Ketertarikan akan kemuakan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
AYUWADALA (bicara | kontrib)
k memperbaiki tugas wikilatih
AYUWADALA (bicara | kontrib)
k memperbaiki tugas wikilatih
Baris 24:
Meskipun ilmu pengetahuan menganggap bahwa rasa muak atau jijik mungkin bisa berevolusi menjadi tameng bagi pertahanan diri dari segala perbuatan atau sikap tercela yang berpotensi membahayakan diri, misalnya [[perkawinan sedarah]] dan [[kanibalisme]] namun di sisi lain pandangan ini ditentang. Marta NussbaumIa menjelaskan bahwa "Rasa Jijik dan malu pada dasarnyabersifat hierarkis;keduanya membentuk tingkatan dan tatananmanusia. Keduanya juga secara inheren terkait dengan pembatasan kebebasan dalam bidang perilaku yang tidak merugikan.Atas kedua alasan ini saya yakin,siapa
pun yang menghargai nilai -nilai demokrasi utama berupa kesetaraan dan kebebasan harus sangat curiga terhadap seruan emosi tersebut dalam konteks hukum dan [[Kebijakan publik|kebijakan publik]]."<ref>"Discussing Disgust"Reason.com.2004-07-15.Archived from the original on February 18,2008.Retrieved February 22,2008</ref>
Stephen Jay Gould pengatakan bahwa "prasangka kita seringkali mengalahkan keterbatasan informasi yang kita miliki. Prasangka begitu berharga, begitu refleksif, begitu menjadi bagian dari sifat dasar kita, sehingga kita tidak pernah berhenti untuk mengakui status prasangka tersebut sebagai keputusan sosial dengan alternatif yang radikal dan sebaliknya kita memandangnya sebagai kebenaran yang sudah pasti dan jelas." <ref>Gould,Stephen Jay (1997).FullHouse : The Spread of Excellene From Plato to Darwin. Harmony. ISBN</ref> 0-517-70849-3</ref>
 
== Referensi ==