Muktazilah: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Bourguoese565 (bicara | kontrib)
Menambah informasi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Bourguoese565 (bicara | kontrib)
Menambah informasi dan sumber
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 22:
 
== Sejarah ==
Kaum Mu'tazilah/Muktazilah muncul di awal sejarah Islam dalam perselisihan mengenai kepemimpinan Ali dalam komunitas Muslim setelah kematian khalifah ketiga, Utsman. Mereka yang tidak mengutuk atau memberikan sanksi terhadap Ali atau lawan-lawannya tetapi mengambil posisi netral antara dia dan lawan-lawannya pada [[Pertempuran Shiffin|perang Shiffin]] dan [[Pertempuran Jamal|perang Jamal]], kaum yang netral itu disebut sebagai Mu'tazilah.<ref>{{Cite web|title=MU'TAZILA|url=http://www.muslimphilosophy.com/ei2/mu-tazila.htm|website=www.muslimphilosophy.com|access-date=2024-11-24}}</ref>
 
Sementara itu, konstruksi teologi Muktazilah selanjutnya muncul pada abad ke-8 M (abad ke-2 Hijirah) di [[Basra]] bermula ketika Wasil ibn Atha menghadiri majelis [[Hasan al-Bashri]] sampai dimana terjadi perselisihan teologis mengenai masalah tentang posisi seorang Muslim yang melakukan dosa besar. Sejak saat itu Wasil ibn Atha memisahkan diri (i'tizal) dari majelis Hasan al-Bashri dan kemudian dirinya mulai mengembangkan konsepnya sendiri yang dikenal sebagai al-Manzilah bayna al-Manzilatayn (posisi di antara dua posisi).<ref>{{Cite book|last=Dhanani|first=Alnoor|date=1994|title=The physical theory of Kalām: atoms, space, and void in Basrian Muʿtazilī cosmology|location=Leiden New York Köln|publisher=Brill|isbn=978-90-04-09831-2|series=Islamic philosophy, theology and science}}</ref>
 
Muktazilah menikmati dukungan luas oleh pemerintah pada masa kepemimpinan khalifah [[Al-Ma'mun]] (memimpin 813–833 M). Banyak wazir dan penasihat istana dari kalangan Muktazilah diangkat oleh Al-Ma'mun. Tak berhenti sampai disitu, kala itu Al-Ma'mun bahkan mengangkat Muktazilah sebagai mazhab resmi negara. Hal itu terjadi bersamaan dengan puncak [[Zaman Kejayaan Islam]], dimana Al-Ma'mun mendukung upaya penerjemahan manuskrip-manuskrip Yunani kuno dan pengembangan ilmiah di daulah Abbasiyah. Dukungan penuh dari pemerintah Abbasiyah kala itu menyebabkan beberapa [[Polimatik|polimat]] dan [[filsuf]] dari kalangan Muktazilah seperti [[Al Jahiz]] dan Ibrahim Al Nazzam mulai bermunculan dan semakin aktif menelurkan karya-karyanya.<ref>{{Cite book|last=Zaman|first=Muhammad Qasim|date=1997|url=https://en.m.wiki-indonesia.club/wiki/Special:BookSources/978-9-00410-678-9|title=Religion and politics under the early ʻAbbāsids: the emergence of the proto-Sunnī elite|location=Leiden ; New York|publisher=Brill|isbn=978-90-04-10678-9|series=Islamic history and civilization : studies and texts}}</ref>
 
Disaat yang bersamaan, ulama tekstualis seperti [[Ahmad bin Hanbal|Ahmad bin Hambal]] yang terkenal vokal menentang [[rasionalisme]] Muktazilah terpaksa diadili oleh rezim Muktazilah yang saat itu berada di tampuk kekuasaan. Tak hanya Ahmad bin Hambal, banyak ulama tradisionalis dan golongan Hanabilah ditangkap oleh rezim Muktazilah pada saat itu karena mereka terbukti berupaya menggalang pemberontakan, peristiwa ini dikenal sebagai Minha.<ref>{{Cite book|last=Zaman|first=Muhammad Qasim|date=1997|url=https://books.google.com/books?id=0xkpdl6UVOwC&pg=PA106|title=Religion and Politics Under the Early ʻAbbāsids: The Emergence of the Proto-Sunnī Elite|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-10678-9|language=en}}</ref>
 
Pasca wafatnya Al-Ma'mun pada tahun 833 M. Dua khalifah selanjutnya, yakni [[Al-Mu'tashim Billah|Al-Mu'tasim]] dan [[Al-Watsiq]] masih melanjutkan dukungannya terhadap doktrin Muktazilah. Hingga dimulainya kepemimpinan [[Al-Mutawakkil]] yang dikenal karena dukungannya terhadap doktrin Hanabilah yang tekstualis, sejak saat itu Muktazilah mengalami persekusi. Hal tersebut menandai awal dari hilangnya pengaruh Muktazilah dari kancah peradaban Islam.<ref>{{Cite book|last=Zaman|first=Muhammad Qasim|date=1997|url=https://books.google.com/books?id=0xkpdl6UVOwC&pg=PA106|title=Religion and Politics Under the Early ʻAbbāsids: The Emergence of the Proto-Sunnī Elite|publisher=BRILL|isbn=978-90-04-10678-9|language=en}}</ref>
 
Mulai saat itu, teologi Muktazilah tergantikan oleh teologi tradisionalis seperti [[Mazhab Hambali|Hanabilah]] dan [[Atsariyah]] (tekstualis). Ditambah dengan munculnya mazhab [[Asy'ariyah|Asy'ari]] dan [[Maturidiyah|Maturidi]] yang mendapat dukungan dari penguasa, memperparah persekusi terhadap Muktazilah. Titik terparahnya terjadi saat kepemimpinan khalifah [[Al-Qadir]] (memimpin 991–1031 M), yang mengelurakan dekrit untuk membunuh siapa saja yang terbuka menganut mazhab Muktazilah.<ref>{{Cite book|last=Busse|first=Heribert|date=2004|title=Chalif und Grosskönig: die Buyiden im Irak (945 - 1055)|location=Würzburg|publisher=Ergon-Verl|isbn=978-3-89913-005-8|edition=Unveränd. Nachdr. der Ausg. von 1969|series=Beiruter Texte und Studien}}</ref>
 
Meski begitu, masih terdapat beberapa penganut Muktazilah di [[Al-Andalus|Umayyah Spanyol]] terutama pada masa kepemimpinan khalifah [[Al-Hakam II]], yang terkenal karena upaya pelestarian buku dan literaturnya. Dibawah kepemimpinannya banyak dari kaum Muktazilah bertugas sebagai penerjemah dan penulis istana.<ref>{{Cite book|last=Samsó|first=Julio|last2=Fierro|first2=Maribel|date=2019-10-23|url=https://books.google.com/books?id=Xsm4DwAAQBAJ&q=%E2%80%9CAt+the+same+time,+however,+the+second+Caliph,+al-Hakam+II,+established+a+library+in+which+all+tendencies+where+sciences+-+Islamic+and+otherwise+-+were+represented|title=The Formation of al-Andalus, Part 2: Language, Religion, Culture and the Sciences|publisher=Routledge|isbn=978-1-351-88957-5|language=en}}</ref>
 
== Lihat pula ==