Undang-Undang Anti-Berita Palsu 2018: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
membuat halaman baru |
menambahkan konten dan rujukan |
||
Baris 6:
Undang-Undang Anti-Berita Palsu 2018 disahkan oleh [[Parlemen Malaysia]] pada bulan April 2018.<ref>{{Cite book|url=https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000368022/PDF/368022ind.pdf.multi|title=Jurnalisme, “Berita Palsu’’, & Disinformasi: Buku Pegangan untuk Pendidikan dan Pelatihan Jurnalisme|location=Paris|publisher=[[Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa]]|isbn=978-92-3-000076-9|editor-last=Ambardi, K., dkk.|pages=22|translator-last=Wendratama|translator-first=Engelbertus|trans-title=Journalism, ‘Fake News’ & Disinformation|url-status=live}}</ref> Pengenalan terhadap Undang-Undang Anti-Berita Palsu diilakukan oleh [[Barisan Nasional (Malaysia)|Koalisi Barisan Nasional Malaysia]] yang bertindak sebagai perwakilan [[Pemerintah Federal Malaysia|Pemerintah Feredal Malaysia]] saat itu. Azalina Othman Said selaku salah satu menteri dalam [[Sekretariat Perdana Menteri Malaysia]] ketika itu, menyatakan bahwa pengesahan Undang-Undang Anti-Berita Palsu untuk menghentikan penyebaran berita palsu yang merupakan ancaman bagi keamanan nasional dan ketertiban umum di Malaysia.{{Sfn|Leong|2021|p=11}}
== Penentangan dan pencabutan ==
Pengesahan Undang-Undang Anti-Berita Palsu 2018 dilakukan sebelum pelaksanaan [[Pemilihan umum Malaysia 2018|Pemilihan umum Malaysia ke-14]] pada bulan Mei 2018. Sebelum diadakannya pemilihan umum, saingan politik Koalisi Barisan Nasional yaitu [[Pakatan Harapan|Koalisi Pakatan Harapan]] memberikan sentimen politik berupa [[manifesto]] yang menyatakan akan mencabut Undang-Undang Anti-Berita Palsu 2018 ketika terpilih.{{Sfn|Leong|2021|p=11}} Pemungutan suara yang diadakan pada tanggal 9 Mei 2018 memenangkan Koalisi Pakatan Harapan dan menjadi koalisi utama dalam Pemerintah Federal Malaysia menggantikan Koalisi Barisan Nasional.<ref>{{Cite book|last=BERSIH 2.0, Komas dan Suaram|date=2018|url=https://www.bersih.org/wp-content/uploads/2018/07/PEMANTAU-Election-Observation-Report-of-the-14th-Malaysian-General-Election.pdf|title=Election Observation Report of the 14th Malaysian General Election|location=[[Petaling Jaya]]|publisher=Bersih & Adil Network|isbn=978-967-16161-0-9|pages=46|language=EN|url-status=live}}</ref><ref>{{Cite book|date=2021|url=https://ir.uitm.edu.my/id/eprint/72799/1/72799.pdf|title=Media, Politics and Democracy in the 14th Malaysian General Election|location=[[Shah Alam]]|publisher=UiTM Press|isbn=978-967-363-762-1|editor-last=Sualman, I., Razak, F.H. A., dan Jalli. N.|pages=vii|url-status=live}}</ref>
Setelah terpilih sebagai perwakilan Pemerintah Federasi Malaysia, Koalisi Pakatan Harapan mengajukan usulan rancangan undang-undang untuk pencabutan Undang-Undang Anti-Berita Palsu 2018. Pada tanggal 16 Agustus 2018, [[Dewan Rakyat Malaysia]] yang berstatus sebagai [[majelis rendah]], memberikan suara untuk mencabut Undang-Undang Anti-Berita Palsu 2018. Namun usulan pencabutan ditolak oleh [[Dewan Negara Malaysia]] yang berstatus sebagai [[majelis tinggi]]. Setelah penolakan ini, ditetapkan masa tenang selama setahun sesuai ketentuan Pasal 68 dalam Konstitusi Malaysia. Kemudian pada bulan Oktober 2019, Koalisi Pakatan Harapan kembali mengusulkan rancangan undang-undang pencabutan Undang-Undang Anti-Berita Palsu 2018.{{Sfn|Leong|2021|p=1-2}} Dewan Rakyat Malaysia kembali mengesahkan rancangan undang-undang tersebut dan mengajukannya kepada Dewan Negara Malaysia dan juga kepada [[Yang di-Pertuan Agong|Raja Malaysia]]. Pengajuan kepada Raja Malaysia membuat rancangan undang-undang untuk pencabutan Undang-Undang Anti-Berita Palsu 2018 otomatis akan disahkan menjadi undang-undang tanpa terpengaruh oleh keputusan Dewan Negara Malaysia. Kondisi pengesahannya terjadi jika pengajuan rancangan undang-undang tersebut mendapat persetujuan oleh Raja Malaysia dalam waktu 30 hari sejak tanggal pengajuan.{{Sfn|Leong|2021|p=12}}
== Referensi ==
|