Industri elektronik: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k Membatalkan 1 suntingan oleh 182.1.179.36 (bicara) ke revisi terakhir oleh Henri Aja
Tag: Pembatalan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan menambah konten tanpa referensi atau referensi keliru VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 4:
 
== Industri Elektronik di Asia ==
[[Berkas:Electronics factory in Shenzhen.jpg|ka|jmpl|300px|Workers in an electronics factory in [[Shenzhen]], China. Sama Mesin electric temperature Laminating (Laminator) dengan Kompor Listrik, Induksi Pemanas Hanya membedahkan Suhu temperature panas Dan Temperature Suhu Pemanas.]]
[[Berkas:AMIS.JPG|300px|jmpl]]
Industri elektronik menjadi industri yang paling cepat berkembang, termasuk di [[Asia]]. Negara-negara di Asia seperti [[Vietnam]], [[India]], [[Indonesia]], dan sebagainya menjadi magnet bagi pembentukan industri elektronik karena upah buruh yang murah selain berlimpahnya bahan baku bagi industri elektronik itu sendiri. Dalam industri elektronik, perusahaan-perusahaan manufaktur di negara-negara berkembang seperti Indonesia, Vietnam, [[Thailand]], mengerjakan pesanan (biasanya pengerjaan komponen-komponen produk-produk elektronik) dari perusahaan-perusahaan elektronik pemilik [[lisensi]] yang berbasis di negara-negara maju seperti [[Korea]] dan [[Tiongkok|Cina]]. Industri elektronik dikenal sebagai industri yang paling sukses dalam membangun [[rantai pasokan]] di seluruh dunia. Selain itu, 50% [[ekspor]] elektronik pun berasal dari negara berkembang dan negara-negara berkembang, khususnya negara-negara yang tergabung dalam [[Asean|ASEAN]] merupakan target pemasaran produk-produk elektronik yang paling potensial.
 
[[Samsung]], perusahaan elektronik yang berpusat di Korea Selatan itu, merupakan pemain kunci dalam industri elektronik global selain [[Apple Inc.|Apple]] dan [[Foxconn]]. Sebanyak 20% [[GDP]] Korea berasal dari Samsung dan secara global, jumlah pekerja Samsung diperkirakan mencapai 800.000 orang pada tahun 2010. Samsung menyadari bahwa kekuatan buruh yang terorganisir menjadi ancaman bagi keberlangsungan bisnis mereka.