Penjara Bawah Tanah Batavia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
k perbaikan artikel menjadi 5000 bita
kTidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 2:
[[Berkas:Lonceng dipuncak bangunan Museum Fatahillah.jpg|jmpl|345x345px|Lonceng dipuncak bangunan [[Museum Fatahillah]]]]
[[Berkas:Penjara Bawah Tanah Pria.jpg|jmpl|344x344px|Penjara Bawah Tanah Pria di [[Museum Fatahillah]]]]
'''Penjara bawah tanah Batavia''' ini terletak di [[Museum Fatahillah]] atau dikenal juga sebagai [[Museum Sejarah Jakarta]], di [[Kota Tua Jakarta|Kota Tua]], [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]. Sebelum difungsikan sebagai museum seperti saat ini, bangunan initersebut difungsikan sebagai balai kota yang dibangun oleh [[Perusahaan Hindia Timur Belanda|VOC]] dengan nama [[Stadhuis Batavia|stadhuisStadhuis van bataviaBatavia]] sekitar tahun 1707-1710, kemudian diubah menjadi museum sejarah sejak tanggal 30 Maret 1974 oleh gubernur Jakarta saat itu, [[Ali Sadikin]].<ref name=":0">{{Cite web|last=antaranewsIndrawan|first=Hendri S.com|date=202221-07-212022|title=Museum Fatahillah, saksi bisu jejak sejarah Jakarta|url=https://www.antaranews.com/berita/3011661/museum-fatahillah-saksi-bisu-jejak-sejarah-jakarta#google_vignette|website=Antara News|language=id|access-date=202425-11-252024}}</ref>
 
Saat masih menjadi balai kota, di sini dilaksanakan pusat pemerintahan Hindia Belanda. Selain itu juga, dilakukan persidangan untuk tawanan dan sandera dari pihak pribumi yang dianggap memberontak terhadap mereka. Putusan dari persidangan itu akan membawa para tawanan menjalani beragam hukuman mulai dari hukuman mati hingga penjara.
Baris 13:
 
== Penjara bawah tanah wanita ==
Penjara bawah tanah wanita ini dihuni oleh tahanan wanita, salah satu yang pernah mengalaminya adalah Cut Nyak Dhien. Ia dibawa dari [[Aceh]] oleh Gubernur Hindia Belanda untuk Aceh, [[Van Heutsz]], untuk menjalani hukuman penjara dalam penjara wanita ini selama beberapa hari. Ia menjalani hukuman penjara di sini sebelum diasingkan ke [[Kabupaten Sumedang|Sumedang]], [[Jawa Barat]], di bawah naungan bupati Sumedang saat itu, [[Soeria Atmadja|Arya Surya Atmadja.]]<ref>{{Cite web|last=adminPutra|first=Hasnanda|date=202217-01-172022|title=Sebelum ke Sumedang, Cut Nyak Dien Ditahan di Penjara Bawah Tanah Jakarta|url=https://posaceh.com/sebelum-ke-sumedang-cut-nyak-dien-ditahan-di-penjara-bawah-tanah-jakarta/|website=Pos Aceh|language=id|access-date=202425-11-252024}}</ref>
 
Penjara ini terletak di sisi kanan belakang bangunan ini, penjara ini memiliki tinggi 2 meter. Meskipun demikian, letaknya lebih rendah dari permukaan tanah, sehingga saat terjadi banjir seringkali menyebabkan air masuk ke dalam penjara ini.<ref>{{Cite web|last=W Eda|first=Fikar|date=22-10-2022|editor-last=Jafaruddin|title=Tjoet Njak Dhien Ditahan Sembilan Bulan di Penjara Bawah Tanah Batavia|url=https://gayo.tribunnews.com/2022/10/22/tjoet-njak-dhien-ditahan-sembilan-bulan-di-penjara-bawah-tanah-batavia?page=all|website=tribungayo.com|language=id-ID|access-date=202425-11-252024}}</ref>
 
== Penjara bawah tanah pria ==
Penjara bawah tanah pria terletak di sisi tengah dan kiri belakang bangunan. Letak dan lokasinya masih bisa dilihat dari luar bangunan karena langsung berhadapan dengan ruang bebas udara. Tingginya berkisar antara 150-160 cm. Di dalam penjara ini diisi 40-60 tahanan dengan kaki dan tangan tahanan diikat pada rantai yang digantung bola-bola batu. Untung Surapati pernah menjalani hukuman penjara di sini.<ref name=":1">{{Cite web|date=10-10-2021|editor-last=HayyuAsa|editor-first=Dimas|title=Penampakan Penjara Bawah Tanah Cut Nyak Dhien, Kini Jadi Museum Sejarah Jakarta|url=https://video.tribunnews.com/view/281732/penampakan-penjara-bawah-tanah-cut-nyak-dhien-kini-jadi-museum-sejarah-jakarta|website=Tribun Video|language=id-ID|access-date=202425-11-252024}}</ref>
 
Sementara Pangeran Diponegoro menjalani hukuman di dalam ruangan khusus di dalam bangunan ini. Ruangan itu difungsikan sebagai kamar tamu atau vila. Belanda tidak berani memasukkan Pangeran Diponegoro ke dalam penjara ini, sebab gelar pangeran yang disandangnya dapat memicu pergejolakan rakyatnya bila tahu perlakuan Belanda terhadap Pangeran Diponegoro.<ref>{{Cite web|last=Liputan6.comElmira|first=Putu|date=201919-04-192019|title=Menengok Ruang Tahanan Pangeran Diponegoro di Batavia|url=https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3944937/menengok-ruang-tahanan-pangeran-diponegoro-di-batavia|website=liputan6.com|language=id|access-date=202425-11-252024}}</ref>
 
== Referensi ==