Amir Sjarifoeddin: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
CendekiaPedia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
CendekiaPedia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
 
Baris 43:
|parents={{unbulleted list|Djamin Harahap gelar Baginda Soripada (ayah)|Basunu br. Siregar (ibu)}}}}
 
[[Meester in de Rechten|Mr.]] '''Amir Sjarifoeddin Harahap''' ([[Ejaan Republik|ER]], [[Ejaan Yang Disempurnakan|EYD]]: '''Amir Syarifuddin Harahap'''; {{lahirmati|[[Kota Medan|Medan]]|27|4|1907|[[Karesidenan Surakarta|Surakarta]]|19|12|1948}}) adalah seorang politikus dan jurnalis Indonesia. Ia menjabat sebagai [[Daftar Perdana Menteri Indonesia|Perdana Menteri Indonesia]] ketika [[Revolusi Nasional Indonesia]] sedang berlangsung.<ref name="VICKERS_86">Vickers (2005), page 86</ref> Amir adalah pemimpin [[Politik sayap kiri|sayap kiri]] terdepan pada masa Revolusi. Pada tahun 1948. Sebagai pemimpin pemberontakan PKI Madiun bersama Musso, Amir dieksekusi mati bersama beberapa tokoh PKI lainnya yang terlibat dalam [[PeristiwaPemberontakan MadiunPKI 1948]].<ref>{{cite book| last1 = Purba | first1 = Yema Siska | editor-last1 = Michellia | editor-first1 = Dewi Kharisma | date = September 2013 | year = 2013 | orig-date = 2012 | title = Amir Sjarifoeddin: Nasionalis yang Tersisih | url = https://polgov.fisipol.ugm.ac.id/buku/amir-sjarifoeddin-nasionalis-yang-tersisih | url-status = live | language = | trans-title = | publisher = PolGov | isbn = 978-602-7636-25-5 | access-date = 3 Desember 2021}}</ref>
 
== Kehidupan awal ==
Baris 51:
Amir menikmati pendidikan di [[ELS]] atau sekolah dasar Belanda di Medan pada tahun 1914 hingga selesai Agustus 1921. Atas undangan saudara sepupunya, [[Todung Sutan Gunung Mulia|T.S.G. Mulia]] yang baru saja diangkat sebagai anggota ''[[Volksraad]]'' dan belajar di kota [[Leiden]] sejak 1921, Amir pun berangkat ke Leiden. Tak lama setelah kedatangannya dalam kurun waktu 1926–1927 dia menjadi anggota pengurus perhimpunan siswa [[Gymnasium]] di [[Haarlem]], selama masa itu pula Amir aktif terlibat dalam diskusi-diskusi kelompok kristen misalnya dalam CSV-op Java yang menjadi cikal bakal [[GMKI]] ([[Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia]]). Ia tinggal di rumah guru pemeluk [[Kristen]] [[Calvinis]], Dirk Smink, dan di sini juga Mulia menumpang.
 
Namun pada September 1927, sesudah lulus ujian tingkat kedua, Amir kembali ke kampung halaman karena masalah keluarga, walaupun teman-teman dekatnya mendesak agar menyelesaikan pendidikannya di Leiden. Kemudian Amir masuk ''[[Rechtshoogeschool te Batavia]]'' dengan bantuan beasiswa pemerintah kolonial,<ref name=":0">{{Cite news|title=Tjipto hingga Leimena: Penerima Beasiswa yang Membangkang Belanda|url=https://tirto.id/tjipto-hingga-leimena-penerima-beasiswa-yang-membangkang-belanda-fXS7|work=[[Tirto|Tirto.id]]|language=id|access-date=2020-08-20}}</ref> dan menumpang di rumah Mulia (sepupunya) yang telah menjabat sebagai direktur sekolah pendidikan guru di [[Jatinegara, Jakarta Timur|Jatinegara]]. Kemudian Amir pindah ke asrama pelajar ''[[Indonesisch Clubgebouw]]'', Kramat 106, ia ditampung oleh senior satu sekolahnya, Mr. [[MuhammadMohammad Yamin]].
 
Amir pernah divonis penjara karena dituduh bersalah dalam kasus delik pers pada tahun 1933. Ia nyaris dibuang ke [[Tempat Pengasingan Boven Digoel|Boven Digoel]] namun diselamatkan oleh Gunung Mulia dan salah satu gurunya.<ref name=":0" />
Baris 69:
 
* Menteri pada [[Kabinet Presidensial]], [[Kabinet Sjahrir I]], [[Kabinet Sjahrir II]], [[Kabinet Sjahrir III]]
* Perdana Menteri: [[3 Juli]] [[1947]][[29 Januari]] [[1948]], membentuk [[Kabinet Amir Sjarifuddin I]] dan [[Kabinet Amir Sjarifuddin II]]
 
== Peristiwa Madiun ==
[[Pemberontakan PKI 1948]], pada masa pemerintahan [[Mohammad Hatta|Hatta]], [[Partai Komunis Indonesia|PKI]] berupaya membentuk negara komunis di [[Kabupaten Madiun|Madiun]] dan menyatakan perang terhadap mereka. Musso tertembak dalam pertempuran kecil di [[Kabupaten Ponorogo|Ponorogo]], Musso ditangkap dan ditembak mati. Selepas, [[Musso]] tewas, Amir SjarifuddinSjarifoeddin memimpin pelarian yang diikuti oleh 3.000 orang golongan kiri. Namun, pelarian ini juga berhasil digagalkan setelah keberadaan Amir berhasil terlacak dan ia diamankan.
 
Setelah diamankan, Amir dibawa ke [[Kabupaten Kudus|Kudus]] dan kemudian dipindah ke [[Kota Yogyakarta|Yogyakarta]]. Akhirnya Amir dipenjara di Benteng Yogyakarta dan kemudian dipindahkan ke [[Kota Surakarta|Surakarta]]. Desember 1948, menjadi bulan terakhir bagi Amir karena ia harus meregang nyawanya di tangan para eksekutor. Eksekusi yang dilakukan kepada Amir dilakukan bersama dengan eksekusi tokoh PKI lainnya, seperti Maruto Darusman, Suripno, dan Sarjono[[Sardjono]].
 
19 Desember 1948, sekitar tengah malam, di kompleks makam desa Ngaliyan, kepala Amir SjarifuddinSjarifoeddin ditembak dengan pistol oleh seorang letnan [[Polisi militer|Polisi Militer]], sebuah satuan khusus dalam [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]]. Sebelum itu beberapa orang penduduk desa setempat diperintahkan menggali sebuah lubang kubur besar. Dari rombongan sebelas orang yang diangkut dengan truk dari penjara di SoloSurakarta, Amir orang pertama yang ditembak mati malam itu. Beberapa hari sebelumnya, ia dan beberapa orang lainnya, secara diam-diam telah dipindah ke rumah penjara Benteng Yogyakarta.
[[Berkas:Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar.jpg|jmpl|Makam Amir Sjarifoeddin Harahap di TPU Ngaliyan, Kelurahan Lalung, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar]]