Sungai Brantas: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Lokasi sebenarnya ditemukannya prasasti Harinjing
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Lokasi sebenarnya ditemukannya prasasti Harinjing
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 125:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Rivier de Brantas Surabaya Java TMnr 10018418.jpg|jmpl|Sungai Brantas di wilayah Surabaya, awal abad ke-20]]
 
Sejak abad ke-8, di DAS Brantas telah berdiri sebuah kerajaan dengan corak agraris, bernama [[Kanjuruhan]]. Kerajaan ini meninggalkan [[Candi Badut]] dan [[prasasti Dinoyo]] yang berangka tahun 760 M sebagai bukti keberadaannya. Wilayah hulu DAS Brantas di mana kerajaan ini berpusat memang cocok untuk pengembangan sistem pertanian sawah dengan irigasi yang teratur sehingga tidak mengherankan daerah itu menjadi salah satu pusat kekuasaan di Jawa Timur (Tanudirdjo, 1997). Sungai Brantas maupun anak-anak sungainya menjadi sumber air yang memadai. Bukti terkuat tentang adanya budaya pertanian yang ditunjang oleh pengembangan prasarana pengairan (irigasi) yang intensif ditemukan di DAS Brantas, lewat [[Prasasti Harinjing]] di [[Kepung, Kediri|PareKepung.]]. Ada tiga bagian prasasti yang ditemukan, yang tertua berangka tahun 726 S atau 804 M dan yang termuda bertarikh 849 S atau 927 M. Dalam prasasti ini, disebutkan pembangunan sistem irigasi (yang terdiri atas saluran dan bendung atau tanggul) yang disebut dawuhan pada anak Sungai Konto, yakni Sungai Harinjing (Lombard, 2000).
 
Sungai Brantas memiliki fungsi yang sangat penting bagi Jawa Timur mengingat 60% produksi padi berasal dari areal persawahan di sepanjang aliran sungai ini. Akibat pendangkalan dan debit air yang terus menurun sungai ini tidak bisa dilayari lagi. Fungsinya kini beralih sebagai irigasi dan bahan baku air minum bagi sejumlah kota disepanjang alirannya. Adanya beberapa gunung berapi yang aktif di bagian hulu sungai, yaitu [[Gunung Kelud]] dan [[Gunung Semeru]] menyebabkan banyak material [[vulkanik]] yang mengalir ke sungai ini. Hal ini menyebabkan tingkat [[sedimentasi]] bendungan-bendungan yang ada di aliran sungai ini sangat tinggi. Dalam sumpahnya, [[Lembu Sora]] bahkan menyatakan "''Blitar dadi latar, Tulungagung dadi kedung, Kediri dadi kali''" ([[bahasa Jawa]]: [[Blitar]] menjadi lautan pasir, [[Tulungagung]] menjadi kubangan air, [[Kediri]] menjadi sungai),<ref name="lembu">{{Cite web|url=https://nasional.kompas.com/read/xml/2014/02/15/0925421/.Sepatan.Lembu.Sura.dan.Runtuhnya.Majapahit.Mitos.dan.Sains.Gunung.Kelud.|title="Sepatan" Lembu Sura dan Runtuhnya Majapahit, Mitos dan Sains Gunung Kelud...|publisher=Kompas|first=Palupi Annisa|last=Auliani|date=15 Februari 2014|language=id|access-date=13 November 2022}}</ref>, yang kemungkinan terinspirasi dari kondisi Sungai Brantas pada saat itu.