Ali Iskandar dari Johor: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Penambahan gelar ( ? ) [ * ] Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
Baris 26:
}}
 
'''Sultan Ali Iskandar Shah I ibni Sultan Ahmad HusseinHussain Muazzam Shah I'''<ref>''Journal of the Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society'' (1937), p. 93</ref> ({{lang-ms|سلطان علي اسکندر شاه اول ابن المرحوم سلطان احمد حسين معظم شاه اول}}) adalah [[Sultan Johor]] ke-20,<ref>[http://www.johordt.gov.my/pdkotatinggi/index.php?view=article&catid=50%3Apelancongan&id=111%3Asejarah-melayu&tmpl=component&print=1&page=&option=com_content&Itemid=112 Sejarah Kesultanan Negeri Johor]{{dead link|date=January 2018 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}, Laman Web Rasmi Pejabat Daerah Kota Tinggi (Official Web Portal of Kota tinggi district), retrieved 12 March 2009</ref> yang menggantikan ayahnya, Sultan [[Hussain Syah dari Johor|Hussein Shah]] setelah ayahnya meninggal karena sebab [[alamiah]] pada tahun 1835.
 
Selama dua puluh tahun berikutnya, klaim Sultan Ali sebagai Sultan Johor hanya diakui oleh beberapa pedagang dan beberapa orang Melayu. Seperti ayahnya, Sultan Ali adalah seorang [[raja boneka]] dan memainkan peran minimal dalam urusan administrasi negara, yang berada di bawah tanggung jawab [[Temenggong]] dan [[Inggris]]. Pada tahun 1855, Sultan Ali menyerahkan hak kedaulatan [[Johor]] (kecuali [[Kesang, Malaysia|Kesang]] di [[distrik Muar|Muar]]) kepada [[Temenggong Daeng Ibrahim]],<ref>''The Numismatic Circular'' (1970), pp. 47, 87</ref> sebagai imbalan atas pengakuan resmi sebagai "Sultan Johor" oleh Inggris dan tunjangan bulanan. Setelah pemisahan Johor, Sultan Ali diberikan tanggung jawab administratif atas Muar sampai kematiannya pada tahun 1877, dan dalam sebagian besar urusan administratif, sering disebut sebagai "Sultan Muar".<ref name="BurnsWilkinson72">Burns, Wilkinson, ''Papers on Malay Subjects'', p.72 In the end they signed the treaty of AD 1855. They gave Tengku Ali the district of Muar to govern as Sultan of Muar; and they agreed to pay him and his...</ref>