Agus Subiyanto: Perbedaan antara revisi
[revisi terperiksa] | [revisi terperiksa] |
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Galeri |
|||
Baris 93:
===Kehidupan Awal===
==== Masa kecil
[[Jenderal (Indonesia)|Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] Agus Subiyanto lahir di daerah Kandang Ucal, [[Cimahi|Cimahi, Kota Tentara]]<ref>{{Cite news|date=2023-05-27|editor-last=Setyaningrum|editor-first=Puspasari|title=Mengapa Cimahi Dijuluki Kota Militer?|url=https://bandung.kompas.com/read/2023/05/27/215003378/mengapa-cimahi-dijuluki-kota-militer?lgn_method=google&google_btn=onetap|work=[[Kompas (surat kabar)|Kompas.com]]|access-date=2024-12-20}}</ref> pada tahun 1967, dari ayah yang dipanggil "Dedy" (Dedi Unadi) dan Ibu bernama Cicih, dimana mereka berdua berasal dari [[Cijulang, Pangandaran]]. Ayahnya adalah seorang [[Bintara]], [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat]], berpangkat [[Kopral]] ketika ia berusia sekitar 4 tahun. Ayahnya memiliki enam orang anak, dan keluarganya tinggal di Jalan Terusan, di daerah Kandang Ucal, [[Cimahi]], sebuah rumah panggung kecil berlantai papan dan berdinding bambu.{{Sfn|Subiyanti, S.E., M.Si.|2021|p=1-14}}
Baris 100:
[[Jenderal (Indonesia)|Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] Agus Subiyanto sangat menyukai masakan ibunya,Cicih, ''angeun kacang bereum'', masakan semacam sop kacang merah, yang juga masih sangat disukai hingga sekarang. Perjalanan hidupnya penuh dengan lika-liku, dimana ketika usianya masih 5 tahun, sang ibu meninggalkan ia, adik, serta ayahnya. Terenggutnya kasih sayang Ibunya di masa kecil, sempat membuatnya marah dan frustasi, dan juga ketika itu tidak ada yang menghiburnya. Ia merasa menjadi tiada berharga, diabaikan, minder serta cenderung menjadi anak yang menarik diri dari pergaulan. Tak berapa lama, ayahnya memperkenalkannya dengan Ibu barunya yang menjadi Ibu tirinya. Ketika ia di SMP, Ibu kandungnya sempat mencarinya dan mereka sempat bertemu, yang ternyata Mamah Cicih sudah menikah lagi dengan laki-laki yang tinggal di daerah Pejagalan, [[Bogor]]. Semenjak Mamah Cicih berpisah dengan ayahnya, beliau sudah menikah lagi hingga dua kali.{{Sfn|Subiyanti, S.E., M.Si.|2021|p=1-14}}
[[Jenderal (Indonesia)|Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] Agus Subiyanto juga suka mengunjungi Kakek dan Neneknya yang tinggal di [[Cijulang, Pangandaran]] dengan menaiki kereta api, moda transportasi menuju kesana yang paling murah saat itu. Kakeknya bernama Marta adalah seorang pembuat perahu disana dan beliau wafat sebelum ia dilahirkan. Dari hasil menjual perahu buatannya, keluarga kakeknya memiliki banyak tanah yang dipakai untuk tempat tinggal dan kebun. Sedangkan Neneknya, Nenek Sulyi adalah seorang pekerja keras yang setiap hari mengambil hasil kebunnya untuk dijual guna kebutuhan sehari-hari. Rumah Kakek dan Neneknya berupa bilik bambu berukuran 6 X 6 m<sup>2</sup>, berbentuk rumah panggung berhiaskan perabotan sederhana dan dipan tua, dan kompor tanah liat. Semasa di sana, dia kerapkali bermain-main di sungai dengan melompat dari atas [[Haurseah, Argapura, Majalengka|Jembatan Haurseah]] atau berburu [[teritip]] di area [[Cukang Taneuh]]. Selain itu ia kerapkali bermain ke rumah Budenya dan disanalah ia mulai jatuh cinta dengan group musik [[The Beatles]].{{Sfn|Subiyanti, S.E., M.Si.|2021|p=1-14}}
==== Masa remaja ====
Semenjak bersama Ibu tirinya, ayahnya bertugas sebagai [[Intelijen militer|Intel]] di [[Komando Distrik Militer 0618|Kodim 0618/BS]], sehingga jarang tinggal di rumah, dan itu membuat mereka pindah ke daerah [[Baros, Cimahi Tengah, Cimahi|Baros]], yang kala itu terkenal sebagai daerah dengan anak-anak nakal. Ia mulai mengenal cinta pada lawan jenisnya semenjak duduk di bangku kelas 2, SMPN 2, Cimahi, namun cinta monyetnya ditolak oleh gadis pujaannya. Memiliki jiwa pemberontak dalam dirinya, membuatnya mendaftar organisasi [[Karate]], Kei Shin Kan, dimana pemimpinnya adalah seorang tentara, dengan satu tujuan, agar jago berkelahi.{{Sfn|Subiyanti, S.E., M.Si.|2021|p=1-14}}
Setelah lulus dari SMPN 2, Cimahi, ia masuk ke [[SMA Negeri 13 Bandung|SMA Cimindi (sekarang menjadi SMA Negeri 13 Bandung)]] dan di masa itu, ia mulai berkenalan dengan minuman beralkohol yang sering membuatnya mabuk, yang dilakukan untuk meredakan gundah gulana di hatinya karena kekurangan kasih sayang dari orang tuanya. Saat ia mabuk, ia sering bertandang ke rumah temannya, Sonson (Sonny Chandra Santika) hingga sadar dan diantarkan pulang ke rumahnya oleh Sonson.{{Sfn|Subiyanti, S.E., M.Si.|2021|p=17-30}}
Pada tahun 1984, ketika ia masih SMA, ia menerima kabar tentang ayahnya, berpangkat [[Sersan Kepala]], yang meninggal dunia karena kecelakaan lalu lintas, tertabrak mobil boks di Jalan Pramuka, [[Bandung]], ketika sedang menaiki sepeda motornya ke tempat kerjanya di Jalan Halmahera, dan itu membuatnya merasa kandas cita-citanya untuk masuk [[Akademi Militer]], karena dengan ketiadaan figur seorang ayah, ia kehilangan orang yang bisa membina dan membiayainya. Ia harus tetap melanjutkan hidup bersama adik-adik dan ibu tirinya, dengan mengandalkan uang pensiunan ayahnya.{{Sfn|Subiyanti, S.E., M.Si.|2021|p=17-30}}<ref>{{Cite web|title=Kisah Letjen Agus Subiyanto Ditinggal Orang Tua Semasa Kecil hingga Ditendang Polisi Militer|url=https://nasional.sindonews.com/read/979339/14/kisah-letjen-agus-subiyanto-ditinggal-orang-tua-semasa-kecil-hingga-ditendang-polisi-militer-1672031579|website=SINDOnews Nasional|language=id-ID|access-date=2024-01-11}}</ref>
Walaupun ia jago berkelahi dan mengenal hampir semua pentolan [[Premanisme|preman]] di Cimahi, [[Jenderal (Indonesia)|Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] Agus Subiyanto pantang berkelahi dengan keroyokan dan lebih memilih bertanding satu lawan satu, layaknya seorang lelaki sejati. Pelarian dari gundah gulana lainnya adalah kegiatan bermusik sehingga ia membentuk sebuah band bernama '''TRAF (Tunggul Sitompul, Rudi, Agus dan Fianita)'''. Rudi adalah kakak kelasnya di [[SMA
Di bangku SMA itu pula, ia sempat beberapa kali dimarahin oleh Ibu Paigah, guru Kimia di [[SMA Negeri 13 Bandung|SMA Cimindi]] , karena belum membayar SPP (Sumbangan Pembinaan Pendidikan), karena uang yang diberikan orang tuanya dipakainya untuk naik angkot dengan pujaan hatinya serta dibelikan makanan dan minuman selama mereka bepergian berdua ke [[Bandung]], dan kadang-kadang pergi nonton bioskop di Bioskop Nusantara dan Palaguna.{{Sfn|Subiyanti, S.E., M.Si.|2021|p=17-30}}
==== Kesukaannya akan Musik ====
Kecintaannya pada musik, mulai dipupuk ketika [[Jenderal (Indonesia)|Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] Agus Subiyanto berkenalan dengan group musik [[The Beatles]], yang walaupun ketika ia beranjak SMP, group itu telah bubar. Salah satu lagu yang disukainya adalah lagu berjudul [[I Saw Her Standing There|''"I Saw Her Standing There"'']], dari album [[Please Please Me|''Please Please Me'']]. Lagu itu bercerita tentang orang yang sedang kasmaran pada gadis usia belasan, sehingga serasa lagu itu mewakili jiwa remajanya yang bergejolak.{{Sfn|Subiyanti, S.E., M.Si.|2021|p=33-48}}
Terbentuknya group band TRAF, berawal dari seringnya [[Jenderal (Indonesia)|Jenderal]] [[Tentara Nasional Indonesia|TNI]] Agus Subiyanto bertandang ke rumah Robi anak [[SMA Negeri 2 Cimahi]], teman satu SMPnya dulu yang juga merupakan kakak kandung dari [[Rida Farida]], dari kelompok vokal [[Rida Sita Dewi]]. TRAF tampil untuk pertama kalinya pada ajang festival musik yang diadakan di Lapangan Banciang, [[Cimahi]]. Dalam penampilan perdananya, mereka ditonton tidak kurang dari 100 orang dan membawakan lagu-lagu bergenre rock dari [[Nicky Astria]] dengan lagu antara lain [[Jarum Neraka]], [[Misteri Cinta (album)|Misteri Cinta]] dan [[Young Turks|''Young Turks'']]. Sejak saat itu, band ini banyak mendapat tawaran manggung di seputaran [[Cimahi]], dari kelas pentas seni di sekolah hingga acara 17 Agustusan.{{Sfn|Subiyanti, S.E., M.Si.|2021|p=33-48}}
=== Menjabat Kasad ===
|