Menurut pendapat linguis teoretis, bahasa adalah milik pengguna aslinya dan merupakan fenomena kognitif yang terbentuk dalam pikiran manusia. Mereka berpendapat bahwa semua bentuk bahasa, tanpa memandang status sosial penggunanya, adalah sistem yang terdiri dari serangkaianmengandung aturan kompleks yang berfungsi terlepas dari keberadaan bentuk tulis dan [[kodifikasi (linguistik)|kodifikasi]] resmi.<ref>{{harvp|Kapović|Starčević|Sarić|2016|p=56–57}}}</ref> Sedangkan ideologi bahasa standar menganggap bahasa sebagai sebuah ciptaan yang dikelola oleh otoritas, yaitu sumber khusus yang menetapkan kaidah bahasa dan mengarahkan pengguna bahasa untuk mengikuti aturan tersebut. Dalam budaya bahasa standar, pengetahuan bahasa yang diperoleh secara alami dianggap tidak sempurna, dan hanya pengetahuan bahasa yang diperoleh melalui pendidikan formal yang dianggap sah dan benar. Pada saat itu, bahasa baku diidentikkan dengan keseluruhan bahasa, dan penguasaan bahasa dianggap setara dengan kemampuan untuk mengikuti norma-norma bahasa dari sumber eksternal (tata bahasa, [[kamus]], dll.).<ref>{{harvp|Milroy|2007|p=135–136}}</ref> Pandangan ini seringkali disertai dengan keyakinan bahwa bahasa sedang mengalami "kemunduran" dan bahwa cara berbahasa yang digunakan saat ini kurang baik.<ref>{{harvp|Milroy|2007|p=138–139}}</ref>