Kesultanan Bima: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
BayuAjisaka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
BayuAjisaka (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Baris 473:
 
=== Sambolo ===
[[Berkas:Sambolo eal - Toho Leme.jpg|jmpl|Sambolo Toho Leme; ikat kepala lelaki Bima untuk golongan bangsawan.]]
Sambolo merupakan ikat kepala yang terbuat dari kain tenun tradisional Bima, motifnya yang serupa sarung songket (songke), membuat sambolo kerap kali disebut sambolo songke. Cara memakainya yaitu menjalin masing-masing ujung sehingga melingkari kepala dalam keadaan tertutup.
 
Bedasarkan status sosial pamakaiannya, maka cara memakai (memasang) sambolo ada dua bentuk, yaitu:
 
- Toho Leme (yang dipasang dalam bentuk kerucut), di bagian kerucutnya ditempatkan berposisi miring di sebelah kanan kepala, untuk para bangsawan. Namun untuk prajurit, bagian yang runcingnya diletakkan di sisi kanan kepala.
- Toho Sungge (yang dipasang dalam bentuk biasa), tidak bentuk berkerucut, tetapi dipasang dalam keadaan biasa saja, untuk rakyat biasa. [[Berkas:Sambolo eal - Toho Leme.jpg|jmpl|Sambolo Toho Leme; ikat kepala lelaki Bima untuk golongan bangsawan.]]
[[Berkas:Sambolo ikat kepala rakyat bima.jpg|jmpl|Sambolo Toho Sungge; ikat kepala lelaki Bima untuk golongan rakyat biasa.]]
- Toho Sungge (yang dipasang dalam bentuk biasa), tidak bentuk berkerucut, tetapi dipasang dalam keadaan biasa saja, untuk rakyat biasa.
 
=== Ndiha Rasa ===
''Ndiha'' ''Rasa'' atau dalam Bahasa Indonesia berarti Kampung Ramai; ''Pesta Rakyat'', merupakan salah satu tradisi masyarakat Bima yang berkembang sejak era kerajaan dan terus dirawat hingga era kesultanan dengan beberapa penyesuaian. Tradisi pesta rakyat ini dilakukan setiap satu tahun sekali, biasanya dilakukan setelah musim panen sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang diperoleh. Masyarakat di masing-masing wilayah biasanya membuat acara besar dengan prosesi utamanya berupa do'a-do'a syukuran, yang berlanjut dengan berbagai acara hiburan dengan ciri dan karakter masing-masing wilayah yang dilakukan selama kurang lebih satu sampai dua minggu. Misalnya yang paling khas dan unik: ''Taji Tuta'' (Adu kepala) di Wawo, ''Ndempa Ndiha'' (Tarung bebas tangan kosong berkelompok yang dibagi ke dalam beberapa tingkatan umur) di Belo, ''Kabanca'' (Saling mengejek dan memperlihatkan kemampuan beratraksi di atas kuda, kemudian saling berusaha menjatuhkan lawan dari kudanya) di Lambu, ''Taji Sampa'' (Adu kecepatan perahu kecil berlayar) di Wera, dll.