301–358/914–969 | pages = 186–196 | journal = Arabica | year = 1988 | volume = 35 | issue = 2 | doi = 10.1163/157005888X00332|ref={{SfnRef|Lev|1988}} }}
 
[[Kategori:919]]
[[Kategori:921]]
[[Kategori:Invasi Mesir]]
[[Kategori:Konflik tahun 910-an]]
[[Kategori:Konflik tahun 920-an]]
[[Kategori:910-an di Kekhalifahan Fathimiyah]]
[[Kategori:910-an di Kekhalifahan Abbasiyah]]
[[Kategori:Sejarah militer Kekhalifahan Fathimiyah]]
[[Kategori:Sejarah militer Kekhalifahan Abbasiyah]]